CHINA

G20: Brexit Sebabkan Ekonomi Global Bergejolak

Redaksi DDTCNews | Rabu, 27 Juli 2016 | 12:27 WIB
G20: Brexit Sebabkan Ekonomi Global Bergejolak Pertemuan negara-negara G20 di Chengdu, China, news.cn

CHENGDU, DDTCNews - G20 mendesak Inggris untuk tetap menjalin hubungan kerjasama dengan European Union (EU), pasalnya G20 memprediksikan brexit akan membuat ketidakpastian ekonomi global yang sedang terjadi saat ini semakin meningkat.

Menteri Keuangan Inggris Phillip Hammond tidak menampik risiko itu, menurutnya brexit memang telah menjadi suatu masalah besar. Di samping persoalan global lainnya seperti konflik geopolitik, teroris dan maraknya gelombang pengungsi dari negara berkonflik.

“Selama belum tercapai kesepakatan dalam negosiasi antara Inggris dengan EU, maka konsekuensi ekonomi dan keuangan global masih akan berlanjut,” ujarnya saat menghadiri pertemuan G20 di Chengdu, Cina.

Baca Juga:
Dorong Pilar 1, Sri Mulyani: Kita Perlu Kebijakan Pajak yang Progresif

Sementara itu, Managing Director IMF Christine Lagarde menyatakan pertemuan G20 diadakan di tengah ketidakpastian politik akibat pemungutan suara brexit yang mengakibatkan pasar keuangan tidak stabil.

Menurut data yang dirilis akuntan EY, tercatat 66 perusahaan di Inggris telah menerbitkan profit warning yang merupakan terburuk sejak krisis keuangan tahun 2008 lalu.

Minggu lalu, seperti dilansir bbc.com, International Monetary Fund (IMF) mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi Inggris dari 1,9% menjadi 1,7%. Sementara, pertumbuhan ekonomi global tahun 2016 juga dikoreksi lebih rendah, dari 3,2% menjadi 3,1%.

Para analis ekonomi berharap pada hari Rabu (27/7), ekonomi Inggris di kuartal kedua tahun 2016 akan tumbuh 0,5% lebih tinggi dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya. (Amu)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Senin, 29 Juli 2024 | 10:00 WIB PERTEMUAN G-20 BRASIL

Dorong Pilar 1, Sri Mulyani: Kita Perlu Kebijakan Pajak yang Progresif

Senin, 29 Juli 2024 | 09:30 WIB PAJAK INTERNASIONAL

AS Ingin Pembahasan Pajak Global Tetap di OECD, Bukan Lewat PBB

Sabtu, 27 Juli 2024 | 10:00 WIB PAJAK INTERNASIONAL

Soal Pajak Kekayaan Global 2 Persen, Sri Mulyani: G-20 Belum Sepakat

Jumat, 26 Juli 2024 | 13:00 WIB PAJAK INTERNASIONAL

AS Tolak Pajak Kekayaan Global 20%, Dianggap Sulit Dikoordinasikan

BERITA PILIHAN
Minggu, 26 Januari 2025 | 13:30 WIB PERDAGANGAN KARBON

Luncurkan Perdagangan Karbon Internasional di IDXCarbon, Ini Kata BEI

Minggu, 26 Januari 2025 | 13:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Tarif Bea Masuk Trump terhadap 2 Negara Ini Lebih Tinggi dari China

Minggu, 26 Januari 2025 | 12:00 WIB KEBIJAKAN BEA DAN CUKAI

PMK 115/2024 Berlaku, Penagihan Kepabeanan dan Cukai Bakal Lebih Mudah

Minggu, 26 Januari 2025 | 11:30 WIB AMERIKA SERIKAT

Trump Bakal Kenakan Bea Masuk 25% atas Impor dari Kanada dan Meksiko

Minggu, 26 Januari 2025 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Pembuatan Faktur Pajak Barang Non-Mewah di e-Faktur oleh PKP Tertentu

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:30 WIB PERMENDAG 27/2024

Aturan Baru Berlaku! LNSW Ingatkan Pemilik Kargo soal Kewajiban PAB

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sri Mulyani: Kebijakan Harga Gas Bumi Kerek Setoran Pajak Perusahaan

Minggu, 26 Januari 2025 | 08:30 WIB PROVINSI LAMPUNG

Ribuan Kendaraan WP Badan Nunggak Pajak, Pemprov Gencarkan Penagihan

Minggu, 26 Januari 2025 | 08:00 WIB PMK 114/2024

DJBC Pertegas Aturan Teknik Sampling pada Audit Kepabeanan dan Cukai