AMERIKA SERIKAT

Senator Ingin Cabut Lagi Pemotongan Pajak

Redaksi DDTCNews | Jumat, 21 Juni 2019 | 15:21 WIB
Senator Ingin Cabut Lagi Pemotongan Pajak

Ilustrasi. (foto: thehill)

JAKARTA, DDTCNews – Dua senator Demokrat Amerika Serikat ingin mencabut kembali beberapa pemotongan pajak yang sejauh ini menjadi bagian dari Tax Cuts and Jobs Act. Langkah ini diambil untuk menciptakan pekerjaan sehingga mengurangi pengangguran jangka panjang.

Senator Ron Wyden dan Chris Van Hollen memperkenalkan rancangan undang-undang (RUU) terkait pengangguran jangka panjang (Long-Term Unemployment Act). RUU tersebut akan dirancang untuk menghasilkan pekerjaan bagi orang-orang yang kehilangan pekerjaan minimal selama 6 bulan.

“Proposal ini dirancang untuk membuat orang bangkit dan kembali ke dunia kerja,” kata Van Hollen, seperti dikutip pada Jumat (21/6/2019).

Baca Juga:
Trump Ancam BRICS dengan Bea Masuk 100 Persen, Ternyata Ini Sebabnya

Di bawah RUU tersebut, ketika tingkat pengangguran di bawah 5%, pemerintah federal akan menyediakan subsidi sekitar dua pertiga dari biaya upah dan tunjangan. Pada tahun kedua, pemerintah akan menutup sekitar 50% dari biaya. Ketika pengangguran lebih tinggi, kontribusi pemerintah federal bisa naik hingga 100%.

Van Hollen mengatakan upah akan didasarkan pada tingkat kemiskinan untuk keluarga dengan jumlah anggota empat orang, yaitu sekitar US$25.750 plus tunjangan. Jika upah minimum negara lebih tinggi, maka upah akan dipatok ke upah minimum negara.

Skema tersebut diklaim sebagai strategi kemitraan baru yang saling menguntungkan antara pengusaha dan pekerja. Kemitraan tersebut membuat pekerja yang menganggur mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang bagus dan majikan mendapatkan pekerja terampil yang mereka butuhkan.

Baca Juga:
Trump Langsung Kenakan Bea Masuk Impor dari Meksiko, Kanada, dan China

Pada Mei 2019, sekitar 1,3 juta orang jatuh ke dalam kategori pengangguran jangka panjang (long-term unemployed). Kelompok ini didefinisikan sebagai pengangguran selama 27 minggu atau lebih. Bureau of Labor Statistics (BLS) mengatakan kelompok ini sekitar 22,4% dari pengangguran.

"Ini adalah masalah struktural yang terus-menerus dalam perekonomian kita,” kata Van Hollen.

Sementara total pengangguran jangka panjang tidak banyak berubah selama setahun terakhir, jumlah ini telah menurun selama satu dekade terakhir. Seorang ahli perpajakan dari Heritage Foundation, Adam Michel, justru mengatakan kombinasi pemotongan pajak dan agenda deregulasi menjadi aspek yang baik untuk meningkatkan upah dan pekerjaan.

Baca Juga:
Biden Harap Trump Batalkan Kebijakan Bea Masuknya

“Jika kekhawatirannya adalah memberikan lebih banyak pekerjaan kepada orang-orang, menurut saya, kita harus menggandakan agenda reformasi pro-pertumbuhan, dari pada mencabut kembali [pemotongan pajak],” jelasnya.

Michel berpendapat karena ada lebih banyak lowongan pekerjaan dari pada orang yang mencari pekerjaan, pengusaha akan menemukan cara untuk menutup kesenjangan keterampilan. Ini bisa dilakukan pelaku usaha tanpa bantuan langkah dari pemerintah.

“Sektor swasta memiliki insentif untuk melatih orang dan membantu mengarahkan orang ke daerah-daerah, dan kami melihat sektor swasta melakukan itu,” imbuh Adam Michel, seperti dilansir Yahoo! Finance. (kaw)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Minggu, 01 Desember 2024 | 15:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Trump Ancam BRICS dengan Bea Masuk 100 Persen, Ternyata Ini Sebabnya

Sabtu, 30 November 2024 | 09:30 WIB AMERIKA SERIKAT

Trump Langsung Kenakan Bea Masuk Impor dari Meksiko, Kanada, dan China

Jumat, 29 November 2024 | 19:15 WIB AMERIKA SERIKAT

Biden Harap Trump Batalkan Kebijakan Bea Masuknya

Rabu, 20 November 2024 | 17:45 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

AS Bakal Kenakan Bea Masuk Tinggi dan Potong Pajak, Ini Kata BI

BERITA PILIHAN
Kamis, 26 Desember 2024 | 13:00 WIB PROVINSI JAWA TIMUR

Opsen Berlaku 2025, Pemprov Turunkan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan

Kamis, 26 Desember 2024 | 12:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

PKP Risiko Rendah Diterbitkan SKPKB, Kena Sanksi Kenaikan atau Bunga?

Kamis, 26 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK DAERAH

9 Jenis Pajak Daerah Terbaru yang Ditetapkan Pemkot Sibolga

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:30 WIB KILAS BALIK 2024

Januari 2024: Ketentuan Tarif Efektif PPh Pasal 21 Mulai Berlaku

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kredit Investasi Padat Karya Diluncurkan, Plafonnya Capai Rp10 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:30 WIB PENGAWASAN BEA CUKAI

Libur Natal dan Tahun Baru, Bea Cukai Perketat Pengawasan di Perairan

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:00 WIB CORETAX SYSTEM

Fitur Coretax yang Tersedia selama Praimplementasi Terbatas, Apa Saja?

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:45 WIB BERITA PAJAK HARI INI

PPN 12 Persen, Pemerintah Ingin Rakyat Lebih Luas Ikut Bayar Pajak

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:30 WIB KOTA BATAM

Ada Pemutihan, Pemkot Berhasil Cairkan Piutang Pajak Rp30 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Bagaimana Cara Peroleh Diskon 50 Persen Listrik Januari-Februari 2025?