PEREDARAN KOSMETIK ILEGAL

Cara DJBC Tutup Celah Kosmetik Abal-abal asal Korsel di Indonesia

Dian Kurniati | Senin, 10 Februari 2020 | 17:00 WIB
Cara DJBC Tutup Celah Kosmetik Abal-abal asal Korsel di Indonesia

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews—Ditjen Bea Cukai (DJBC) memastikan tak akan ada lagi kosmetik asal Korea Selatan yang beredar secara ilegal di Indonesia seiring dengan ditandatanganinya MoU antara otoritas pabean RI dengan otoritas pabean Negeri Ginseng.

Dirjen Bea Cukai Heru Pambudi mengatakan kedua otoritas pabean sudah menandatangani kerja sama electronic certificate of origin dan Authorized Economic Operator Mutual Recognition Arrangement (AEO MRA) pada pekan lalu.

Dengan kerja sama tersebut, DJBC hanya mengizinkan impor barang Korsel jika dilengkapi certificate of origin dari otoritas Korsel. Sertifikat itu juga hanya akan diterbitkan secara online, hingga tak bisa dipalsukan oleh importir kosmetik nakal.

Baca Juga:
WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

"Sertifikat itu sudah bisa dilihat sebelum barangnya tiba, karena memang sudah real time. Begitu di sana di-issued, bea cukai Indonesia sudah bisa melihat. Ini untuk menghilangkan sertifikat palsu," katanya di Jakarta, Senin (10/2/2020).

Heru menambahkan kesepakatan tersebut juga akan menguntungkan para importir kosmetik legal. Mereka kini tidak perlu lagi membawa kertas certificat of origin saat mengambil barangnya dari pelabuhan.

Tak hanya itu, lanjut Heru, prosedur pemeriksaan nilai kepabeanan atau customs clearance nantinya akan lebih cepat karena bisa langsung dilakukan sebelum barang impornya tiba di Indonesia.

Baca Juga:
DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Indonesia dan Korsel juga menyepakati kerja sama AEO-MRA, di mana eksportir/importir dari kedua negara yang memiliki reputasi baik, bisa mendapat perlakuan khusus dari otoritas berupa layanan ‘jalur cepat’ terkait proses aliran barang.

"Mudah-mudahan mereka yang selama ini masih mempunyai ruang untuk pemalsuan, akan menghilang," jelas Heru.

Di sisi lain, penandatanganan kesepakatan tersebut dinilai bisa meningkatkan nilai neraca perdagangan kedua negara. Alasannya, kata Heru, daya saing ekspor-impor Indonesia dan Korea Selatan sudah lebih baik ketimbang negara-negara lainnya.

Setelah Korea Selatan, DJBC juga akan segera meneken kerja sama serupa dengan otoritas China. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja