Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti saat memberikan paparan.
JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada Februari 2024 mencatatkan surplus senilai US$870 juta.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti memerinci kinerja nilai ekspor mencapai US$19,31 miliar dan nilai impor US$18,44 miliar. Adapun kinerja neraca perdagangan tersebut melanjutkan tren surplus yang terjadi sejak Mei 2020 atau 46 bulan berturut-turut.
"Yang menjadi catatan adalah surplus Februari 2024 ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya [turun 13,4%] dan bulan yang sama pada tahun lalu [turun 78,6%]," katanya, Jumat (15/3/2024).
Amalia menuturkan surplus neraca perdagangan tersebut terutama berasal dari sektor nonmigas US$2,63 miliar, tetapi tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,76 miliar.
Mengenai nilai ekspor pada Februari 2024 yang senilai US$19,31 miliar, tercatat mengalami penurunan 9,45% dari periode yang sama tahun lalu. Khusus ekspor nonmigas, nilainya US$18,09 miliar, turun 10,15%.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada Januari hingga Februari 2024 senilai US$39,80 miliar, turun 8,81% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, nilai ekspor nonmigas mencapai US$37,19 miliar, turun 9,24%.
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan pada Januari hingga Februari 2024 turun 7,64% ketimbang periode yang sama 2023. Kondisi serupa juga terjadi pada ekspor hasil tambang dan lainnya yang turun 15,95%. Adapun ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 8,18%.
Ekspor nonmigas pada Februari 2024 yang terbesar terjadi ke China senilai US$4,06 miliar, disusul Amerika Serikat US$2,10 miliar dan India US$1,53 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 42,52%.
Di sisi lain, Amalia menjelaskan nilai impor pada Februari 2024 mengalami kenaikan 15,84% menjadi US$18,44 miliar. Sementara itu, impor migas senilai US$2,98 miliar, naik 23,82%, sedangkan impor nonmigas US$15,46 miliar atau naik 14,42%.
Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari hingga Februari 2024 adalah China senilai US$11,87 miliar atau 37,98%, diikuti Jepang US$2,24 miliar atau 7,17%, dan Thailand US$1,87 miliar atau 5,98%.
Menurut golongan penggunaan barang, nilai impor pada Februari 2024 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada golongan barang modal sebesar 18,52%, barang konsumsi 36,49%, dan bahan baku/penolong 12,82%.
"Bahan baku/penolong menyumbang setidaknya sekitar 72,14% dari total impor pada bulan Februari 2024," ujarnya. (rig)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.