JAKARTA, DDTCNews – CEO Gojek Nadiem Makarim mengemukakan pendapatnya terkait rencana pemerintah yang menyasar pajak di bisnis start-up digital seperti e-commerce dan transportasi online.
Menurutnya, pemerintah harus berhati-hati dalam menerapkan kebijakan pajak digital, terutama agar para investor tidak lari dan perkembangan bisnis tetap bisa terbangun.
Hal itu diungkapkannya saat bertemu langsung dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam diskusi 'Kerja Nyata Membangun Negeri' sebagai bagian rangakan peringatan 71 Hari Oeang di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (26/10).
"Saran saya perlu hati-hati sekali. Walaupun kita gede, tapi masih bleeding (berdarah-darah) satu dua tahun ke depan. Kalau pemerintah ingin canangkan target besar ke pemain, investor akan menarik diri, dan pertumbuhan akan terhambat," kata Nadiem.
Menurut dia, pemerintah perlu memberi banyak ruang terlebih dahulu pada perusahaan teknologi untuk berkembang. Potensi pajak yang besar justru datang saat perusahaan digital sudah semakin besar, dengan database pelanggan yang tercatat dengan baik.
"Saran saya ikuti filsafat teknologi. Artinya semua orang masuk dulu ke transaksi digital, baru meningkatkan revenue pajak ke depannya. Move orang ke cashless, dari digital itu bisa diraih jauh lebih banyak pajak, saat semua sudah terdigitalisasi," jelas Nadiem.
Nadiem menjelaskan pengemudi Gojek sendiri, baik ojek maupun taksi online, hampir semuanya berasal dari kalangan menengah bawah.
"Kalau Gojek kebanyakan kelas menengah bawah. Kalau Gocar menengah bawah juga tapi sedikit lebih tinggi. Enggak semuanya juga punya mobil sendiri, ada yang sewa, atau dia leasing untuk melaksanakan bisnis itu," pungkasnya. (Amu)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.