BANK INDONESIA

Pengetatan Moneter Berlanjut

Kurniawan Agung Wicaksono | Rabu, 15 Agustus 2018 | 16:12 WIB
Pengetatan Moneter Berlanjut

JAKARTA, DDTCNews – Bank Indonesia menambah dosis kebijakan moneternya dengan menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin dari 5,25% menjadi 5,50%.

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Agusman mengatakan keputusan bank sentral dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini konsisten dalam upaya untuk mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik.

“Dan mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman,” ujarnya, Rabu (15/8/2018).

Baca Juga:
AS Buka Opsi Batalkan Bea Masuk 25% Atas Impor dari Kanada dan Meksiko

Selain menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7DRR), Otoritas Moneter juga menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%. Suku bunga Lending Facility jug dinaikkan 25 basis poin menjadi 6,25%.

BI, lanjutnya, menghargai keseriusan dan langkah konkret pemerintah untuk menurunkan defisit neraca transaksi berjalan dengan mendorong kinerja ekspor serta menurunkan arus impor. Kebijakan untuk menunda proyek yang memiliki kandungan impor tinggi juga dilihat.

Sebagai Otoritas Moneter, BI mengaku akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk penjagaan stabilitas perekonomian di tengah ketidakpastian eksternal. Perkembangan dan prospek ekonomi domestik dan global akan terus dicermati.

Baca Juga:
Trump Ingin Kenakan Bea Masuk 100 Persen atas Impor Semikonduktor

“Untuk memperkuat respons bauran kebijakan dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” imbuhnya.

Meskipun menaikkan suku bunga acuan, bank sentral memproyeksi pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun ini tetap dalam kisaran 5,0%-5,4%. Performa pada tahun depan pun diperkirakan masih membaik di kisaran 5,1%-5,5%.

Menurutnya, ketidakpastian ekonomi global telah meningkat saat pertumbuhan ekonomi dunia tidak merata. Ekonomi Amerika Serikat (AS) diestimasi tetap kuat karena akselerasi dari konsumsi dan investasi. Sementara, ekonomi Eropa, Jepang, dan China diperkirakan masih cenderung menurun.

Baca Juga:
Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Lanjutkan Rally Pelemahan terhadap Dolar AS

“Dengan perkembangan tersebut, the Fed diprakirakan tetap melanjutkan rencana kenaikan Fed Fund Rate (FFR) secara gradual, sementara European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan ( BOJ) cenderung masih menahan kenaikan suku bunga,” jelas Agusman.

Selain itu, ketidakpastian ekonomi global juga dipicu oleh ketegangan perdagangan antara AS dan sejumlah negara. Hal ini pada gilirannya mendorong kebijakan balasan yang lebih luas, termasuk melalui pelemahan mata uang di tengah berlanjutnya penguatan dolar AS.

Gejolak ekonomi di Turki juga diperkirakan menambah risiko. Gejolak ini disebabkan kerentanan ekonomi domestik, persepsi negatif terhadap kebijakan otoritas, serta meningkatnya ketegangan hubungan Turki dengan AS.

“Bank Indonesia terus mewaspadai risiko dari sisi eksternal tersebut, termasuk kemungkinan dampak rambatan dari Turki, meskipun diyakini bahwa ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat,” imbuh Agusman.

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Jumat, 31 Januari 2025 | 09:30 WIB AMERIKA SERIKAT

AS Buka Opsi Batalkan Bea Masuk 25% Atas Impor dari Kanada dan Meksiko

Rabu, 29 Januari 2025 | 11:30 WIB AMERIKA SERIKAT

Trump Ingin Kenakan Bea Masuk 100 Persen atas Impor Semikonduktor

Rabu, 29 Januari 2025 | 09:30 WIB KURS PAJAK 29 JANUARI 2025 - 04 FEBRUARI 2025

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Lanjutkan Rally Pelemahan terhadap Dolar AS

Selasa, 28 Januari 2025 | 08:30 WIB KEBIJAKAN MONETER

BI Buka Ruang untuk Kembali Turunkan Suku Bunga

BERITA PILIHAN
Sabtu, 01 Februari 2025 | 09:45 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Simak! Ini Daftar Peraturan Perpajakan yang Terbit 1 Bulan Terakhir

Sabtu, 01 Februari 2025 | 09:00 WIB KEBIJAKAN EKONOMI

Jaga Inflasi pada Kisaran 2,5 Persen, Pemerintah Beberkan Strateginya

Sabtu, 01 Februari 2025 | 08:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Jadi Kontributor Pajak Terbesar, Manufaktur Diklaim Pulih Merata

Jumat, 31 Januari 2025 | 19:30 WIB KONSULTASI PAJAK    

DJP Bisa Tentukan Nilai Harta Berwujud, Ini yang Perlu Diperhatikan

Jumat, 31 Januari 2025 | 19:00 WIB PMK 136/2024

Pajak Minimum Global Bagi WP CbCR Bisa Dinolkan, Begini Kriterianya

Jumat, 31 Januari 2025 | 17:15 WIB DDTC ACADEMY - INTENSIVE COURSE

Wah, Transaksi Intragrup Naik! Perlu Paham Transfer Pricing

Jumat, 31 Januari 2025 | 16:11 WIB CORETAX SYSTEM

Bermunculan Surat Teguran yang Tak Sesuai di Coretax? Jangan Khawatir!

Jumat, 31 Januari 2025 | 15:47 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

Banyak Tantangan, Insentif Fiskal Jadi Andalan untuk Jaga Pertumbuhan