Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto memberikan penjelasan mengenai data realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal III/2020. (tangkapan layar Youtube)
JAKARTA, DDTCNews – Indonesia resmi mengalami resesi ekonomi karena pertumbuhan ekonomi pada kuartal III kembali minus 3,49% (yoy) setelah pada kuartal sebelumnya terkontraksi 5,32%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan kontraksi terjadi pada hampir semua komponen pengeluaran pembentuk produk domestik bruto (PDB), kecuali konsumsi pemerintah. Adapun pertumbuhan konsumsi pemerintah pada kuartal III/2020 mencapai 9,76%, setelah pada kuartal sebelumnya minus.
"Konsumsi pemerintah tumbuh bagus sekali sebesar 9,76%," katanya melalui konferensi video, Kamis (5/11/2020).
Suhariyanto mengatakan pertumbuhan konsumsi pemerintah tersebut terjadi karena ada kenaikan realisasi belanja bantuan sosial serta belanja barang dan jasa APBN. Konsumsi pemerintah pada kuartal II/2020 tercatat minus 6,9%, sedangkan pada kuartal III/2019 tumbuh 0,98%.
Konsumsi rumah tangga menjadi sumber kontraksi yang terdalam karena bobotnya pada perekonomian mencapai 57%. Konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi 4,04%, sedangkan kuartal sebelumnya minus 5,52% dan pada kuartal III/2019 tumbuh 5,01%.
Suhariyanto menyebut ada banyak indikator yang mencerminkan kontraksi pada komponen pengeluaran rumah tangga. Misalnya, penjualan eceran yang masih terkontraksi 9,64%, baik pada penjualan sandang, bahan bakar, aksesoris, maupun peralatan informasi dan komunikasi.
Ekspor barang dan jasa pada kuartal III/2020 mengalami kontraksi 10,82%. Ekspor barang tercatat terkontraksi 5,58%, sedangkan kontraksi ekspor jasa jauh lebih besar, yakni 51,75%. Menurut Suhariyanto, kontraksi itu terutama karena menurunnya jumlah wisatawan mancanegara akibat pandemi sehingga devisa yang masuk juga turun.
Impor barang dan jasa terkontraksi 21,86%, lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada kuartal sebelumnya yang sebesar 16,98%. Impor barang terkontraksi 18,95%, sedangkan impor jasa kontraksi 40,16%.
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi juga masih terkontraksi 6,48%. Kondisi ini sudah lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yang minus 8,61%. Kontraksi pada PMTB yang cukup dalam terjadi pada mesin dan perlengkapan, tetapi untuk sumber daya hayati (cultivated biological resources/CBR) masih positif 23,08%.
Sementara itu, komponen pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) tercatat minus 2,12%. Pada kuartal sebelumnya, minusnya mencapai 7,75% dan pada kuartal III/2019 tumbuh 7,41%.
Suhariyanto menambahkan struktur PDB Indonesia menurut pengeluaran pada kuartal III/2020 tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Perekonomian Indonesia masih didominasi oleh komponen konsumsi rumah tangga yang mencakup lebih dari separuh, persisnya 57,31%.
"Sehingga, sumber pertumbuhan konsumsi rumah tangga menyumbang minus 2,17%," ujarnya.
Sementara struktur komponen PMTB terhadap PDB sebesar 31,12%, komponen ekspor barang dan jasa 17,47%, komponen belanja pemerintah 9,69%, dan komponen LNPRT 1,29%. Sementara itu, komponen impor barang dan jasa menjadi faktor pengurang dalam PDB dan memiliki peran sebesar 14,8%. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.