KINERJA PERDAGANGAN

Harga Berangsur Turun, BPS Sebut Windfall Komoditas Segera Berakhir

Dian Kurniati | Senin, 15 Agustus 2022 | 16:45 WIB
Harga Berangsur Turun, BPS Sebut Windfall Komoditas Segera Berakhir

Pekerja menurunkan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dari atas mobil di Desa Lemo - Lemo, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Sabtu (2/7/2022). ANTARA FOTO/Akbar Tado/rwa.
 

JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat mulai terjadi tren penurunan harga berbagai komoditas unggulan Indonesia.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan penurunan harga tersebut di antaranya terjadi pada minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan feronikel. Menurutnya, penurunan harga tersebut menandakan windfall yang dinikmati Indonesia pada tahun ini akan segera berakhir.

"Penurunan harga komoditas unggulan ekspor utama kita seperti CPO, barangkali memang menjadi perhatian kita sebagai tanda berakhirnya windfall harga komoditas," katanya, Senin (15/8/2022).

Baca Juga:
Insentif Kepabeanan Tersalur Rp33,9 Triliun, Begini Dampak ke Ekonomi

Setianto mengatakan ekspor Indonesia tumbuh impresif pada sepanjang Januari-Juli 2022, yakni mencapai 36,36%. Kondisi itu lebih didorong oleh peningkatan harga komoditas ekspor, khususnya pada komoditas utama Indonesia.

Dia menilai kinerja ekspor yang positif tersebut tidak disertai dengan peningkatan volume yang signifikan. Oleh karena itu, nilai ekspor akan otomatis melambat ketika harga berbagai komoditas utama Indonesia mulai menurun.

Misalnya pada CPO, Setianto memaparkan harganya mulai turun dari US$1,062,99 per metrik ton pada Januari 2022 ke level US$1.056,6 per metrik ton pada Juli 2022. Sedangkan soal volume ekspornya, pada Juli 2022 tercatat sebanyak 2,2 juta metrik ton.

Baca Juga:
Cegah Penyelundupan, DJBC Mulai Gunakan Alat Pemindai Peti Kemas

"Windfall dapat berakhir jika harga komoditas ini kembali kepada kondisi normal karena volume ekspor komoditas utama kita cenderung stagnan," ujarnya.

Sejak Juni 2022, pemerintah mengadakan percepatan ekspor atau flush out atas CPO dan produk turunannya. Langkah itu ditempuh untuk meningkatkan harga TBS kelapa sawit di tingkat petani.

Ketika program flush out diumumkan, pemerintah menurunkan tarif pungutan ekspor terhadap 19 dari 26 jenis produk CPO. Namun khusus pada 15 Juli hingga 31 Agustus 2022, pemerintah memutuskan mengenakan tarif pungutan ekspor CPO beserta semua produk turunannya sebesar US$0. (sap)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Sabtu, 21 Desember 2024 | 10:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Insentif Kepabeanan Tersalur Rp33,9 Triliun, Begini Dampak ke Ekonomi

Kamis, 19 Desember 2024 | 10:36 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Cegah Penyelundupan, DJBC Mulai Gunakan Alat Pemindai Peti Kemas

Rabu, 18 Desember 2024 | 18:00 WIB KAMUS KEPABEANAN

Apa Itu Surat Penetapan Kembali Perhitungan Bea Keluar?

Kamis, 12 Desember 2024 | 09:30 WIB PENERIMAAN BEA DAN CUKAI

Realisasi Setoran Bea dan Cukai Capai Rp257 Triliun, Tumbuh 5,2 Persen

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra