Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto. (foto: hasil tangkapan dari media sosial)
JAKARTA, DDTCNews—Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2020 mengalami kontraksi sebesar -5,32% atau lebih dalam dari proyeksi menteri keuangan pada kisaran -3,5% hingga -5,1%
Laporan pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 tersebut disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 yang merosot tajam merupakan dampak dari pandemi virus Corona.
"Kalau bandingkan dengan kondisi triwulan II tahun 2019, maka pertumbuhan ekonomi pada triwulan II tahun 2020 mengalami kontraksi hingga -5,32%," katanya dalam konferensi video, Rabu (5/8/2020).
Suhariyanto menyebutkan catatan produk domestik bruto (PDB) Indonesia berdasarkan harga harga berlaku pada kuartal II/2020 sebesar Rp3.687 triliun, tetapi atas dasar harga konstan sebesar Rp2.589,6 triliun.
Dibandingkan dengan kuartal I/2020, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai -4,19%. Sementara secara kumulatif semester I/2020 terhadap semester I/2019, pertumbuhan ekonomi tercatat -1,26%.
Berdasarkan struktur pertumbuhan ekonomi menurut pengeluaran, konsumsi rumah tangga mengalami -5,51%, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) -8,61%, dan ekspor -11,66%. Sementara itu, konsumsi pemerintah terkontraksi hingga -6,9%, konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) -7,76%, dan impor -16,96%.
Suhariyanto menyatakan seluruh komponen konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi, kecuali komponen perumahan dan perlengkapan rumah tangga, serta kesehatan dan pendidikan yang triwulan II/2020 masih tumbuh positif 2,02%.
Berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi, Suhariyanto menyebut penyebab kontraksi tertinggi berasal dari konsumsi rumah tangga yang mencapai -2,96%, diikuti oleh PMTB yang mengalami -2,73%.
"Jadi ke depan, karena perekonomian kita sangat dipengaruhi konsumsi rumah tangga dan investasi kita harus berupaya agar dua komponen ini bergerak lebih baik lagi di kuartal III," ujarnya.
Suhariyanto menambahkan kontraksi pada perekonomian tersebut merupakan dampak kesehatan dari virus Corona yang merembet pada perekonomian dan sosial masyarakat. (rig)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.