PMK 186/2021

Hambat Pemeriksaan, Izin Akuntan Publik atau KAP Bisa Dibekukan

Redaksi DDTCNews | Kamis, 18 April 2024 | 11:23 WIB
Hambat Pemeriksaan, Izin Akuntan Publik atau KAP Bisa Dibekukan

Ilustrasi. 

JAKARTA, DDTCNews – Untuk melaksanakan pengawasan yang diatur dalam Pasal 51 UU 5/2011, menteri keuangan melakukan pemeriksaan terhadap akuntan publik, kantor akuntan publik (KAP), dan/atau cabang KAP.

Sesuai dengan Pasal 42 ayat (3) PMK 186/2021, pemeriksaan untuk menilai kepatuhan atas, pertama, undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri ini. Kedua, standar profesional akuntan publik (SPAP), kode etik profesi, dan/atau peraturan perundang-undangan yang berkaitan.

“Kewenangan menteri … dilaksanakan oleh kepala pusat [Pusat Pembinaan Profesi Keuangan/PPPK] atas nama menteri,” bunyi penggalan Pasal 42 ayat (2) PMK 186/2021, dikutip pada Kamis (18/4/2024).

Baca Juga:
Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Kepala PPPK menugaskan pejabat dan pegawai PPPK atau pihak lain sebagai tim pemeriksa untuk melaksanakan pemeriksaan. Penugasan pemeriksaan tersebut diberikan melalui surat tugas yang ditandatangani kepala PPPK.

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 43 ayat (1) PMK 186/2021, pemeriksaan tersebut terdiri atas pemeriksaan regular, pemeriksaan tematik, dan pemeriksaan khusus. Adapun pemeriksaan regular adalah pemeriksaan berkala yang dilakukan berdasarkan rencana pemeriksaan tahunan.

Pemeriksaan tematik adalah pemeriksaan berkala yang dilakukan dengan lingkup pemeriksaan tertentu berdasarkan pada kebijakan kepala PPPK, yang dapat ditetapkan dalam rencana pemeriksaan tahunan.

Baca Juga:
World Bank: Pemeriksaan DJP Belum Efektif dalam Lacak Pengelakan Pajak

Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan apabila, pertama, hasil pemeriksaan reguler, pemeriksaan tematik, dan/atau pemeriksaan khusus sebelumnya memerlukan tindak lanjut. Kedua, terdapat pengaduan masyarakat atau informasi yang layak ditindaklanjuti.

“Pemeriksaan … dan rencana pemeriksaan tahunan … dilakukan berdasarkan profil risiko Akuntan publik, KAP, dan/atau cabang KAP,” bunyi Pasal 43 ayat (5) PMK 186/2021.

Benturan Kepentingan dan Kerahasiaan Informasi

Berdasarkan pada Pasal 44 ayat (1) PMK 186/2021, tim pemeriksa yang ditugaskan harus menjaga independensi dan integritas; menghindari benturan kepentingan; mematuhi ketentuan mengenai disiplin dan kode etik yang berlaku di lingkungannya; dan menjaga kerahasiaan informasi.

Baca Juga:
Fokusnya ke Restitusi, Pemeriksaan Tak Optimal Lacak Pengelakan Pajak

Adapun penjagaan kerahasiaan informasi dilakukan atas informasi yang diperoleh selama melaksanakan pemeriksaan atau berdasarkan hasil pelaksanaan pemeriksaan kepada pihak lain yang tidak berhak dan tidak berwenang sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam penugasannya, jika tim pemeriksa menghadapi situasi atau kondisi benturan kepentingan, yang bersangkutan harus melaporkan keadaan tersebut kepada kepala PPPK dan mengundurkan diri dari penugasan pemeriksaan.

Tim pemeriksa itu tidak diperkenankan membawa keluar dokumen dari KAP dan/atau cabang KAP, kecuali fotokopi dan/atau salinan digital sebagai pendukung hasil pemeriksaan. Dokumen itu berupa kertas kerja, laporan, atau dokumen lainnya milik akuntan publik, KAP, dan/atau cabang KAP.

