PAJAK INTERNASIONAL

AS Tolak Pajak Kekayaan Global 20%, Dianggap Sulit Dikoordinasikan

Muhamad Wildan | Jumat, 26 Juli 2024 | 13:00 WIB
AS Tolak Pajak Kekayaan Global 20%, Dianggap Sulit Dikoordinasikan

Menteri Keuangan AS Janet Yellen. foto: Valor International

RIO DE JANEIRO, DDTCNews - Amerika Serikat (AS) mengaku tak akan terlibat dalam negosiasi terkait dengan rencana pengenaan pajak kekayaan secara global dengan tarif 2% terhadap para miliarder.

Di sela-sela pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara G-20 di Brasil, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan kebijakan tersebut sulit dikoordinasikan.

"Kebijakan pajak sangatlah sulit untuk dikoordinasikan secara global. Kami tidak melihat adanya kebutuhan untuk membahas kesepakatan global terkait hal tersebut [pajak kekayaan]," ujar Yellen, dikutip Jumat (26/7/2024).

Baca Juga:
Negara Tetangga Ini Bakal Bebaskan Hutan Mangrove dari Pajak

Ketimbang memberlakukan pajak kekayaan secara global, Yellen mengatakan negara-negara sebaiknya berfokus untuk memastikan meningkatkan keadilan dan progresivitas dari sistem pajak yang berlaku di yurisdiksi masing-masing.

"Kami sangat mendukung perpajakan progresif guna memastikan individu berpenghasilan tinggi membayar pajak secara adil," ujar Yellen seperti dilansir france24.com.

Untuk diketahui, pengenaan pajak kekayaan sebesar 2% atas para miliarder global pertama kali diwacanakan oleh Brasil selaku pemegang keketuaan G-20 pada tahun ini. Wacana tersebut mendapatkan dukungan dari Prancis, Spanyol, Afrika Selatan, Kolombia, hingga African Union.

Baca Juga:
Otoritas Ini Usulkan Perubahan Aturan Pencegahan WP ke Luar Negeri

Menteri Keuangan Brasil Fernando Haddad mengatakan saat ini para miliarder membayar pajak hanya sebesar 0% hingga 0,5% dari total kekayaannya. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama lintas yurisdiksi guna menciptakan sistem pajak global yang progresif dan mampu meningkatkan kontribusi pajak para miliarder tersebut.

Presiden Brasil Lula da Silva pun mengatakan peningkatan pajak atas orang-orang terkaya di dunia diperlukan untuk memperbaiki sistem pajak global yang kian hari makin regresif.

"Bagi orang-orang terkaya, sistem pajak tidaklah progresif dan menjadi makin regresif. Orang-orang superkaya membayar pajak jauh lebih rendah dibandingkan dengan kelas pekerja," ujar Lula seperti dilansir abcnews.go.com.

Dalam blueprint yang disiapkan oleh Direktur EU Tax Observatory Gabriel Zucman, pajak kekayaan tersebut akan dikenakan terhadap 3.000 miliarder global dan akan menghasilkan tambahan penerimaan pajak senilai US$200 miliar hingga US$250 miliar bagi yurisdiksi-yurisdiksi yang berhak. (sap)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:30 WIB THAILAND

Negara Tetangga Ini Bakal Bebaskan Hutan Mangrove dari Pajak

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:00 WIB LAYANAN PAJAK

Kantor Pajak Telepon 141.370 WP Sepanjang 2023, Kamu Termasuk?

Rabu, 25 Desember 2024 | 08:30 WIB KPP PRATAMA BADUNG SELATAN

Kantor Pajak Minta WP Tenang Kalau Didatangi Petugas, Ini Alasannya