Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto. (tangkapan layar Youtube)
JAKARTA, DDTCNews – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indeks harga konsumen (IHK) pada November 2020 mengalami kenaikan (inflasi) sebesar 0,28% atau lebih tinggi dibandingkan dengan capaian bulan lalu 0,07%.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan catatan inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan November 2019 yang hanya 0,14%. Performa inflasi tahun berjalan sebesar 1,23%. Secara tahunan, inflasi November 2020 sebesar 1,59%.
"Inflasi Indonesia pada November 2020 ini sebesar 0,28% month-to-month kalau kita bandingkan dengan bulan lalu," katanya melalui konferensi video, Selasa (1/12/2020).
Setianto mengatakan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,86%, kelompok kesehatan sebesar 0,32%, kelompok transportasi sebesar 0,30%, serta kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,14%.
Sementara itu, ada 2 kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, yakni kelompok perumahan, air, listrik, serta bahan bakar rumah tangga dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, masing-masing sebesar 0,01%.
Menurut Setianto, inflasi pada November 2020 utamanya dipicu oleh kenaikan harga daging ayam, telur ayam ras, dan cabai merah. Kenaikan harga tersebut terpengaruh oleh naiknya curah hujan pada November 2020 dibandingkan dengan bulan sebelumnya sehingga berdampak pada ongkos logistik.
"Ke depan, terkait dengan distribusi barang, untuk cuaca, ombak tinggi, kemudian curah hujan tinggi bisa hambat kondisi distribusi barang dari produsen ke konsumen," ujarnya.
Adapun yang mengalami penurunan harga dan menyebabkan deflasi yakni emas perhiasan yang memiliki andil -0,02%, beras dengan andil -0,01%, dan daging sapi dengan andil 0,01%.
Berdasarkan komponennya, Setianto menyebut inflasi pada November 2020 terjadi karena sumbangan komponen bergejolak sebesar 1,31% dan andilnya 0,21%. Sementara pada komponen harga diatur pemerintah tercatat inflasi 0,16% dengan andil 0,03%, dan inflasi inti 0,06% dengan andil 0,04%.
Dari 90 kota yang disurvei, 83 kota mengalami inflasi, sedangkan 7 kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tual sebesar 1,15% dan terendah di Bima sebesar 0,01%. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Kendari sebesar 0,22% dan terendah di Meulaboh dan Palopo masing-masing 0,01%. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.