PENERIMAAN KEPABEANAN DAN CUKAI

Realisasi Kepabeanan dan Cukai 2024 Tak Capai Target, Ini Perinciannya

Dian Kurniati | Selasa, 07 Januari 2025 | 16:00 WIB
Realisasi Kepabeanan dan Cukai 2024 Tak Capai Target, Ini Perinciannya

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan keterangan saat konferensi pers APBN Kita di Kemenkeu, Jakarta, Senin (6/1/2025). Menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan APBN sepanjang 2024 mengalami defisit mencapai Rp507,8 triliun atau 2,29 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/nz

JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Keuangan mencatat realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai senilai Rp300,2 triliun pada sepanjang 2024 atau 93,5% dari target pada APBN 2024 senilai Rp321 triliun.

Walaupun tidak mencapai target, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kinerja penerimaan kepabeanan dan cukai lebih baik dari yang diperkirakan pemerintah dalam Laporan Semester I/2024 senilai Rp296,5 triliun. Kinerja penerimaan tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 4,9%.

"Bea dan cukai kita tutup dengan penerimaan Rp300,2 triliun. Ini juga tumbuh lebih tinggi dari tahun lalu Rp286,3 triliun. Jadi tumbuhnya mendekati 5%, 4,9%," katanya, dikutip pada Selasa (7/1/2025).

Baca Juga:
Soal Target Pendapatan Negara 2025, Ini Kata Wamenkeu Anggito

Sri Mulyani mengatakan kinerja penerimaan kepabeanan dan cukai sempat mengalami tekanan berat pada awal semester I/2024 sehingga outlook pemerintah tidak setinggi target dalam APBN 2024. Meski demikian, kinerja penerimaan kepabeanan dan cukai tersebut mampu membaik dan melampaui outlook pemerintah.

Apabila diperinci, penerimaan cukai pada 2024 tercatat senilai Rp226,37 triliun. Kinerja penerimaan ini tumbuh 2% dari tahun sebelumnya.

Penerimaan cukai pada tahun lalu dipengaruhi oleh peningkatan produksi rokok golongan II dan III, meskipun golongan I turun akibat fenomena downtrading.

Baca Juga:
Implementasi Coretax DJP, Ini Keputusan yang Ditetapkan Sri Mulyani

Setelahnya, realisasi penerimaan bea masuk senilai Rp50,95 triliun atau tumbuh 4,18%. Penerimaan bea masuk antara lain dipengaruhi oleh turunnya tarif efektif bea masuk karena peningkatan utilisasi free trade agreement.

Adapun untuk penerimaan bea keluar, realisasinya Rp20,89 triliun atau tumbuh 54,39%. Pertumbuhan ini disebabkan oleh relaksasi ekspor mineral dan peningkatan harga CPO sejak Juni 2024. (sap)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 08 Januari 2025 | 15:00 WIB APBN 2025

Soal Target Pendapatan Negara 2025, Ini Kata Wamenkeu Anggito

Selasa, 07 Januari 2025 | 14:00 WIB BELANJA PEMERINTAH

Kementerian Bertambah, Pemerintah Tak Perlu Bikin APBN-Perubahan

BERITA PILIHAN
Rabu, 08 Januari 2025 | 17:00 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

Wah! Driver Ojol Dapat Apresiasi dari KPP karena Lapor SPT Lebih Awal

Rabu, 08 Januari 2025 | 16:30 WIB PROVINSI SUMATERA SELATAN

Opsen Berlaku 2025, Pemprov Beri Diskon Pajak Kendaraan dan BBNKB

Rabu, 08 Januari 2025 | 15:30 WIB KANWIL DJP JAWA TENGAH I

Gara-Gara Tak Setor PPN Rp3,4 Miliar, Direktur PT Ditahan Kejaksaan

Rabu, 08 Januari 2025 | 15:00 WIB APBN 2025

Soal Target Pendapatan Negara 2025, Ini Kata Wamenkeu Anggito

Rabu, 08 Januari 2025 | 14:30 WIB LITERATUR PAJAK

Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Menurut OECD, Simak Detailnya

Rabu, 08 Januari 2025 | 14:00 WIB PMK 135/2024

Pemerintah Lanjutkan PPnBM DTP untuk Mobil Listrik CBU dan CKD

Rabu, 08 Januari 2025 | 13:00 WIB KEBIJAKAN CUKAI

Tak Ada Kenaikan Tarif, DJBC Sebut Pelunasan Cukai Kembali ke 2 Bulan

Rabu, 08 Januari 2025 | 12:30 WIB KEBIJAKAN PERTANAHAN

Tanah Sitaan Korupsi akan Dibangun Rumah bagi Warga Penghasilan Rendah

Rabu, 08 Januari 2025 | 12:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

DEN Ungkap Alasan Diskon Listrik Diberikan Saat Ada Kenaikan Tarif PPN