PMK 6/2021

Soal Token Listrik Kena PPN, Ini Penjelasan DJP

Muhamad Wildan | Sabtu, 30 Januari 2021 | 06:01 WIB
Soal Token Listrik Kena PPN, Ini Penjelasan DJP

Kantor pusat Ditjen Pajak

JAKARTA, DDTCNews - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) memastikan yang dimaksud dengan pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) atas token listrik adalah PPN atas penjualan jasa penjualan token listrik.

Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 2 ayat (5) dan ayat (6) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 6/2021, token adalah listrik yang termasuk barang kena pajak (BKP) tertentu yang bersifat strategis sesuai dengan ketentuan pada bidang perpajakan.

"PPN dikenakan hanya atas jasa penjualan/pembayaran token listrik berupa komisi atau selisih harga yang diperoleh agen penjual token, dan bukan atas nilai token listriknya," tulis DJP dalam keterangan resminya, dikutip Jumat (29/1/2021).

Baca Juga:
Pemungutan PPN atas Pulsa Hanya Sampai Distributor Tingkat Kedua

Pada Pasal 5, PPN yang terutang atas penyerahan token oleh penyedia tenaga listrik dibebaskan sesuai ketentuan perpajakan. Ketentuan ini berlaku baik atas token yang diserahkan langsung kepada pelanggan maupun atas token yang diserahkan lewat penyelenggara distribusi.

Dengan demikian, DJP dalam keterangan resminya menegaskan tidak ada ketentuan pajak baru yang dikenakan atas token listrik dan dapat dipastikan ketentuan pada PMK No. 6/2021 tidak akan memengaruhi harga token listrik di masyarakat.

Merujuk pada Pasal 3 huruf a, penyerahan terkait dengan token listrik yang dikenai PPN adalah penyerahan jasa kena pajak (JKP) berupa jasa penyelenggaraan layanan transaksi pembayaran terkait dengan distribusi token oleh penyelenggara distribusi.

Baca Juga:
Target Setoran PPh Pasal 22 atas Penjualan Pulsa Meleset, Ini Kata DJP

Dasar pengenaan pajak (DPP) dari JKP ini menggunakan DPP penggantian yang dihitung berdasarkan komisi atau pendapatan administrasi atas penjualan token.

DPP penggantian juga dapat dihitung berdasarkan selisih antara nilai nominal token dan nilai yang diminta tidak termasuk pajak penerangan jalan (PPJ) dan bea meterai. (Bsi)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

30 Januari 2021 | 21:34 WIB

Agak kurang setuju sih dikenakan PPN, mengingat listrik merupakan kebutuhan pokok yang harusnya dikecualikan dari definisi penyerahan jasa kena pajak/barang kena pajak.

ARTIKEL TERKAIT
Minggu, 15 Desember 2024 | 07:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Pemungutan PPN atas Pulsa Hanya Sampai Distributor Tingkat Kedua

Jumat, 04 Maret 2022 | 13:30 WIB PENERIMAAN PAJAK

Target Setoran PPh Pasal 22 atas Penjualan Pulsa Meleset, Ini Kata DJP

Sabtu, 14 Agustus 2021 | 18:00 WIB PER-16/PJ/2021

Ini Ketentuan Bukti Pembayaran Pulsa Dipersamakan dengan Faktur Pajak

Sabtu, 13 Maret 2021 | 12:01 WIB KEPATUHAN PAJAK

Soal Perpanjangan Masa Pelaporan SPT Orang Pribadi, Ini Kata DJP

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra