VIETNAM

Tekan Utang, Tarif PPN Diusulkan Naik Jadi 12%

Redaksi DDTCNews | Jumat, 18 Agustus 2017 | 17:57 WIB
Tekan Utang, Tarif PPN Diusulkan Naik Jadi 12%

HANOI, DDTCNews – Kementerian Keuangan Vietnam mengusulkan untuk menaikkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dari 10% menjadi 12% pada 2019. Ini sebagai upaya untuk mengurangi utang publik dengan cara mendongkrak penerimaan pajak.

Direktur Departemen Kebijakan Kementerian Keuangan Vietnam Phạm Đình Thi mengatakan draf amandemen Undang-Undang tentang PPN, Pajak Konsumsi Khusus, Pajak Penghasilan Badan dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi telah masuk dalam pembahasan parlemen.

“Amandemen Undang-Undang tersebut diperlukan untuk mengatasi kesulitan yang harus dihadapi oleh perusahaan dan individu yang membayar pajak, dan memastikan kerangka hukum yang koheren,” tuturnya dalam konferensi yang dilakukan, Selasa (15/8).

Baca Juga:
Februari 2024: Wajib Pajak Bereaksi karena Potongan PPh 21 Lebih Besar

Đình Thi memaparkan bahwa dibawah amandemen Undang-Undang PPN, akan ada beberapa barang dan jasa yang mendapatkan tarif preferensial sebesar 5%. Kemudian, diusulkan kenaikan tarif dari 10% menjadi 12% mulai tahun 2019 dan dinaikan kembali dari 12% menjadi 14% mulai tahun 2021.

Perubahan lainnya yaitu pengurangan PPN untuk pembayaran non tunai dengan menggunakan faktur tidak dapat diterapkan untuk pembelian yang kurang dari VNĐ10 juta atau Rp5,8 juta . Adapun saat ini aturan yang berlaku adalah untuk pembelian yang kurang dari VNĐ20 juta atau Rp11,7 juta.

Sementara itu, dalam amandemen Undang-Undang Pajak Konsumsi Khusus (Special Consumption Tax/SCT) akan memasukkan daftar minuman ringan ke dalam daftar barang dan jasa yang dikenakan PPN sebesar 10% dan akan mulai dipungut pada 2019.

Baca Juga:
PPN 12 Persen, Pemerintah Ingin Rakyat Lebih Luas Ikut Bayar Pajak

SCT pada produk tembakau akan meningkat dari 70% menjadi 75% pada 2019. Selain itu, SCT sebesar VNĐ1.000 per bungkus denga nisi 20 batang rokok dan VNĐ1.500 per cerutu akan berlaku mulai tanggal 1 Januari 2020.

Perubahan lainnya seperti dilansir dalam vietnamnews.vn, juga akan dipertimbangkan untuk memfasilitasi bisnis domestik dan mendorong investasi dalam memproduksi barang dengan nilai tambah tinggi, di industri pendukung dan layanan berkualitas tinggi.

Penyesuaian pajak juga akan berusaha memfasilitasi bantuan untuk daerah terpencil dengan kondisi sosial ekonomi yang buruk. (Amu)


Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

31 Januari 2020 | 00:37 WIB

Pajak tidak langsung lainya sering diluakan justru bukn krn kecil mesti dilihat dr potensi pembayran pajak yg lain (informasi perpjkn) .. pengelolaan scr admin dan system informasi perpajakn perlu dikaji mendalam bukan dr internal saza namun pada system eksternal sbg sumber2 informasi belum terkoneksi scr kelembagaan dan juga regulasi pendorongnya.

31 Januari 2020 | 00:31 WIB

Sisi PPh masih banyak agio saham dan atau capital-gain tidak lagi scr keadilan filosofis pemajakannya dilaksanakan... bagi penasilan pasif .. seperti bunga dll masih banyak tarif..dan terminologi yang berbeda ... Lalu apakah tarif PPh final itu dpt dikatakan efektif? mesti diuji... krn akan mencetak konglomerat baru sekaligus menumbuhkan kemiskinan baru pula, masih banyak lagi tentang definisi scr filosifis yg harus dikaji

31 Januari 2020 | 00:23 WIB

JKP dan BKP dlm system VAT sekarang memang rumit ..arus barang dan uang tidak akan sama ..(baik transak tunai non tunai) ..Ada kerugian bg para pengusaha Menangah kecil ( katagori UMKM ) .. PPN masukannya gak bisa dibiayakan dan juga tdk dpt dikreditkan (krn bukan PKP) .. Syklus terpotong.. mk salah satu solusinya bikin saza PPn 0.5% tanpa terkuacil... mk bisa dihitung akan ada kenaikan sebangding lurus dgn kenaikan GDP..

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 26 Desember 2024 | 14:00 WIB KILAS BALIK 2024

Februari 2024: Wajib Pajak Bereaksi karena Potongan PPh 21 Lebih Besar

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:45 WIB BERITA PAJAK HARI INI

PPN 12 Persen, Pemerintah Ingin Rakyat Lebih Luas Ikut Bayar Pajak

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

BERITA PILIHAN
Kamis, 26 Desember 2024 | 14:00 WIB KILAS BALIK 2024

Februari 2024: Wajib Pajak Bereaksi karena Potongan PPh 21 Lebih Besar

Kamis, 26 Desember 2024 | 13:30 WIB CORETAX SYSTEM

Jelang Coretax Diterapkan, PKP Bakal Perlu Bikin Sertel Baru

Kamis, 26 Desember 2024 | 13:00 WIB PROVINSI JAWA TIMUR

Opsen Berlaku 2025, Pemprov Turunkan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan

Kamis, 26 Desember 2024 | 12:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

PKP Risiko Rendah Diterbitkan SKPKB, Kena Sanksi Kenaikan atau Bunga?

Kamis, 26 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK DAERAH

9 Jenis Pajak Daerah Terbaru yang Ditetapkan Pemkot Sibolga

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:30 WIB KILAS BALIK 2024

Januari 2024: Ketentuan Tarif Efektif PPh Pasal 21 Mulai Berlaku

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kredit Investasi Padat Karya Diluncurkan, Plafonnya Capai Rp10 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:30 WIB PENGAWASAN BEA CUKAI

Libur Natal dan Tahun Baru, Bea Cukai Perketat Pengawasan di Perairan

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:00 WIB CORETAX SYSTEM

Fitur Coretax yang Tersedia selama Praimplementasi Terbatas, Apa Saja?

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:45 WIB BERITA PAJAK HARI INI

PPN 12 Persen, Pemerintah Ingin Rakyat Lebih Luas Ikut Bayar Pajak