BERITA PAJAK HARI INI

68 Negara Sepakati Aturan Pencegahan Treaty Shopping

Redaksi DDTCNews | Jumat, 09 Juni 2017 | 10:49 WIB
68 Negara Sepakati Aturan Pencegahan Treaty Shopping

JAKARTA, DDTCNews – Pagi ini, Jumat (9/6) sejumlah media nasional ramai memberitakan tentang Indonesia yang telah menandatangani Multilateral Instrument on Tax Treaty (MLI) di kantor pusat OECD, Paris.

MLI adalah modifikasi pengaturan tax treaty secara serentak, tanpa melalui proses negosiasi bilateral untuk meminimalisir potensi pajak berganda atau penghindaran pajak. Hingga saat ini, sudah ada 68 negara yang telah turut serta menandatangani kesepakatan tersebut dan akan segera disusul oleh 30 negara lainnya.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara mengatakan dengan adanya MLI ini, maka Indonesia dapat mengamankan penerimaan pajak dengan mencegah penghindaran pajak melalui praktik treaty shopping yang banyak dilakukan oleh perusahaan multinasional.

Baca Juga:
PPN 12 Persen, Pemerintah Ingin Rakyat Lebih Luas Ikut Bayar Pajak

Berita lainnya mengenai usulan baru atas batasan saldo minimal wajib lapor data nasabah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang meminta Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) untuk segera mengusulkan cukai baru. Berikut ulasan ringkas beritanya:

  • Batas Wajib Lapor Data Diusulkan Rp2 Miliar

Kendati Kementerian Keuangan sudah menaikkan batas minimum saldo rekening nasabah bank yang wajib lapor ke Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak dari Rp200 juta menjadi Rp1 miliar, namun batas baru tersebut masih saja menuai banyak protes. Batasan tersebut dinilai masih tidak sesuai dengan kesepakatan AEoI yakni sebesar US$250.000 atau setara Rp3,3 miliar. Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan akan lebih logis jika pemerintah mengacu pada nominal penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) senilai Rp2 miliar.

  • Usulan Cukai Baru Segera Diajukan

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) mengharapkan rencanan pengenaan sejumlah cukai baru seperti yang akan dilakukan terhadap plastik dapat menjadi salah satu terobosan untuk mengoptimalkan penerimaan negara. DPR memberikan waktu selama 2 bulan kepada DJBC untuk menentukan objek cukai baru. DPR melihat porsi terbesar penerimaan cukai yang didominasi cukai tembakau masih sangat sempit, sehingga perlu terobosan cukai baru.

Baca Juga:
Tahap Pra-Implementasi Aplikasi Coretax, DJP Imbau WP Soal Ini
  • Pajak & Ekspor Jadi Penggerak Utama Cadangan Devisa

Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2017 mencatatkan kenaikan dari US$123,25 miliar menjadi US$124,25 miliar. Peningkatan penerimaan dari sektor pajak, devisa ekspor dan hasil lelang SBBI valas menjadi penopang utama kenaikan tersebut. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

  • 3.202 Perusahaan Tambang di RI Tak Punya NPWP

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencatat masih banyak perusahaan pemegang izin usaha pertambangan (IUP) yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Berdasarkan data Ditjen Pajak Maret 2014, ada 7.754 perusahaan pemegang IUP, 3.202 atau sekitar 24% di antaranya belum teridentifikasi NPWP-nya. Sedangkan dari rekapitulasi data 2014 Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, terdapat 10.918 Izin Usaha Pertambangan (IUP) di seluruh Indonesia.

  • OECD Prediksi Ekonomi Indonesia Naik di Atas 5%, Ini Penopangnya

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan terus menguat pada tahun ini. Konsumsi swasta, menjadi penopang utama positifnya produk domestik bruto (PDB) Tanah Air. Proyeksi tersebut diungkapkan oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dalam outlook terbarunya bulan Juni 2017. Laporan itu menyebutkan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan mencapai 5,1% dan kembali naik menjadi 5,2% pada 2018. (Amu)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 26 Desember 2024 | 08:45 WIB BERITA PAJAK HARI INI

PPN 12 Persen, Pemerintah Ingin Rakyat Lebih Luas Ikut Bayar Pajak

Rabu, 25 Desember 2024 | 08:00 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Tahap Pra-Implementasi Aplikasi Coretax, DJP Imbau WP Soal Ini

Selasa, 24 Desember 2024 | 09:07 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Coretax Berlaku 2025, DJP Online Tetap Bisa Digunakan Sementara

Senin, 23 Desember 2024 | 09:08 WIB BERITA PAJAK HARI INI

PPN Barang Pokok dan Jasa Premium Masih Tunggu Penetapan Aturan Teknis

BERITA PILIHAN
Kamis, 26 Desember 2024 | 14:30 WIB KPP PRATAMA BENGKULU SATU

Mobil Rp200 Juta Disita KPP, Bakal Dilelang Kalau Utang Tak Dilunasi

Kamis, 26 Desember 2024 | 14:00 WIB KILAS BALIK 2024

Februari 2024: Wajib Pajak Bereaksi karena Potongan PPh 21 Lebih Besar

Kamis, 26 Desember 2024 | 13:30 WIB CORETAX SYSTEM

Jelang Coretax Diterapkan, PKP Bakal Perlu Bikin Sertel Baru

Kamis, 26 Desember 2024 | 13:00 WIB PROVINSI JAWA TIMUR

Opsen Berlaku 2025, Pemprov Turunkan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan

Kamis, 26 Desember 2024 | 12:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

PKP Risiko Rendah Diterbitkan SKPKB, Kena Sanksi Kenaikan atau Bunga?

Kamis, 26 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK DAERAH

9 Jenis Pajak Daerah Terbaru yang Ditetapkan Pemkot Sibolga

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:30 WIB KILAS BALIK 2024

Januari 2024: Ketentuan Tarif Efektif PPh Pasal 21 Mulai Berlaku

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kredit Investasi Padat Karya Diluncurkan, Plafonnya Capai Rp10 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:30 WIB PENGAWASAN BEA CUKAI

Libur Natal dan Tahun Baru, Bea Cukai Perketat Pengawasan di Perairan

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:00 WIB CORETAX SYSTEM

Fitur Coretax yang Tersedia selama Praimplementasi Terbatas, Apa Saja?