NERACA DAGANG INDONESIA

Ternyata Ini Penyebab Ekspor Terus Menurun

Redaksi DDTCNews | Kamis, 15 Agustus 2019 | 13:29 WIB
Ternyata Ini Penyebab Ekspor Terus Menurun

JAKARTA, DDTCNewsKinerja ekspor industri pengolahan hingga Juli turun dari tahun lalu. Pemerintah harus memperhatikan aspek ini jika ingin menggenjot ekspor.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan industri pengolahan merupakan kontributor utama dalam struktur ekspor nasional. Namun, kinerjanya terus turun dari tahun lalu.

"Ekspor industri pengolahan memang meningkat dari bulan lalu, tapi angkanya masih lebih rendah dari periode yang sama tahun ini. Ini menjadi tantangan kita," katanya di Kantor BPS, Kamis (15/8/2019).

Baca Juga:
Pemerintah Luncurkan Peta Jalan Jasa Industri 2025-2045, Apa Isinya?

Kecuk menjabarkan kinerja ekspor sektor manufaktur periode Januari hingga Juli 2019 sebesar US$71,6 miliar. Angka kumulatif tersebut masih lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang ekspornya senilai US$74,8 miliar atau turun 4,28%.

Mengendurnya kinerja industri pengolahan ini menurut Kecuk tidak terlepas dari melambatnya perekonomian dunia. Dinamika Perang dagang dan fluktuasi harga komoditas membuat kinerja ekspor manufaktur nasional tertekan karena berkurangnya permintaan dari pasar internasional.

Namun demikian, faktor eksternal tersebut bukan satu-satunya penghambat kinerja sektor manufaktur. Memperbanyak jenis industri melakukan kegiatan hilirisasi menjadi pekerjaan utama yang harus dilakukan oleh pemerintah.

Baca Juga:
Wamenkeu Anggito: Setoran Pajak Manufaktur dan Tambang Mulai Pulih

"Kita tidak boleh hanya melihat faktor eksternal tapi dari internal juga harus dilakukan pembenahan. Di dalam negeri tantangan kita ada pada hilirisasi industri pengolahan," paparnya.

Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2019 kembali defisit US$63,5 juta. Penyebab utama defisit kali ini ialah besarnya defisit perdagangan migas, sementara itu surplus perdagangan nonmigas yang sebesar US$78 juta tidak mampu menutup defisit migas yang mencapai US$142 juta. (Bsi)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Sabtu, 21 Desember 2024 | 10:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Insentif Kepabeanan Tersalur Rp33,9 Triliun, Begini Dampak ke Ekonomi

Kamis, 19 Desember 2024 | 10:36 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Cegah Penyelundupan, DJBC Mulai Gunakan Alat Pemindai Peti Kemas

Rabu, 18 Desember 2024 | 09:00 WIB PETA JALAN JASA INDUSTRI

Pemerintah Luncurkan Peta Jalan Jasa Industri 2025-2045, Apa Isinya?

Kamis, 12 Desember 2024 | 10:30 WIB PENERIMAAN PAJAK

Wamenkeu Anggito: Setoran Pajak Manufaktur dan Tambang Mulai Pulih

BERITA PILIHAN
Sabtu, 28 Desember 2024 | 15:30 WIB KANWIL DJP JAKARTA BARAT

Tersangka Penggelapan PPN Mengaku Kapok Setelah Bayar Denda 300 Persen

Sabtu, 28 Desember 2024 | 15:00 WIB KILAS BALIK 2024

Juni 2024: NPWP Cabang Digantikan NITKU, Pengawasan Diperkuat ke HWI

Sabtu, 28 Desember 2024 | 13:30 WIB ASET KRIPTO

Pengawasan Aset Kripto Resmi Beralih ke OJK Januari 2025

Sabtu, 28 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Pemerintah Bebaskan Bea Masuk Barang Keperluan Proyek Pemerintah

Sabtu, 28 Desember 2024 | 12:07 WIB BERITA PAJAK SEPEKAN

Hitung Hari sebelum Coretax Resmi Berlaku, PKP Perlu Bikin Sertel Baru

Sabtu, 28 Desember 2024 | 12:00 WIB PERATURAN KEPABEANAN

Aturan Baru terkait Pembukuan di Bidang Bea dan Cukai, Unduh di Sini

Sabtu, 28 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Hal-Hal yang Perlu WP OP Siapkan Sebelum Lapor SPT Tahunan