Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri) memberikan dokumen tanggapan pemerintah kepada Ketua DPR Puan Maharani (kanan) yang disaksikan Wakil Ketua DPR Aziz Syamsuddin (kedua kanan) dan Rachmad Gobel (kiri) pada rapat paripurna DPR di kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (18/6/2020). Rapat tersebut beragendakan mendengarkan tanggapan pemerintah terhadap pandangan Fraksi atas Kerangka Ekonomi Makro (KEM) dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (PPKF) RAPBN TA 2021. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww)
JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah kembali merevisi outlook pertumbuhan ekonomi tahun 2020, dari yang semula minus 0,4% hingga 2,3% menjadi 0,4% hingga 1,0%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan perubahan proyeksi itu berdasarkan pertimbangan skenario terberat pada perekonomian Indonesia akibat pandemi virus Corona. Menurutnya kondisi terberat akan terjadi pada kuartal II/2020.
"Untuk batas atas kami turunkan 2,3% ke 1,0%, revisi agak turun karena kami melihat kontraksi cukup dalam di kuartal II," katanya dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR-RI, Kamis (18/6/2020).
Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 terkontraksi hingga minus 3,1%. Proyeksi itu jauh lebih rendah dibanding capaian kuartal I/2020 yang sebesar 2,97%.
Sri Mulyani menjelaskan pandemi virus Corona yang diikuti oleh kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) telah berdampak pada terhentinya hampir semua kegiatan ekonomi di Indonesia.
Apalagi, kasus virus Corona dan kebijakan PSBB itu terjadi di daerah dengan kontribusi PSB besar, seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.
Secara keseluruhan, Sri Mulyani menyebut capaian pertumbuhan ekonomi tahun 2020 akan sangat tergantung dari upaya pemulihan pada kuartal III dan IV/2020. Jika pada kuartal III ekonomi berangsur pulih, masih ada ruang pertumbuhannya tercatat positif di level 1%.
Namun jika tak kunjung ada perbaikan, Sri Mulyani menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan terkontraksi hingga minus 0,4%.
Sri Mulyani menambahkan revisi atas outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dilakukan oleh berbagai lembaga ekonomi dan keuangan dunia. Misalnya, Bank Dunia yang merevisi dari 2,5% menjadi hanya 0%, sedangkan ADB merevisi di kisaran 2,5% menjadi minus 1,0%.
Meski demikian, Sri Mulyani memiliki optimisme bahwa ekonomi akan kembali pulih pada 2021. "Tahun 2021 kita masih kisaran 4,5% hingga 5,5%, sesuai dengan KEM-PPKF yang disampaikan kepada DPR," ujarnya. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.