Baca Juga:
Paket Kebijakan Ekonomi yang Baru Harus Bisa Dongkrak Daya Beli

“Penggunaan informasi, data, dan/atau dokumen yang diperoleh dari pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka pembinaan dan pengawasan oleh kepala pusat, tidak termasuk pelanggaran ketentuan kerahasiaan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) huruf d,” bunyi Pasal 45 PMK 186/2021.

Kewajiban Akuntan Publik, KAP, dan Cabang KAP yang Diperiksa

Sesuai dengan Pasal 46 ayat (1) PMK 186/2021, akuntan publik, KAP, dan/atau cabang KAP yang diperiksa wajib:

  • memenuhi undangan dalam rangka pemeriksaan, kecuali dengan alasan yang dapat diterima;
  • memperlihatkan, meminjamkan, dan/atau memberikan akses terhadap kertas kerja, laporan, dan dokumen lainnya yang diperlukan dalam pemeriksaan;
  • memberikan kertas kerja, laporan, dan dokumen lainnya yang diperlukan, baik dalam bentuk salinan cetak dan/atau salinan digital;
  • memenuhi permintaan dokumen, sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan tim pemeriksa; dan
  • memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan termasuk kertas kerja yang berkaitan.

Berdasarkan pada Pasal 46 ayat (2) PMK 186/2021, akuntan publik, KAP, dan/atau cabang KAP yang diperiksa dilarang memperlihatkan, meminjamkan atau memberikan keterangan, data, kertas kerja, laporan, atau dokumen lainnya yang tidak benar.

Baca Juga:
DJP Makin Sering Pakai Forensik Digital untuk Pemeriksaan dan Gakkum

Akuntan publik, KAP, atau cabang KAP dinyatakan menghindar dan/atau menghambat pemeriksaan apabila tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 46 ayat (1) dan (2) PMK 186/2021 tersebut di atas.

“Akuntan publik, KAP, dan/atau cabang KAP dilarang menolak, menghindar, dan/atau menghambat pemeriksaan,” bunyi Pasal 46 ayat (3) PMK 186/2021.

Adapun berdasarkan pada Pasal 46 ayat (5) PMK 186/2021, akuntan publik, KAP, dan/atau cabang KAP yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud di atas dikenai sanksi administratif berupa pembekuan izin.

Baca Juga:
Uji Kepatuhan, 52.296 Wajib Pajak Diperiksa DJP pada 2023

Kewajiban Tim Pemeriksa

Sesuai dengan ketentuan Pasal 47 ayat (1) PMK 186/2021, tim pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan harus:

  • menyampaikan pemberitahuan pemeriksaan;
  • menunjukkan dan memberikan surat tugas pemeriksaan; dan
  • menjelaskan maksud dan tujuan, serta ruang lingkup pelaksanaan pemeriksaan kepada akuntan publik, pemimpin KAP, dan/atau pemimpin cabang KAP yang diperiksa.

Akuntan publik, pemimpin KAP, dan/atau pemimpin cabang KAP yang diperiksa berhak menolak dilakukan pemeriksaan dalam hal tim pemeriksa tidak dapat memperlihatkan surat tugas yang dimaksud.

Berdasarkan pada Pasal 48 ayat (1) PMK 186/2021, dalam pelaksanaan pemeriksaan, tim pemeriksa:

Baca Juga:
Rasio Cakupan Pemeriksaan DJP pada 2023 Naik Jadi 1 Persen
  • menyampaikan permintaan dokumen dan/atau kertas kerja;
  • melakukan penelaahan dokumen dan/atau kertas kerja;
  • melakukan permintaan keterangan terkait penelusuran dokumen dan kertas kerja jika diperlukan. Permintaan keterangan ini baik melalui wawancara, klarifikasi dan/atau konfirmasi kepada akuntan publik, pemimpin KAP, pemimpin cabang KAP yang diperiksa, pihak terasosiasi, dan/atau asosiasi profesi akuntan publik;
  • menyampaikan simpulan sementara hasil pemeriksaan secara tertulis kepada akuntan publik, pemimpin KAP, dan/atau pemimpin cabang KAP yang diperiksa sebelum pembahasan simpulan sementara hasil pemeriksaan; dan
  • melakukan pembahasan simpulan sementara hasil pemeriksaan dengan akuntan publik, pemimpin KAP, dan/atau pemimpin cabang KAP yang diperiksa.

