Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers.
JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah mencatat neraca perdagangan pada Agustus 2023 kembali surplus senilai US$3,12 miliar.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan surplus neraca perdagangan tersebut terjadi karena ekspor mencapai US$22,00 miliar dan impor US$18,88 miliar. Kinerja neraca perdagangan ini melanjutkan tren surplus yang terjadi sejak Mei 2020.
"Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 40 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," katanya, Jumat (15/9/2023).
Amalia mengatakan surplus neraca perdagangan ini terutama berasal dari sektor nonmigas senilai US$4,46 miliar, tetapi tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,34 miliar.
Dia menjelaskan ekspor Indonesia pada Agustus 2023 yang senilai US$22,00 miliar mengalami penurunan sebesar 21,21% secara tahunan. Ekspor nonmigas yang mencapai US$20,69 miliar pun turun 21,25% secara tahunan.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada Januari–Agustus 2023 mencapai US$171,52 miliar atau turun 11,85% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022. Sementara ekspor nonmigas, nilainya mencapai US$161,13 miliar atau turun 12,27%.
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Agustus 2023 turun 11,08% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022. Kondisi serupa juga terjadi pada ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan yang turun 8,14%, serta ekspor hasil pertambangan dan lainnya turun 16,58%.
Ekspor nonmigas pada Agustus 2023 terbesar terjadi ke China senilai US$5,38 miliar, disusul Amerika Serikat US$2,13 miliar dan India US$1,84 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 45,2%.
Di sisi lain, Amalia menyebut impor pada Agustus 2023 yang mencapai US$18,88 miliar mengalami penurunan 14,77% secara tahunan. Impor migas yang tercatat senilai US$2,66 miliar pun turun 28,08%, sedangkan impor nonmigas senilai US$16,22 miliar atau turun 12,1%.
Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Agustus 2023 adalah China US$40,72 miliar atau 32,65%, diikuti Jepang US$11,15 miliar atau 8,94%, dan Thailand US$6,95 miliar atau 5,57%.
Menurut golongan penggunaan barang, terjadi peningkatan nilai impor pada barang konsumsi. Sementara untuk impor bahan baku/penolong dan barang modal, mengalami kontraksi.
"Impor bahan baku/penolong, memberikan kontribusi sebesar 70,67% dari total impor bulan Agustus 2023," ujarnya. (sap)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.