Ilustrasi Ibu Kota. (foto: jakarta.go.id)
JAKARTA, DDTCNews – Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir bergerak moderat di kisaran 5%. Fakta tersebut menjadi tantangan besar untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah (middle income trap).
Nawir Messi, ekonom senior Indef mengatakan tantangan terbesar perekonomian ke depan adalah menggenjot ekonomi lebih kencang. Ini merupakan syarat mutlak untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah.
“Data BPS kemarin menunjukan PDB per kapita kita masuk dalam negara berpenghasilan menengah atas. Ini akan menjadi tantangan untuk naik kelas ke negara berpenghasilan tinggi,” katanya dalam diskusi bertajuk ‘Tantangan Mendorong Pertumbuhan dan Menarik Investasi di Tahun Politik’, Kamis (7/2/2019).
Menurutnya, jalan menuju negara berpenghasilan tinggi akan semakin menantang di masa depan. Pasalnya, Indonesia membutuhkan akselerasi pertumbuhan ekonomi untuk bisa keluar dari jebakan middle income trap.
Lebih lanjut, dia menerangkan syarat utama naik kelas adalah laju pertumbuhan ekonomi nasional tiap tahun minimal tumbuh stabil di kisaran 7,5%. Apabila hal tersebut dapat dijaga hingga 2030, peluang bagi Indonesia naik kelas menjadi negara berpenghasilan tinggi terbuka lebar.
“Ini bukan pekerjaan kecil, banyak tantangan dalam konteks mendorong ekonomi agar naik kelas,” tandasnya.
Salah satu tantangan tersebut adalah menggenjot masuknya investasi asing ke dalam negeri. Sektor ini masih menjadi pekerjaan besar pemerintah untuk segera dituntaskan. Hal ini berkaca pada laju penanaman modal asing (PMA) yang terkontrakasi pada tahun lalu.
Realisasi PMA secara persentase turun sebesar 8% dari capaian pada 2017. Bila tidak segera dicarikan jalan keluar untuk mendongkrak investasi, sambung Nawir, nasib perekonomian akan berkutat pada level menengah dalam jangka waktu yang panjang.
“Untuk tumbuh sebesar 6%, kita butuh lonjakan investasi sebesar 14%. Tantangan makin berat ketika mengejar pertumbuhan 7,5% karena dibutuhkan akselerasi investasi asing sebesar 43%,” tandasnya.
Sebagai informasi, middle income trap merupakan sebuah istilah yang diasosiasikan dengan kegagalan suatu negara untuk naik level dari negara berpendapatan rendah ke pendapatan tinggi. Dengan PDB per kapita sebesar Rp56 juta atau US$3.927, Indonesia masuk kategori negara pendapatan menengah atas.
Bank Dunia membuat klasifikasi suatu negara masuk kategori pendapatan bawah (low income) bila pendapatan per kapita di bawah US$955. Kemudian, kategori berpendapatan menengah bawah (lower-middle income) bila pendapatan per kapita berkisar US$955—US$3.895.
Adapun negara masuk kategori pendapatan menengah atas (upper-middle income) bila berpendapatan per kapita antara US$3.896—US$12.055. Terakhir, negara yang masuk kategori berpendapatan tinggi (high income) bila pendapatan per kapita sudah di atas US$12.055. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.