Dalam pembahasan simpulan sementara hasil pemeriksaan, akuntan publik, pemimpin KAP, dan/atau pemimpin cabang KAP yang diperiksa dapat memberikan tanggapan tertulis atas simpulan sementara hasil pemeriksaan.

Hasil pembahasan dituangkan dalam risalah pembahasan hasil pemeriksaan yang ditandatangani oleh akuntan publik, pemimpin KAP, dan/atau pemimpin cabang KAP yang diperiksa, dan tim pemeriksa.

Jika akuntan publik, pemimpin KAP, dan/atau pemimpin cabang KAP yang diperiksa tidak bersedia menandatangani risalah pembahasan hasil pemeriksaan, yang bersangkutan dapat membuat surat pernyataan penolakan beserta alasan dan bukti pendukungnya.

Baca Juga:
Begini Hasil Joint Investigasi dalam Pemeriksaan Bukper 2023

Jika tidak membuat surat pernyataan penolakan itu atau tidak hadir untuk menandatangani risalah pembahasan hasil pemeriksaan, tim pemeriksa menandatangani secara sepihak risalah pembahasan hasil pemeriksaan.

Berita Acara dan Laporan Hasil Pemeriksaan

Sesuai dengan ketentuan Pasal 49 ayat (1) PMK 186/2021, tim pemeriksa harus membuat berita acara pemeriksaan sebelum penugasan berakhir. Berita acara ditandatangani oleh akuntan publik, pemimpin KAP, dan/atau pemimpin cabang KAP yang diperiksa dan tim pemeriksa.

Jika akuntan publik, pemimpin KAP, dan/atau pemimpin cabang KAP yang diperiksa tidak bersedia menandatangani berita acara pemeriksaan, tim pemeriksa menetapkan secara sepihak berita acara pemeriksaan.

Baca Juga:
Petugas Pajak Ingatkan, Tak Semua SP2DK Berujung Adanya Tunggakan

Berdasarkan pada Pasal 49 ayat (3) PMK 186/2021, tim pemeriksa menyusun laporan hasil pemeriksaan dengan mempertimbangkan tanggapan tertulis atau hasil pembahasan setelah pemeriksaan berakhir. Tim pemeriksa menyampaikannya kepada kepala PPPK.

Kepala PPPK menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut kepada akuntan publik, pemimpin KAP, dan/atau pemimpin cabang KAP yang diperiksa paling lama 60 hari sejak pemeriksaan berakhir.

Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

Sesuai dengan Pasal 50 ayat (1) PMK 186/2021, kepala PPPK dapat mewajibkan akuntan publik, KAP, dan/atau cabang KAP untuk menyampaikan rencana perbaikan dan/atau implementasi atas rencana perbaikan apabila hasil pemeriksaan memerlukan tindak lanjut.

Baca Juga:
Komwasjak Soroti Rendahnya ACR Indonesia dan Tingginya Sengketa Pajak

Jika akuntan publik, KAP, dan/atau cabang KAP dikenai sanksi administratif yang disertai dengan kewajiban untuk melaksanakan perbaikan, penyampaian rencana perbaikan dan implementasi rencana perbaikan tersebut menjadi bagian dari kewajiban pada sanksi administratif.

Adapun rencana perbaikan dan implementasi atas rencana perbaikan harus disampaikan secara memadai kepada kepala PPPK melalui sistem elektronik.

Penyampaian itu dilakukan paling lambat 30 hari sejak tanggal penetapan untuk penyampaian rencana perbaikan atau sesuai jangka waktu yang ditetapkan kepala PPPK untuk penyampaian implementasi atas rencana perbaikan.

“Kepala pusat menetapkan pedoman teknis pelaksanaan pemeriksaan,” bunyi Pasal 51 PMK 186/2021. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 08:30 WIB KPP PRATAMA BADUNG SELATAN

Kantor Pajak Minta WP Tenang Kalau Didatangi Petugas, Ini Alasannya

Sabtu, 21 Desember 2024 | 08:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif Pajak Bakal Diikuti dengan Optimalisasi Pengawasan

Jumat, 20 Desember 2024 | 09:05 WIB BERITA PAJAK HARI INI

World Bank: Pemeriksaan DJP Belum Efektif dalam Lacak Pengelakan Pajak

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra