Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif dengan materi paparannya.
JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meluncurkan skor Indeks Kepercayaan Industri (IKI) terbaru. Pada Agustus 2023 ini, IKI bertahan di level 53,22, sedikit melambat 0,09 poin jika dibandingkan skor IKI pada Juli 2023 senilai 53,31.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif menyebutkan kondisi tersebut masih menunjukkan bahwa kepercayaan pelaku industri masih positif. Kemenperin mencatat ada 16 subsektor industri yang mengalami ekspansi, sementara 7 subsektor mengalami kontraksi.
"Kepercayaan industri pengolahan yang ekspansif didukung seluruh indeks variabel pembentuk IKI yang mengalami ekspansi, baik variabel pesanan baru, produksi, atau persediaan produk," kata Febri dalam keterangan pers, Kamis (31/8/2203).
Secara umum, ujar Hendri, kepercayaan industri pada Agustus 2023 masih sangat baik. Nilai IKI yang ekspansi pada Agustus 2023 sejalan dengan persentase pelaku usaha yang menyatakan kondisi kegiatan usahanya meningkat mencapai 32,8%. Angka itu lebih tinggi jika dibandingkan kondisi Juli sebesar 32,0%.
Selanjutnya, ada 42,9% pelaku usaha yang menyatakan kondisi usahanya stabil pada Agustus 2023.
Berdasarkan survei, pelaku usaha juga masih memandang optimistis dengan prospek usaha 6 bulan ke depan. Ada 66% pelaku usaha yang mengaku yakin dengan prospek usaha hingga akhir 2023.
Sebanyak 24,8% pelaku usaha menyatakan kondisi usahanya stabil selama 6 bulan mendatang. Angka ini tidak berubah signifikan dari bulan-bulan sebelumnya.
"Mayoritas responden yang menjawab optimis menyampaikan keyakinannya bahwa kondisi pasar akan membaik dan kepercayaannya karena kebijakan pemerintah pusat yang lebih baik," kata Febri.
Sementara itu, persentase pesimisme pandangan pelaku usaha terhadap kondisi usaha 6 bulan ke depan sebesar 9,2% pada Agustus 2023. Tingkat pesimisme pelaku usaha selalu di bawah 10% selama 5 periode terakhir.
Febri menambahkan, terjaganya kepercayaan industri di Indonesia juga didorong oleh situasi eksternal. Di antaranya, pertumbuhan ekonomi global yang tercatat terus membaik dalam beberapa tahun belakangan, terlebih pascapandemi Covid-19.
Selain itu, tingkat inflasi yang relatif masih terjaga meski sebagian besar negara di dunia mengalami inflasi.
"Sebagian besar negara juga mempertahankan suku bunga, sedangkan Uni Eropa menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi," kata Febri.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.