BERLIN, DDTCNews—Perekonomian Jerman nyaris mengalami resesi. Pertumbuhan ekonominya secara kuartalan pada kuartal III tahun ini hanya melaju 0,1%, setelah pada kuartal sebelumnya terkontraksi -0,2%. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Jerman masih 0,5%.
Menteri Keuangan Jerman Olaf Scholz mengungkapkan data tersebut menunjukkan Jerman tidak sedang dalam masa krisis atau resesi. Hal tersebut dikarenakan pengeluaran konsumen, pemerintah dan ekspor telah bekerja mengangkat pertumbuhan.
“Jerman saat ini tidak sedang dalam masa krisis ekonomi, dengan demikian tidak ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan pengeluaran. Kami optimistis Jerman akan memiliki pertumbuhan yang lebih besar tahun depan ,” ungkapnya di Berlin, Kamis (14/11/2019).
Namun, para ahli tetap berpendapat bahwa pada 2020 perekonomian Jerman akan mengalami kesulitan karena meski konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah dan ekspor tumbuh, sektor manufaktur tetap harus bekerja keras karena permintaan yang menurun.
“Ekonomi global saat ini dalam resesi manufaktur, dan Jerman menupakan pusat manufaktur. Tidak mengherankan bila ekonomi Jerman kini melambat. Permintaan domestik tidak cukup mengimbangi hambatan global ini,” ungkap analis Brandywine Global, Jack McIntyre.
Laju pertumbuhan ekonomi Jerman saat ini berada di bawah Inggris, Amerika Serikat, dan Prancis. Kondisi Jepang dan Singapura sama menurunnya seperti Jerman dengan pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun ini yang hanya melaju 0,1%.
“Resesi atau tidak, ekonomi Jerman telah jatuh dalam stagnasi secara de facto, dengan pertumbuhan PDB kuartalan rata-rata 0,1% sejak kuartal ketiga tahun lalu. Melihat ke 2020, sepertinya faktor siklus yang membebani industri Jerman akan sedikit berkurang,” kata ekonom ING Jerman Carsten Brzeski.
Kerstin Braun, Presiden Stenn Group, mengatakan pertumbuhan Inggris adalah yang paling lambat dalam satu dekade. Jerman hanya menghindari resesi, tetapi belum keluar dari ‘hutan yang sebenarnya. Sekarang efek ketidakpastian telah menjadi kenyataan.
“Kita akan melihat pemotongan anggaran untuk perusahaan memasuki tahun 2020. Orang-orang akan mulai merasakan dampak dari lebih sedikit pekerjaan dan upah beku karena perusahaan tetap terhambat oleh prospek ekonomi yang tidak pasti,” katanya seperti dilansir theguardian.com. (MG-avo/Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.