BERITA PAJAK HARI INI

Tren Penurunan Tarif PPh Korporasi di Global Bisa Jadi Acuan Indonesia

Kurniawan Agung Wicaksono | Senin, 21 Januari 2019 | 08:11 WIB
Tren Penurunan Tarif PPh Korporasi di Global Bisa Jadi Acuan Indonesia

Tampilan awal laporan ‘Corporate Tax Statistics’ OECD. 

JAKARTA, DDTCNews – Tren penurunan tarif pajak penghasilan (PPh) korporasi di tingkat global bisa menjadi patokan pemerintah Indonesia dalam mereformasi pajak, termasuk tarif PPh itu sendiri. Hal ini menjadi sorotan beberapa media nasional pada hari ini, Senin (21/1/2019).

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dalam laporan terbarunya bertajuk ‘Corporate Tax Statistics’ edisi pertama mencatat rata-rata tarif PPh korporasi pada 94 yurisdiksi turun dari 28,6% pada 2000 menjadi 21,4% pada 2018.

Pada 2018, hanya kurang dari 20% yurisdiksi yang memiliki tarif PPh badan lebih besar atau sama dengan 30%. Hal ini menunjukkan penyusutan dari porsi pada 2000 yang mencapai 60%. Adapun tarif PPh badan di Indonesia juga turun dari 30% pada 2000 menjadi 25% pada 2018.

Baca Juga:
PPN 12 Persen, Pemerintah Ingin Rakyat Lebih Luas Ikut Bayar Pajak

“Kami memang sedang mengkaji kemungkinan penurunan tarif PPh badan. Namun, kami juga melihat relevansinya dengan negara emerging di sekitar. Memang apa yang kami lihat sekarang, tarif PPh badan 25% itu bukan yang paling tinggi, tapi juga bukan yang terendah,” jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Dalam laporan OECD tersebut, Indonesia berada di posisi 37 dari 94 yurisdiksi yang memiliki tarif PPh korporasi tertinggi. Pada 2018, rata-rata tarif PPh kelompok Afrika 27,1%, OECD 23,7%, Asia 18,4%, dan Amerika Latin & Karibia (LAC) 17,9%.

Selain itu, beberapa media nasional juga masih menyoroti topik perlakuan perpajakan dalam transaksi e-commerceserta influencer seperti selebgram. Terkait selebgram, Sri Mulyani menegaskan pengenaan pajak hanya diberikan ketika mereka memiliki penghasilan lebih dari batas penghasilan tidak kena pajak (PTKP) Rp54 juta per tahun.

Baca Juga:
Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Berikut ulasan berita selengkapnya.

  • Penyesuaian Tarif Butuh Waktu Lama

Otoritas mengatakan penyesuaian tarif PPh badan – jika sesuai rencana – tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Hal ini dikarenakan perlu proses legislasi dengan anggota DPR dalam membahas revisi Undang-Undang PPh. Namun, kajian dipastikan terus berjalan.

  • Ini Kata Apindo Soal Tren Penurunan Tarif PPh Korporasi

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan tren penurunan di tingkat global itu seharusnya bisa diikuti Indonesia. Menurutnya, pemangkasan tarif PPh badan bisa dilakukan dari 25% menjadi 17%. Langkah ini diyakini mampu meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak dan menarik lebih banyak investasi ke dalam negeri.

Baca Juga:
Tahap Pra-Implementasi Aplikasi Coretax, DJP Imbau WP Soal Ini

“Sebenarnya PPh badan yang paling ideal itu 17%. Paling tidak harus sama dengan yang diterapkan di Singapura,” katanya.

  • Skema Perpajakan Tidak Berubah

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak (DJP) Hestu Yoga Saksama mengatakan skema perpajakan dalam transaksi e-commerce tidak mengalami perubahan. Para pedagang tetap melaporkan kewajiban perpajakannya sesuai dengan mekanisme self assessment.

“Saya pastikan tidak [berubah], karena di PMK 210/2018, pedagang atau penyedia jasa melaksanakan kewajiban perpajakan secara self assessment [hitung, bayar, lapor sendiri],” katanya.

Baca Juga:
Coretax Berlaku 2025, DJP Online Tetap Bisa Digunakan Sementara
  • Jika Melebihi PTKP, Selebgram Harus Setor PPh

Hingga saat ini tidak ada ketentuan khusus mengenai perlakuan pajak influencer, termasuk selebgram. Namun, ketentuan umum terkait kewajiban perpajakan tetap berlaku. Dengan demikian, jika penghasilan sudah melebihi PTKP, influencer tetap harus membayar dan melaporkan pajaknya.

“Yang disebut selebgram dan youtuber itu kan mereka melakukan inovasi kreatif. Kalau mereka mendapatkan pendapatan di bawah Rp 54 juta itu tidak masuk dalam pendapatan kena pajak. Namun, kalau sampai sangat terkenal dan pendapatannya sampai setengah miliar, ya itu baru kena pajak,” jelas Sri Mulyani.

  • Defisit Transaksi Berjalan Berisiko di Atas 3% PDB

Derasnya arus impor pada akhir tahun lalu berisiko semakin memperdalam defisit transaksi berjalan. Performa defisit pada kuartal IV/2018 bisa melebihi 3% terhadap produk domestik bruto (PDB). Beberapa ekonom memprediksi defisit akan berada di kisaran 3%-3,37% PDB. (kaw)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 26 Desember 2024 | 08:45 WIB BERITA PAJAK HARI INI

PPN 12 Persen, Pemerintah Ingin Rakyat Lebih Luas Ikut Bayar Pajak

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 08:00 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Tahap Pra-Implementasi Aplikasi Coretax, DJP Imbau WP Soal Ini

Selasa, 24 Desember 2024 | 09:07 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Coretax Berlaku 2025, DJP Online Tetap Bisa Digunakan Sementara

BERITA PILIHAN
Kamis, 26 Desember 2024 | 13:00 WIB PROVINSI JAWA TIMUR

Opsen Berlaku 2025, Pemprov Turunkan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan

Kamis, 26 Desember 2024 | 12:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

PKP Risiko Rendah Diterbitkan SKPKB, Kena Sanksi Kenaikan atau Bunga?

Kamis, 26 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK DAERAH

9 Jenis Pajak Daerah Terbaru yang Ditetapkan Pemkot Sibolga

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:30 WIB KILAS BALIK 2024

Januari 2024: Ketentuan Tarif Efektif PPh Pasal 21 Mulai Berlaku

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kredit Investasi Padat Karya Diluncurkan, Plafonnya Capai Rp10 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:30 WIB PENGAWASAN BEA CUKAI

Libur Natal dan Tahun Baru, Bea Cukai Perketat Pengawasan di Perairan

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:00 WIB CORETAX SYSTEM

Fitur Coretax yang Tersedia selama Praimplementasi Terbatas, Apa Saja?

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:45 WIB BERITA PAJAK HARI INI

PPN 12 Persen, Pemerintah Ingin Rakyat Lebih Luas Ikut Bayar Pajak

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:30 WIB KOTA BATAM

Ada Pemutihan, Pemkot Berhasil Cairkan Piutang Pajak Rp30 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Bagaimana Cara Peroleh Diskon 50 Persen Listrik Januari-Februari 2025?