BERITA PAJAK HARI INI

DPR Usulkan Pasal Akses Informasi Dihapus dalam RUU KUP

Redaksi DDTCNews | Rabu, 09 Mei 2018 | 09:18 WIB
DPR Usulkan Pasal Akses Informasi Dihapus dalam RUU KUP

JAKARTA, DDTCNews – Pagi ini, Rabu (9/5), kabar datang dari parlemen yang ingin menghilangkan pasal terkait akses informasi perpajakan. Otoritas pajak menilai penghapusan aturan yang sudah termaktub dalam Rancangan Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (RUU KUP) merupakan kemunduran bagi reformasi perpajakan.

Penghapusan pasal akses informasi itu disoroti oleh pengamat pajak DDTC yang menilai pasal akses informasi ke berbagai instansi itu sudah sejalan dengan konsep transparansi dan merupakan jawaban terhadap lemahnya kinerja penerimaan pajak.

Kabar lainnya datang dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang berencana melonggarkan persyaratan bagi investor di sektor ekonomi digital atau e-commerce. Pelonggaran itu diharapkan bisa mendorong realisasi investasi di sektor ekonomi digital yang saat ini tengah berkembang.

Baca Juga:
Pemerintah Pusat Bakal Asistensi Pemda Terbitkan Obligasi Daerah

Berikut ringkasannya:

  • DJP Tanggapi Upaya Penghapusan Pasal Akses Informasi:

Direktur P2 Humas Ditjen Pajak Hestu Yoga Saksama mengatakan pemerintah sejauh ini masih menunggu pembahasan dengan DPR terkait berbagai isu yang masuk dalam RUU KUP. Menurutnya jika penghapusan pasal keterbukaan informasi yang dianggap sebagai Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) RUU KUP, maka ke depannya akan ditanggapi dalam sidang atau pembahasan resmi dengan DPR.

  • Penghapusan Pasal Akses Informasi Timbulkan Kekhawatiran:

Kepala DDTC Fiscal Research B. Bawono Kristiaji mengatakan usulan penghapusan Pasal 39 ayat 4 RUU KUP berpotensi mendistorsi keterbukaan informasi. Otoritas pajak tidak bisa meningkatkan kepatuhan, memetakan potensi dan menjalankan fungsi pengawasan dalam konteks self assessment tanpa adanya data atau informasi. Bawono khawatir jika hal itu terjadi, maka akan mengulangi persoalan yang timbul dalam UU KUP saat ini yakni terbatasnya akses informasi keuangan untuk perpajakan.

Baca Juga:
Wajah-Wajah Lama Masih Isi Tim Ekonomi Prabowo-Gibran
  • Co-working Space Jadi Tren, Aturan Investasi Disesuaikan:

Kepala BKPM Thomas T. Lembong mengatakan pelonggaran syarat yang dimaksud berupa menghilangkan kekauan dalam hal alamat tetap perusahaan, hal ini sejalan dengan tren bekerja di co-working space. Pasalnya beberapa start-up ingin bekerja di co-working space, sedangkan aturan yang berlaku harus memiliki alamat tetap. Menurutnya hal itu merupakan kekakuan aturan yang harus disesuaikan.

  • Rupiah Tembus Rp14.000, Peluang Perbaiki Defisit Neraca Dagang:

Kinerja rupiah makin loyo, saat ini dolas Amerika Serikat tembus Rp14.036 per dolar AS (Jisdor BI). Timbul kekhawatiran nilai tukar rupiah semakin sulit dikendalkan pasca melewati level Rp14.000. Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menilai pelemahan ini bisa menjadi peluang untuk memperbaiki masalah defisit neraca dagang. Menurutnya pelemahan rupiah mendorong pendapatan ekspor menjadi lebih banyak, sedangkan harga impor melambung tinggi. Ke depannya, defisit pada ekspor dan impor perlu diperbaiki.

  • Perbaikan Teknologi dan UMKM Dorong RI Bersaing Secara Global:

Masih ada pekerjaan rumah yang perlu dirampungkan sebelum Indonesia menjadi pionir membawa kawasan Asia Tenggara bersaing secara global. Direktur Eksekutif APEC Alan Bollard menilai Indonesia memiliki kekuatan dalam permintaan atau konsumsi domestiknya. Menurutnya penguatan dari aspek tekonologi dan UMKM menjadi pekerjaan rumah yang perlu diperbaiki. (Amu)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 09:00 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pemerintah Pusat Bakal Asistensi Pemda Terbitkan Obligasi Daerah

Senin, 21 Oktober 2024 | 09:15 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Wajah-Wajah Lama Masih Isi Tim Ekonomi Prabowo-Gibran

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 11:30 WIB BERITA PAJAK SEPEKAN

Kejar Kepatuhan Pajak Pelaku UMKM, DJP Perluas ‘Pendampingan’ BDS

Jumat, 18 Oktober 2024 | 09:14 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pencantuman NITKU Bakal Bersifat Mandatory saat Pembuatan Bukti Potong

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN