Suasana bongkar muat peti kemas di New Priok Container Terminal One, Jakarta Utara, Jumat (9/4/2021). Kantor Wilayah Bea Cukai Jateng-DI Yogyakarta mencatat penerimaan kepabeanan dan cukai hingga April 2021 mengalami pertumbuhan 29,64% dari periode yang sama tahun lalu. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa)
JAKARTA, DDTCNews - Kantor Wilayah Bea Cukai Jateng-DI Yogyakarta mencatat penerimaan kepabeanan dan cukai hingga April 2021 mengalami pertumbuhan 29,64% dari periode yang sama tahun lalu.
Kepala Kanwil Bea Cukai Jateng-DIY Padmoyo Tri Wikanto mengatakan pertumbuhan realisasi itu menjadi yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Menurutnya, angka penerimaan tersebut juga menjadi tren positif di tengah pandemi Covid-19.
"Saya melihat trennya masih cukup baik, masih on the track. Patut kita jaga dan terus pertahankan," katanya dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (18/5/2021).
Padmoyo kemudian meminta jajarannya terus mengoptimalkan kinerja penerimaan kepabeanan dan cukai, terutama pada sisa waktu 2 bulan sebelum tutup semester I/2021.
Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai Kanwil Bea Cukai Jateng-DIY Nur Rusyidi mengatakan realisasi penerimaan hingga 30 April 2021 senilai Rp13,44 triliun, atau setara 29,97% dari target senilai Rp44,84 triliun.
Angka itu terdiri atas penerimaan cukai Rp12,83 triliun, bea masuk Rp594,9 miliar, dan bea keluar Rp16,06 miliar. Hingga April 2021, realisasi penerimaan cukai tumbuh 30,56% secara tahunan.
Hal tersebut diakibatkan kenaikan tarif cukai hasil tembakau dan pelunasan CK1 2020 yang dibayarkan tahun ini. "Penerimaan cukai masih menjadi kontributor terbesar," ujarnya.
Penerimaan bea masuk juga masih terus menunjukan tren positif. Penerimaan bea masuk hingga April 2021 telah tumbuh 15,38%, didukung pulihnya kegiatan impor komoditas seperti gula mentah, bahan baku susu, tas, hingga suku cadang kendaraan.
Meski demikian, sambungnya, hal serupa tidak terjadi pada bea keluar karena realisasi penerimaannya hingga April 2021 masih mengalami kontraksi 36,05%.
Selain akibat lesunya ekspor selama pandemi, hal tersebut juga terjadi karena penurunan tarif bea keluar atas veneer yang selama ini menjadi komoditas penyumbang bea keluar terbesar, dari 15% menjadi 5%. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.