JAKARTA, DDTCNews – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan angka inflasi pada bulan pertama di tahun ini mencapai 0,97%. Adapun inflasi dari tahun ke tahun tercatat 3,49% dan untuk inflasi tahun kalender di angka 0,97%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan dari 82 kota yang disurvei BPS, seluruh kota mengalami inflasi. "Tertinggi dicatatkan oleh Pontianak dengan angka 1,82%. Untuk inflasi terendah dicatatkan oleh Manokwari dengan besaran 0,09%," jelasnya di Jakarta, Rabu (1/2).
Suhariyanto melanjutkan angka inflasi pada Januari 2017 ini lebih tinggi jika dibanding dengan Januari 2015 dan Januari 2016, namun lebih rendah jika dibanding dengan Januari 2014. "Tiga tahun lalu angka inflasi pada Januari mencapai 1,07%," tambahnya.
Ia mengatakan penyebab tingginya angka inflasi pada Januari ini karena kenaikan indeks pada transportasi, komunikasi dan jasa komunikasi dengan andil 0,43%.
Rinciannya, kenaikan biaya pengurusan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) memberikan andil 0,23% dan untuk tarif pulsa berperan 0,14%. Sedangkan untuk penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi tak memberikan andil besar yaitu hanya sekitar 0,08%.
Adapun, Bank Indonesia (BI) memperkirakan tingkat inflasi pada Januari 2017 akan berada di kisaran 0,69%. Kenaikan harga bahan pangan dan tarif tenaga listrik (TTL) masih menjadi penyumbang utama inflasi tersebut.
"Inflasi Januari ini diperkirakan 0,69%, sehingga inflasi tahunannya atau secara yoy 3,21%," kata Gubernur BI Agus Martowardojo.
Agus mengungkapkan penyumbang utama inflasi di bulan pertama 2017 ini karena kenaikan 4 tarif atau harga, yakni kenaikan biaya pengurusan STNK, penyesuaian tarif tenaga listrik, mahalnya harga cabai rawit dan daging ayam.
"Penyebab utama inflasi karena tarif STNK naik, tarif dasar listrik, cabai rawit, dan daging ayam. Sedangkan penyumbang deflasi atau yang menghambat inflasi adalah cabai merah, bawang merah, dan tomat sayur," terangnya.
Namun demikian, Agus menilai, perkiraan inflasi 3,21% secara yoy di Januari masih terjaga dan dalam target BI yang dipatok 4 plus minus 1 persen. "Masih sesuai dengan target BI," ucapnya. (Amu)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.