JAKARTA, DDTCNews—Kinerja ekspor industri pengolahan hingga Juli turun dari tahun lalu. Pemerintah harus memperhatikan aspek ini jika ingin menggenjot ekspor.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan industri pengolahan merupakan kontributor utama dalam struktur ekspor nasional. Namun, kinerjanya terus turun dari tahun lalu.
"Ekspor industri pengolahan memang meningkat dari bulan lalu, tapi angkanya masih lebih rendah dari periode yang sama tahun ini. Ini menjadi tantangan kita," katanya di Kantor BPS, Kamis (15/8/2019).
Kecuk menjabarkan kinerja ekspor sektor manufaktur periode Januari hingga Juli 2019 sebesar US$71,6 miliar. Angka kumulatif tersebut masih lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang ekspornya senilai US$74,8 miliar atau turun 4,28%.
Mengendurnya kinerja industri pengolahan ini menurut Kecuk tidak terlepas dari melambatnya perekonomian dunia. Dinamika Perang dagang dan fluktuasi harga komoditas membuat kinerja ekspor manufaktur nasional tertekan karena berkurangnya permintaan dari pasar internasional.
Namun demikian, faktor eksternal tersebut bukan satu-satunya penghambat kinerja sektor manufaktur. Memperbanyak jenis industri melakukan kegiatan hilirisasi menjadi pekerjaan utama yang harus dilakukan oleh pemerintah.
"Kita tidak boleh hanya melihat faktor eksternal tapi dari internal juga harus dilakukan pembenahan. Di dalam negeri tantangan kita ada pada hilirisasi industri pengolahan," paparnya.
Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2019 kembali defisit US$63,5 juta. Penyebab utama defisit kali ini ialah besarnya defisit perdagangan migas, sementara itu surplus perdagangan nonmigas yang sebesar US$78 juta tidak mampu menutup defisit migas yang mencapai US$142 juta. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.