Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahazil Nazara. (Foto: Kemenkeu)
JAKARTA, DDTCNews – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahazil Nazara mengemukakan pentingnya strategi yang konkret dan efektif untuk mempercepat pengentasan kemiskinan dan menurunkan kesenjangan.
Hal itu disampaikannya dalam seminar nasional “Strategi Percepatan Pengentasan Kemiskinan dan Menurunkan Kesenjangan Melalui Peningkatan Efektivitas Program Perlindungan dan Jaminan Sosial” di Gedung Dhanapala, Jakarta, Kamis (19/10).
“Kalau kita ingin merumuskan strategi kita benar-benar perlu duduk dan memikirkan apa tujuan yang ingin dicapai, lewat mana mencapainya lalu kemudian apa yang perlu dilakukan dalam setiap mekanisme lewat mananya itu,” ujarnya seperti dilansir dari laman Kemenkeu.
Dalam kesempatan tersebut, Suahazil juga mengingatkan agar diskusi tidak terjebak untuk membicarakan program tanpa memahami strategi lebih dahulu. “Program-program ini ada di masing-masing Kementerian ada juga di pemerintah daerah. Kalau tidak (memahami strategi) kita nanti terjebak langsung menjalankan dari program-program yang ada,” jelasnya.
Suahazil juga mendukung Kementerian dan Lembaga yang akan menjalankan strategi program-programnya dengan asistensi dari BKF dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
“Tapi sebagai suatu strategi, strategi itu belum program (tapi) cara lewat mana, mekanisme apa. Coba kita bandingkan kemudian apakah perlu kita buat rumusan baru atau rumusan yang ada sudah cukup baik. Tentu nanti dibantu oleh teman-teman di BKF yang khusus memikirkan hal ini, juga teman-teman Bappenas yang memang mendapatkan mandat untuk merumuskan program-program prioritas nasional,” paparnya.
Menurutnya, pemerintah memerlukan strategi baru dalam menurunkan tingkat kemiskinan di bawah dua digit. “Penanggulangan kemiskinan itu atau penuntasan kemiskinan karena tingkat kemiskinan Indonesia antara 10-11%. Kita masih mencari kapan tingkat kemiskinan Indonesia ini bisa di bawah 10%,” ungkap Suahazil.
Strategi yang dulu efektif misalnya dengan pemberian beras untuk keluarga miskin (raskin) dirasa tidak lagi efektif untuk menurunkan tingkat kemiskinan di masa kini atau masa depan.
“Karena itu, diperlukan strategi baru. Kalau dulu kita yakin bahwa dikasih raskin, digelontorkan raskin itu bisa membantu setiap kali menghitung tingkat kemiskinan, tapi sekarang, nanti kalau sudah menuju 10% misal diturunkan lagi ke 9,5%, ke 9% tidak bisa sekedar rasta (beras sejahtera). Rastanya mungkin harus benar-benar terarah,” pungkasnya. (Amu)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.