NERACA PERDAGANGAN

Impor Mulai Naik, Surplus Necara Perdagangan Menyusut

Dian Kurniati | Kamis, 15 April 2021 | 13:12 WIB
Impor Mulai Naik, Surplus Necara Perdagangan Menyusut

Kepala BPS Suhariyanto memaparkan data kinerja neraca perdagangan. (tangkapan layar Youtube)

JAKARTA, DDTCNews – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$1,57 miliar pada Maret 2021.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan surplus tersebut melanjutkan tren yang terjadi sejak tahun lalu. Meski demikian, surplus perdagangan pada Maret 2021 sudah lebih kecil dibandingkan dengan posisi Februari 2021 yang mencapai US$2,0 miliar karena impor naik signifikan.

"Surplus ini jauh lebih bagus dibandingkan dengan surplus ada posisi bulan Maret tahun lalu maupun tahun 2019, yang pada waktu itu mengalami surplus tetapi hanya US$0,7 miliar," katanya melalui konferensi video, Kamis (15/4/2021).

Baca Juga:
BMTP Impor Kain dan Karpet Diperpanjang, Sri Mulyani Harapkan Ini

Suhariyanto mengatakan surplus tersebut terjadi karena nilai ekspor pada Maret 2021 tercatat US$18,35 miliar. Capaian itu naik 20,31% dari kinerja pada Februari 2021 dan naik 30,47% dibanding dengan performa pada Maret 2020.

Sementara dari sisi impor, nilainya mencapai US$16,79 miliar. Nilai tersebut tercatat mengalami kenaikan hingga 26,55% dari posisi pada Februari 2021 dan naik 25,73% dibandingkan dengan kinerja pada Maret 2020.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari hingga Maret 2021 mencapai US$48,90 miliar atau meningkat 17,11% dibandingkan dengan kinerja periode yang sama pada 2020.

Baca Juga:
Diberi Kemudahan Ekspor, Ini 6 Kriteria Eksportir Bereputasi Baik

Ekspor nonmigas pada Maret 2021 mencapai US$17,45 miliar. Nilai tersebut naik 21,21% dibandingkan dengan kinerja pada Februari 2021 dan naik 30,07% dari posisi Maret 2020. Nilai kumulatif ekspor nonmigas mencapai US$46,25 miliar atau meningkat 17,14%.

Peningkatan terbesar ekspor nonmigas terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 67,90%, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada kendaraan dan bagiannya sebesar 2,06%.

Adapun menurut sektornya, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan sepanjang Januari hingga Maret 2021 naik 18,06% dibandingkan dengan periode yang sama 2020. Hal serupa juga terjadi pada ekspor hasil pertanian yang naik 14,61%, serta ekspor hasil tambang dan lainnya naik 12,10%.

Baca Juga:
Terkendala Saat Gunakan CEISA 4.0, DJBC Bagikan Tips agar Lancar

Sementara dari sisi impor, impor migas pada Maret 2021 tercatat US$2,28 miliar. Capaian tersebut tercatat mengalami kenaikan 74,74% dibandingkan dengan performa pada Februari 2021 atau naik 41,87% dari posisi Maret 2020.

Impor nonmigas pada Maret 2021 senilai US$14,51 miliar. Nilai tersebut naik 21,30% dibandingkan dengan kinerja pada Februari 2021 atau naik 23,52% dari posisi Maret 2020.

Peningkatan impor barang nonmigas terbesar pada Maret 2021 terjadi pada besi dan baja sebesar 63,34%, sedangkan penurunan terbesar yakni lemak dan minyak hewan/nabati 40,97%.

Baca Juga:
Minta Perusahaan Bangun Pabrik di AS, Trump Rancang Bea Masuk Tinggi

Jika dilihat berdasarkan pada golongan penggunaan barang, Suhariyanto menyebut terjadi peningkatan nilai impor sepanjang Januari hingga Maret 2021 terhadap periode yang sama 2020, yakni pada barang konsumsi sebesar 14,62%, bahan baku/penolong 10,16%, dan barang modal 11,47%.

"Impornya naik tinggi. Naik 25,73% karena adanya kenaikan impor, baik untuk barang konsumsi, barang penolong, maupun barang modal," ujarnya.

Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama periode Januari hingga Maret 2021 yakni China senilai US$12,04 miliar (31,48%), Jepang US$3,13 miliar (8,19%), dan Korea Selatan US$2,34 miliar (6,12%).

Baca Juga:
Surplus Perdagangan Berlanjut, Sinyal Positif Ekonomi Kuartal III/2024

Suhariyanto menambahkan pergerakan ekspor dan impor yang tinggi pada Maret 2021 juga sejalan dengan beberapa indikator yang dirilis lembaga lain. Misalnya, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia oleh IHS Markit yang berada di level 53,2 atau pada fase ekspansi.

"Tentunya ini sangat bagus. Ke depan, tentunya kita berharap performa pada bulan Maret ini bisa diulang pada bulan-bulan berikutnya," imbuhnya. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Jumat, 18 Oktober 2024 | 19:15 WIB KEBIJAKAN BEA MASUK

BMTP Impor Kain dan Karpet Diperpanjang, Sri Mulyani Harapkan Ini

Jumat, 18 Oktober 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Diberi Kemudahan Ekspor, Ini 6 Kriteria Eksportir Bereputasi Baik

Kamis, 17 Oktober 2024 | 15:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Terkendala Saat Gunakan CEISA 4.0, DJBC Bagikan Tips agar Lancar

Rabu, 16 Oktober 2024 | 16:30 WIB AMERIKA SERIKAT

Minta Perusahaan Bangun Pabrik di AS, Trump Rancang Bea Masuk Tinggi

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN