Menteri Keuangan Sri Mulyani.
JAKARTA, DDTCNews - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan stabilitas sistem keuangan pada kuartal I/2023 masih terjaga meski dihadapkan pada tantangan di pasar keuangan global.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kinerja perekonomian global mulai menunjukkan perlambatan sejalan dengan risiko ketidakpastian yang makin tinggi. Menurutnya, KSSK akan terus meningkatkan koordinasi dan kewaspadaan terhadap perekonomian dan risiko pasar keuangan global, termasuk soal risiko perlambatan perekonomian global dan domestik.
"KSSK berkomitmen terus meningkatkan kewaspadaan dan koordinasi dalam mengantisipasi dinamika global terutama potensi rambatan pada domestik, termasuk memperkuat coordinated policy response untuk memitigasi berbagai risiko bagi perekonomian dan stabilitas sistem keuangan," katanya, dikutip pada Selasa (9/5/2023).
Sri Mulyani mengatakan KSSK terus mencermati dinamika ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023 diperkirakan mencapai 2,6%, didorong oleh dampak positif pembukaan ekonomi China pascapandemi Covid-19.
Di tengah perkembangan tersebut, pasar tenaga kerja di AS dan Eropa tetap ketat menga. Hal itu mengakibatkan prospek penurunan inflasi global berjalan lambat dan mendorong berlanjutnya pengetatan kebijakan moneter di negara maju. Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan global menurun sejalan dengan respons bank sentral AS dan Eropa dalam memitigasi risiko kasus perbankan.
Perkembangan ini pun mendorong aliran masuk modal asing dan penguatan nilai tukar di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia, pada kuartal I/2023 tercatat tetap kuat sebesar 5,03%. Kinerja pertumbuhan ekonomi ini sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya di level 5,01%.
Tetap kuatnya pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh ekspor yang tetap tumbuh tinggi, konsumsi swasta yang membaik, konsumsi pemerintah yang tumbuh positif, dan pertumbuhan invetasi nonbangunan yang tetap baik. Pada sepanjang 2023, pertumbuhan ekonomi diprakirakan berada pada kisaran 4,5%-5,3%.
"Ke depan, pertumbuhan ekonomi diprakirakan tetap kuat. Prakiraan ini didukung konsumsi swasta yang diprakirakan makin baik seiring meningkatnya mobilitas, membaiknya keyakinan konsumen, dan menguatnya daya beli sebagai dampak dari penurunan inflasi," ujarnya.
Sri Mulyani menyebut tekanan inflasi terus menurun. Inflasi indeks harga konsumen (IHK) turun menjadi 4,33% pada April 2023, dari 5,51% pada Desember 2022. Kemudian, inflasi inti terus melambat menjadi 2,83% (year on year/yoy) dipengaruhi ekspektasi inflasi dan imported inflation yang menurun, serta pasokan agregat yang memadai dalam merespons kenaikan permintaan.
Sedangkan untuk inflasi volatile food, juga tetap terkendali sebesar 3,74%.
Adapun soal kinerja APBN, dijelaskan pada kuartal I/2023 tetap positif. Hal ini ditandai dengan kinerja pendapatan negara yang tumbuh cukup tinggi dan realisasi belanja yang mampu menopang pemulihan ekonomi.
Realisasi pendapatan negara selama kuartal I/2023 mencapai Rp647,15 triliun atau 26,27% dari target APBN, serta tumbuh 28,98%. Pada periode yang sama, penyerapan belanja negara mencapai Rp518,66 triliun atau 16,94% dari pagu APBN.
Posisi fiskal pemerintah dinilai relatif kuat, tercermin dari surplus pada keseimbangan primer sebesar Rp228,76 triliun dan surplus keseimbangan fiskal sebesar Rp128,50 triliun, ekuivalen dengan 0,61% PDB.
"Di tengah tren perlambatan ekonomi global dan moderasi harga komoditas, pendapatan negara masih terus kuat. Penerimaan perpajakan mencapai Rp504,48 triliun, [setara] 24,95% dari target APBN atau tumbuh 25,36%," imbuhnya. (sap)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.