SWISS

Bos Google: Kami Senang Bayar Pajak Lebih Banyak

Redaksi DDTCNews | Senin, 29 Januari 2018 | 17:53 WIB
Bos Google: Kami Senang Bayar Pajak Lebih Banyak

DAVOS, DDTCNews – Raksasa teknologi Google menyatakan tidak keberatan untuk membayar pajak lebih banyak atas aktivitas bisnisnya di seluruh dunia. Namun, perbaikan sistem perpajakan menjadi kriteria utama bagi perusahaan multinasional ini untuk merogok kocek lebih dalam terkait kewajiban pajaknya.

Hal tersebut diungkapkan oleh CEO Google, Sundar Pichai saat menghadiri acara World Economic Forum di Davos, Swiss pekan lalu. Dia menggarisbawahi perlunya reformasi sistem pajak untuk meredam kekhawatiran bahwa perusahaan multinasional tidak akan membayar kewajiban pajaknya secara adil.

“Kami dengan senang hati akan membayar jumlah pajak yang lebih tinggi, apapun yang dunia sepakati sebagai sebuah kerangka kerja yang tepat,” katanya, Rabu (24/1).

Baca Juga:
Dalang Utama Kasus Penggelapan Pajak 'Cum-Ex' Divonis 8 Tahun Penjara

Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa Google telah menggelontorkan anggaran perusahaan hampir 20% untuk kewajiban pajak di berbagai negara. Namun, bukan soal kewajiban pajak yang menjadi perhatian utama perusahaan asal Amerika Serikat (AS) tersebut. Peciptaan lapangan kerja dan kepastian hukum menjadi dua poin penting dalam operasional Google.

“Ini bukan tentang berapa jumlah pajak yang kita bayar, namun bagaimana membaginya secara adil di berbagai negara. Kami akan mempekerjakan banyak insinyur di Prancis, dan kami melakukannya di Eropa,” papar Pichai dilansir The Guardian.

Dia menyatakan, bahwa Google sangat terbuka terhadap solusi apapun untuk mendorong reformasi pajak berjalan di trek yang benar. Hal ini diperlukan untuk menciptakan iklim ekonomi yang kondusif bagi pelaku industri terutama yang bergerak di ranah daring.

Baca Juga:
Realisasi Penerimaan Merosot, Negara Ini Mau Pajaki Kendaraan Listrik

“Kami mendorong OECD untuk benar-benar memecahkan masalah ini. Bila dapat terwujud maka akan memudahkan operasional perusahaan,” jelasnya.

Sebagai catatan, laporan yang dirilis tahun lalu memperkirakan negara-negara Eropa telah kehilangan potensi pendapatan pajak sebesar €5,4 miliar atau setara dengan Rp89 triliun. Angka ini berasal dari kebijakan pajak dua perusahaan yakni Google dan Facebook antara tahun 2013 hingga 2015. Kedua raksasa teknologi tersebut telah mengalihkan pendapatannya ke negara-negara dengan tingkat pajak lebih rendah. (Amu)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN
Kamis, 26 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK DAERAH

9 Jenis Pajak Daerah Terbaru yang Ditetapkan Pemkot Sibolga

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:30 WIB KILAS BALIK 2024

Januari 2024: Ketentuan Tarif Efektif PPh Pasal 21 Mulai Berlaku

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kredit Investasi Padat Karya Diluncurkan, Plafonnya Capai Rp10 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:30 WIB PENGAWASAN BEA CUKAI

Libur Natal dan Tahun Baru, Bea Cukai Perketat Pengawasan di Perairan

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:00 WIB CORETAX SYSTEM

Fitur Coretax yang Tersedia selama Praimplementasi Terbatas, Apa Saja?

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:45 WIB BERITA PAJAK HARI INI

PPN 12 Persen, Pemerintah Ingin Rakyat Lebih Luas Ikut Bayar Pajak

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:30 WIB KOTA BATAM

Ada Pemutihan, Pemkot Berhasil Cairkan Piutang Pajak Rp30 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Bagaimana Cara Peroleh Diskon 50 Persen Listrik Januari-Februari 2025?

Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan