Menko Perekonomian Darmin Nasution.
JAKARTA, DDTCNews – Pemerintah melalui Menko Perekonomian Darmin Nasution memberikan dua saran kepada Badan Pusat Statistik di masa mendatang.
Saran yang menyangkut angka statistik nasional tersebut disampaikannya dalam peringatan Hari Statistik Nasional (HSN) pada Rabu (26/9/2018). Saran tersebut mencakup akurasi data ketenagakerjaan dan pangan.
Terkait dengan isu data ketenagakerjaan, Darmin menyebut perlunya penajaman dalam survei Badan Pusat Statistik (BPS). Pasalnya, instrumen ketenagakerjaan merupakan salah satu indiator dalam mengukur keberhasilan ekonomi suatu negara.
Menurutnya, makin akuratnya data ketenagakerjaan di Indonesia akan berdampak pada semakin dekatnya gambaran kapasitas ekonomi nasional. Aspek inilah yang dirasa belum tersentuh secara optimal oleh BPS.
“Data ketenagakerjaan di Indonesia termasuk lemah, tidak cukup. Apalagi, kalau kita masuk ke data mengenai jenis pekerjaan seseorang,” kata Darmin.
Pekerjaan seseorang di Tanah Air, lanjutnya, semakin beragam. Fenomena ini tidak bisa dilepaskan dari pesatnya perkembangan teknologi digital. Dengan demikian, peninjauan terhadap jenis pekerjaan juga harus disajikan oleh BPS.
Dia pun menceritakan kondisi ketenagakerjaan nasional saat menjabat sebagai Dirjen Pajak pada 2007. Saat itu, menurutnya, pengusaha harus disodori insentif pajak terlebih dahulu sebelum secara suka rela mendaftarkan data pegawai ke kantor pajak.
Dari contoh kasus itu, lanjut Darmin, terlihat masih lemahnya data presisi terkait ketenagakerjaan. “Perusahaan baru melaporkan data pegawainya setelah ada insentif dalam membayar PPh Pasal 21,” imbuhnya.
Selanjutnya, terkait dengan akurasi data pangan – terutama beras –, dia berpendapat survei harga beras masih kurang dalam. Padahal, menurut Darmin, jenis dan merek beras yang ada di Indonesia terbilang cukup banyak. Hingga saat ini, belum ada survei yang berdasarkan pada merek dan kualitas produk yang dijual.
“BPS mengumpulkan data harga beras di 80 kota, cuma sample-nya berdasarkan merek karung berasnya. Merek'maknyus' misalnya, berasnya medium atau premium, enggak tahu kita,” paparnya. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.