PMK 84/2019

Menkeu Perjelas Aspek Perpajakan Barang Hasil Produksi Kawasan Bebas

Redaksi DDTCNews | Rabu, 12 Juni 2019 | 14:59 WIB
Menkeu Perjelas Aspek Perpajakan Barang Hasil Produksi Kawasan Bebas

Ilustrasi Kawasan Bebas Batam. 

JAKARTA, DDTCNews – Pemerintah memberikan kepastian terkait aspek perpajakan dari barang hasil produksi kawasan bebas.

Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 84/PMK.04/2019 tentang Perubahan Kedua dari PMK No.47/PMK.04/2012 tentang Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari Kawasan yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dan Pembebasan Cukai.

“Untuk lebih mendorong kegiatan perdagangan dan industri nasional, memperkuat daya saing perusahaan dan meningkatkan investasi, serta lebih memberikan kepastian hukum,” demikian bunyi pertimbangan keluarnya beleid tersebut, seperti dikutip pada Rabu (12/6/2019).

Baca Juga:
Kredit Investasi Padat Karya Diluncurkan, Plafonnya Capai Rp10 Miliar

Ada beberapa tambahan ketentuan dalam beleid tersebut, salah satunya adalah pasal 59 ayat (3a) tentang nilai pabean untuk penghitungan bea masuk dan pajak penghasilan (PPh) pasal 22 dalam rangka pengeluaran barang hasil produksi kawasan bebas.

Nilai pabean barang tersebut dari kawasan bebas ke tempat lain dalam daerah pabean adalah sesuai dengan harga jual saat pengeluaran barang hasil produksi kawasan bebas. Ada beberapa ketentuan terkait perhitungan pungutan negara atas pengeluaran barang hasil produksi kawasan bebas tersebut.

Pertama, bea masuk dihitung berdasarkan nilai pabean sesuai harga jual dan klasifikasi barang hasil produksi kawasan bebas (pada saat barang hasil produksi dikeluarkan dari kawasan bebas ke tempat lain dalam daerah pabean) serta berdasarkan pembebanan yang berlaku (pada saat pemberitahuan pabean untuk pengeluaran barang dari kawasan bebas ke tempat lain dalam daerah pabean didaftarkan).

Baca Juga:
Soal Daya Saing RI saat Tarif PPN Jadi 12 Persen, Ini Kata Kepala BKF

Kedua, cukai dihitung berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang cukai. Ketiga, PPN dihitung berdasarkan tarif yang berlaku dikalikan harga jual atau harga pasar wajar sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Keempat, PPh pasal 22 dihitung berdasarkan tarif yang berlaku dari nilai pabean ditambah dengan bea masuk pada saat barang hasil produksi kawasan bebas dikeluarkan dari kawasan bebas ke tempat lain dalam daerah pabean.

Namun, atas pengeluaran barang hasil produksi kawasan bebas bisa dikecualikan dari ketentuan perhitungan bea masuk, cukai, PPN, dan PPh 22 tersebut jika barang hasil produksi kawasan bebas dikeluarkan oleh pengusaha yang memiliki konversi penggunaan barang atau bahan baku asal luar daerah pabean yang jelas, terukur, dan konsisten. Pengecualian juga berlaku pada saat pemasukan ke kawasan bebas sudah terjadi transaksi jual beli.

Baca Juga:
Nabung Emas Fisik secara Digital? Pastikan Belinya di Platform Berizin

Penghitungan pungutan negara yang mendapat pengecualian itu dilakukan dengan ketentuan pertama, bea masuk dihitung berdasarkan klasifikasi dan nilai pabean yang berlaku pada saat bahan baku dimasukkan ke dalam kawasan bebas.

Penghitungan bea masuk juga didasarkan pada pembebanan yang berlaku saat pemberitahuan pebean untuk pengeluaran barang hasil produksi kawasan bebas dari kawan bebas ke tempat lain dalam daerah pabean didaftarkan.

Kedua, cukai dihitung berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang cukai. Ketiga, PPN dihitung berdasarkan tarif yang berlaku dikalikan harga jual atau harga pasar wajar sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Keempat, PPh pasal 22 dihitung berdasarkan tarif yang berlaku dan nilai pabean ditambah dengan bea masuk pada saat bahan baku dimasukkan ke kawasan bebas. Ketentuan ini berlaku mulai tanggal diundangkan yakni 29 Mei 2019. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 26 Desember 2024 | 10:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kredit Investasi Padat Karya Diluncurkan, Plafonnya Capai Rp10 Miliar

Minggu, 22 Desember 2024 | 08:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Soal Daya Saing RI saat Tarif PPN Jadi 12 Persen, Ini Kata Kepala BKF

Sabtu, 21 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN INVESTASI

Tumbuhkan Ekonomi 8 Persen, RI Butuh Investasi Rp13.000 Triliun

BERITA PILIHAN
Kamis, 26 Desember 2024 | 14:30 WIB KPP PRATAMA BENGKULU SATU

Mobil Rp200 Juta Disita KPP, Bakal Dilelang Kalau Utang Tak Dilunasi

Kamis, 26 Desember 2024 | 14:00 WIB KILAS BALIK 2024

Februari 2024: Wajib Pajak Bereaksi karena Potongan PPh 21 Lebih Besar

Kamis, 26 Desember 2024 | 13:30 WIB CORETAX SYSTEM

Jelang Coretax Diterapkan, PKP Bakal Perlu Bikin Sertel Baru

Kamis, 26 Desember 2024 | 13:00 WIB PROVINSI JAWA TIMUR

Opsen Berlaku 2025, Pemprov Turunkan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan

Kamis, 26 Desember 2024 | 12:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

PKP Risiko Rendah Diterbitkan SKPKB, Kena Sanksi Kenaikan atau Bunga?

Kamis, 26 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK DAERAH

9 Jenis Pajak Daerah Terbaru yang Ditetapkan Pemkot Sibolga

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:30 WIB KILAS BALIK 2024

Januari 2024: Ketentuan Tarif Efektif PPh Pasal 21 Mulai Berlaku

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kredit Investasi Padat Karya Diluncurkan, Plafonnya Capai Rp10 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:30 WIB PENGAWASAN BEA CUKAI

Libur Natal dan Tahun Baru, Bea Cukai Perketat Pengawasan di Perairan

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:00 WIB CORETAX SYSTEM

Fitur Coretax yang Tersedia selama Praimplementasi Terbatas, Apa Saja?