RUU HKPD

Sri Mulyani Tegaskan RUU HKPD Bukanlah Upaya Resentralisasi

Muhamad Wildan | Senin, 13 September 2021 | 16:00 WIB
Sri Mulyani Tegaskan RUU HKPD Bukanlah Upaya Resentralisasi

Tampilan slide paparan Menteri Keuangan Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Komisi XI, Senin (13/9/2021).

JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan upaya pemerintah untuk memperkuat disiplin belanja daerah dan transfer ke daerah (TKD) melalui RUU HKPD bukan merupakan bentuk resentralisasi.

Sri Mulyani mengatakan desentralisasi fiskal sesungguhnya merupakan instrumen yang digunakan oleh pemerintahan untuk mewujudkan tujuan bernegara. Menurutnya, pemerintah tetap berkomitmen untuk meningkatkan kualitas desentralisasi fiskal.

"Upaya penguatan disiplin belanja daerah dan target kinerja dalam TKD bukan dan tidak seharusnya diinterpretasikan sebagai resentralisasi, tetapi ikhtiar pemerintahan secara keseluruhan dalam meningkatkan kualitas desentralisasi fiskal," katanya, Senin (13/9/2021).

Baca Juga:
DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Sri Mulyani menegaskan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah adalah suatu konsep yang dinamis dan tidak statis. Implementasi desentralisasi fiskal pada berbagai negara selalu disesuaikan dengan konteks lokal serta kondisi dan tantangan yang dihadapi oleh masing-masing negara.

Menurutnya, desentralisasi fiskal yang diterapkan di Indonesia lebih dititikberatkan pada kewenangan belanja, sedangkan kewenangan atas penerimaan masih lebih banyak dititikberatkan pada pemerintah pusat.

Dengan demikian, sambungnya, pendanaan yang dibutuhkan pemerintah daerah untuk melaksanakan kewenangan belanja pada daerah masing-masing masih ditopang oleh pemerintah pusat melalui TKD sebagai alat redistribusi.

Baca Juga:
Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

"Meski demikian, penting diketahui diskursus desentralisasi fiskal tidak lagi terfokus pada dari mana sumber keuangan itu berasal, tetapi lebih menekankan kepada output dan outcome yang dicapai dari pengelolaan sumber keuangan tersebut," tuturnya.

Meski pemerintah pusat telah melakukan redistribusi dan menekankan pelaksanaan desentralisasi fiskal yang berfokus pada output dan outcome, kualitas belanja daerah dan penggunaan TKD oleh pemda faktanya masih belum optimal.

Sebagian besar TKD, khususnya dana alokasi umum (DAU), juga masih digunakan untuk belanja pegawai. "DAU cenderung berkorelasi positif terhadap belanja pegawai. DAU habis untuk belanja pegawai," ujar Sri Mulyani.

Baca Juga:
Anggota DPR Ini Minta Prabowo Kaji Ulang Kenaikan PPN Jadi 12 Persen

Menkeu juga menambahkan belanja modal di daerah juga berkorelasi positif dengan transfer dana alokasi khusus (DAK) fisik. Dengan demikian, terdapat indikasi pemda hanya mengandalkan DAK untuk belanja modal.

"Ini crowding out. Pemda menggunakan DAK untuk belanja produktif, padahal esensinya DAK itu penunjang dari dana keseluruhan TKD dan APBD daerah tersebut," katanya.

Sri Mulyani juga menilai belanja daerah masih belum terfokus pada program tertentu. Hal itu terlihat dari besarnya jumlah program dan kegiatan pemerintah daerah yaitu sebanyak 29.623 program dan 263.135 kegiatan.

Baca Juga:
Pemerintah Pusat Bakal Asistensi Pemda Terbitkan Obligasi Daerah

Untuk itu, lanjutnya, pemerintah melalui RUU Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (HKPD) mengusulkan beragam klausul yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas belanja daerah melalui TKD berbasis kinerja.

"Jadi yang diperbaiki adalah tata kelolanya, bukan diambil lagi kewenangannya," jelasnya. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

Selasa, 22 Oktober 2024 | 11:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Anggota DPR Ini Minta Prabowo Kaji Ulang Kenaikan PPN Jadi 12 Persen

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja