BERITA PAJAK HARI INI

Identitas Beneficial Owner Dibuka, Distribusi Setoran Pajak Kian Adil

Awwaliatul Mukarromah | Rabu, 28 Februari 2018 | 08:45 WIB
Identitas Beneficial Owner Dibuka, Distribusi Setoran Pajak Kian Adil

JAKARTA, DDTCNews – Penegasan ketentuan mengenai penyampaian beneficial ownership (BO) dalam aturan teknis akses informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan bakal memudahkan Ditjen Pajak menjangkau rekening para penerima manfaat dari suatu korporasi. Berita tersebut mewarnai beberapa media nasional pagi ini, Rabu (28/2).

Ketentuan ini juga memberi jalan bagi otoritas pajak untuk mewujudkan pajak sebagai instrumen untuk mendistribusikan pendapatan. Direktur Peraturan Perpajakan Internasional Ditjen Pajak John Hutagaol mengatakan dalam PMK No.19/PMK.03/2018, ada lima jenis informasi utama yang disampaikan oleh lembaga keuangan kepada Ditjen Pajak, salah satunya identitas pemegang rekening.

Definisi pemegang rekening ini mengalami perluasan, misalnya khusus pemegang rekening yang merupakan wajib pajak badan, selain informasi mengenai wajib pajak badan itu sendiri, juga wajib menyampaikan nama controlling person (orang yang menjadi pengendali atas badan tersebut).

Baca Juga:
Pemerintah Pusat Bakal Asistensi Pemda Terbitkan Obligasi Daerah

Menurutnya, ini sesuai dengan konsep BO yang diatur dalam Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF). Selain mendorong keterbukaan informasi keuangan, beleid ini dinilai akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak secara sukarela (voluntary compliance). Dengan begitu, jumlah basis pajak akan meningkat dan implikasinya kinerja pemungutan pajak pemerintah juga semakin membaik.

Kabar lainnya masih mengenai beleid akses informasi dan ketimpangan struktur penerimaan pajak. Berikut ringkasan selengkapnya:

  • Pandangan Pengamat Soal Perluasan Aturan Akses Informasi Keuangan

Pengamat Pajak DDTC Bawono Kristiaji memandang perluasan cakupan dalam aturan teknis mengenai akses informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan perlu dilihat dari tiga dimensi, yakni distribusi penghasilan, distribusi kekayaan, dan akumulasi kekayaan antargenerasi. Kebijakan fiskal, terutama pajak, merupakan instrumen yang bisa dipergunakan dalam mengatasi ketimpangan. Menurutnya, saat ini persoalan ketimpangan banyak dikaitkan dengan perilaku wajib pajak kaya (high net worth individuals/HNWI).

Baca Juga:
Wajah-Wajah Lama Masih Isi Tim Ekonomi Prabowo-Gibran

Beberapa kebijakan PPh OP yang umumnya ditujukan untuk mengurangi ketimpangan seperti tarif progresif hingga skema capital gain tax juga belum mampu sepenuhnya menjamin kesetaraan ekonomi. Hal ini ditengarai akibata adanya kemampuan orang kaya untuk menyembunyikan harta dan penghasilan di luar negeri ataupun dengan mengaburkan identitas di balik suatu legal arrangement. Beleid akses informasi ini dapat membantu pemerintah dalam memetakan kepatuhan HNWI tersebut. Dengan kata lain, PMK 19/2018 menjadi bagian upaya untuk menjamin distribusi pajak yang adil dan elemen untuk mengurangi ketimpangan.

  • Strukur PPh OP Masih Timpang

Menilik realisasi setoran pajak 2017, struktur penerimaan PPh masihh timpang karena didominasi oleh PPh OP karyawan yang mencapai Rp117,7 triliun atau tumbuh 7,4%, sedangan PPh OP non-karyawan hanya berkontribusi Rp7,83 triliun meskipun tumbuh 47,32%. Hal ini menunjukkan struktur penerimaan PPh masih timpang. Padahal idealnya dengan berbagai effort pemerintah belakangan ini, kontribusi PPh OP non-karyawan bisa melesat jauh dari angka realisasi tersebut. Selain itu, kinerja pajak pemerintah juga melemah dengan tergerusnya angka rasio pajak ke 8,4%. Padahal menurut IMF, standar minimal untuk melakukan pembangunan secara berkelanjutan dibutuhkan tax ratio paling tidak 12,75%. Artinya, merujuk standar IMF ini, posisi rasio pajak Indonesia masih rendah. Untuk itu, beleid akses informasi keuangan ini diharapkan dapat memudahkan otoritas pajak untuk melacak dan mendeskripsikan profil penghasilan wajib pajak, terutama dengan masuknya klausul BO dalam batang tubuh PMK 19/2018.

  • Masa Pendaftaran Lemabaga Keuangan Diperpanjang Hingga 31 Maret

Ditjen Pajak memperpanjang masa pendaftaran lembaga jasa keuangan dari batas akhir 28 Februari menjadi 31 Maret. Pendaftaran ini merupakan tahap awal sebelum lembaga jasa keuangan melaporkan data nasabah pada waktunya. Direktur Penyuluhan Pelayanan dan Humas Dirtjen Pajak Hestu Yoga Saksama mengatakan perpanjangan ini dilakukan untuk memberikan waktu yang cukup bagi lembaga jasa keuangan untuk mendaftarkan diri ke Ditjen Pajak. Pengamat Pajak DDTC Darussalam berpendapat, dengan semakin dekatnya implementasi pertukaran informasi keuanagan secara otomatis (AEoI) bagi Indonesia pada September 2018, Indonesia juga turut mengikuti ketentuan dalam Common Reporting Standard (CRS), salah satunya mengenai perlunya kewajiban registrasi untuk menjadi lembaga keuangan pelapor. Kelonggaran waktu ini perlu agar lembaga keuangan dapat mempersiapkan sistem internal mereka sebelum pelaksanaan AEoI. (Amu)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 09:00 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pemerintah Pusat Bakal Asistensi Pemda Terbitkan Obligasi Daerah

Senin, 21 Oktober 2024 | 09:15 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Wajah-Wajah Lama Masih Isi Tim Ekonomi Prabowo-Gibran

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 11:30 WIB BERITA PAJAK SEPEKAN

Kejar Kepatuhan Pajak Pelaku UMKM, DJP Perluas ‘Pendampingan’ BDS

Jumat, 18 Oktober 2024 | 09:14 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pencantuman NITKU Bakal Bersifat Mandatory saat Pembuatan Bukti Potong

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN