KEBIJAKAN MONETER

Sri Mulyani Yakin Indonesia Tangguh Hadapi Tapering AS, Ini Alasannya

Dian Kurniati | Kamis, 24 Februari 2022 | 12:03 WIB
Sri Mulyani Yakin Indonesia Tangguh Hadapi Tapering AS, Ini Alasannya

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam keterangan pers. (tangkapan layar)

JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai Indonesia memiliki modal yang cukup untuk menghadapi dampak normalisasi kebijakan moneter (tapering off) oleh bank sentral AS, The Fed.

Sri Mulyani mengatakan Indonesia telah memiliki pengalaman menghadapi tapering AS pada 2013. Menurutnya, kondisi perekonomian nasional saat ini sudah lebih baik ketimbang 9 tahun lalu.

"Ini memberikan bekal yang lebih baik dari sisi kekuatan kita," katanya dalam video yang diunggah Kemenkeu di Youtube, dikutip Kamis (24/2/2022).

Baca Juga:
Jelang Peluncuran, Sri Mulyani Cek Staf yang Lembur Selesaikan Coretax

Sri Mulyani mengatakan terdapat sejumlah perbedaan antara tapering pada 2013 dan tahun ini. Pada 2013, AS melakukan tapering tanpa komunikasi yang cukup baik dan saat itu Indonesia menghadapi masalah defisit transaksi berjalan sehingga menimbulkan gejolak yang kuat.

Sementara kini, perekonomian Indonesia sedang bagus yang ditandai dengan surplus transaksi berjalan yang kecil dan surplus neraca perdagangan. Selain itu, AS juga telah menjelaskan rencana tapering kepada dunia sehingga semua negara kini bisa bersiap-siap.

"Ini yang menyebabkan volatility atau gedombrangannya itu menjadi sangat tidak tinggi," ujarnya.

Baca Juga:
Prabowo Akui Ekonomi Indonesia Belum Tumbuh Secara Merata

Meski AS telah mengumumkan rencana tapering, Sri Mulyani menilai tetap akan ada negara yang rentan terdampak. Adapun bagi Indonesia, transaksi berjalan dan neraca perdagangan yang surplus dapat menjadi modal agar dampak tapering tidak terlalu parah.

Dia menilai Indonesia tidak bisa mengontrol kebijakan ekonomi negara lain, tetapi dapat membuat penyesuaian pada kebijakan di dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah harus melakukan langkah reformasi agar perekonomian nasional lebih tahan terhadap guncangan dari luar.

"Sehingga pada saat dunia yang tidak bisa kita kontrol terjadi guncangan, kita pasti juga merasa guncangan tapi tidak hancur. Kita akan bisa meng-absorb atau menahan guncangan itu," imbuhnya. (sap)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Senin, 23 Desember 2024 | 10:00 WIB CORETAX SYSTEM

Jelang Peluncuran, Sri Mulyani Cek Staf yang Lembur Selesaikan Coretax

Kamis, 19 Desember 2024 | 13:47 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

Prabowo Akui Ekonomi Indonesia Belum Tumbuh Secara Merata

Senin, 16 Desember 2024 | 11:05 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

PPN Jadi Naik, Berikut Daftar Lengkap Paket Kebijakan Ekonomi 2025!

Senin, 16 Desember 2024 | 10:47 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Resmi! Pemerintah Umumkan PPN Tetap Naik Jadi 12% Mulai 1 Januari 2025

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:30 WIB THAILAND

Negara Tetangga Ini Bakal Bebaskan Hutan Mangrove dari Pajak

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:00 WIB LAYANAN PAJAK

Kantor Pajak Telepon 141.370 WP Sepanjang 2023, Kamu Termasuk?