PEREKONOMIAN INDONESIA

BPS: Industri Pengolahan Belum Panas

Redaksi DDTCNews | Jumat, 15 Februari 2019 | 11:54 WIB
BPS: Industri Pengolahan Belum Panas

Ilustrasi gedung BPS.

JAKARTA, DDTCNews – Industri pengolahan masih belum mengalami pertumbuhan signifikan. Hal ini menjadi salah satu penyebab belum tingginya nilai ekspor pada awal tahun sehingga neraca perdagangan kembali defisit pada Januari 2019.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan belum terakselerasinya industri pengolahan lebih dipengaruhi faktor konsolidasi pada awal tahun. Peningkatan sektor ini diharapkan dapat bergerak cepat setelah kuartal I/2019.

“Penurunan sektor industri pengolahan, kalau saya lihat ini baru awal tahun, jadi belum panas lah. Namum, kita berharap dari pertumbuhan industri pengolahan dari tahun lalu lumayan bagus,” katanya dalam konferensi pers, Jumat (15/2/2019).

Baca Juga:
Surplus Perdagangan Berlanjut, Sinyal Positif Ekonomi Kuartal III/2024

Data BPS mencatat ekspor nonmigas pada Januari 2019 sebesar US$12, 6 miliar. Angka ini naik tipis dari capaian pada Desember 2018 yang mencatat ekspor senilai US$12,5 miliar.

Apabila dibandingkan dengan data Januari 2017 maka kinerja ekspor nonmigas nasional justru tercatat mengalami penurunan. Pada periode yang sama tahun lalu, ekspor nonmigas mampu tembus di angka US$13,2 miliar.

Suhariyanto menyebutkan sektor ini memainkan peran kunci dalam menentukan wajah ekspor nasional. Pasalnya, sebagaian besar dari kegiatan ekspor bersumber dari sektor nonmigas alias industri pengolahan.

Baca Juga:
BPS: Neraca Perdagangan Surplus US$3,26 Miliar pada September 2024

Pemerintah, menurutnya, perlu menjaga momentum pertumbuhan positif di beberapa subsektor industri seperti kulit dan tekstil. Pada saat yang bersamaan, pemerintah tetap perlu membenahi sektor yang belum menunjukan kinerja positif seperti industri mesin/pesawat mekanik.

"Sektor kulit alas kaki dan tekstil cukup bagus. Kebijakan pemerintah sudah diarahkan untuk meningkatkan ekspor ke depannya," ungkapnya.

Seperti diketahui, kinerja neraca perdagangan di awal 2019 mencatat defisit sebesar US$1,16 miliar. Defisit tersebut jauh lebih dalam dibandingkan dengan capaian pada Januari 2018 yang mencatatkan defisit senilai US$0,76 miliar. (kaw)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 16 Oktober 2024 | 10:00 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

Surplus Perdagangan Berlanjut, Sinyal Positif Ekonomi Kuartal III/2024

Selasa, 15 Oktober 2024 | 12:07 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

BPS: Neraca Perdagangan Surplus US$3,26 Miliar pada September 2024

Kamis, 03 Oktober 2024 | 14:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

PMI Manufaktur Masih Kontraksi, Pemerintah Bakal Evaluasi Kebijakan

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN