KONSULTAN PAJAK

Perubahan Peraturan Konsultan Pajak Harus Fokus pada Tujuan Strategis

Muhamad Wildan | Selasa, 02 Maret 2021 | 14:16 WIB
Perubahan Peraturan Konsultan Pajak Harus Fokus pada Tujuan Strategis

Para pembicara dalam webinar bertajuk Menempatkan Lulusan Pajak dalam Ranah Profesi Konsultan Pajak yang diselenggarakan Asosiasi Tax Center Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia (Atpetsi) pada hari ini, Selasa (2/3/2021). (tangkapan layar Zoom)

JAKARTA, DDTCNews – Rencana revisi Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 111/2014 tentang Konsultan Pajak harus dilakukan secara komprehensif dengan fokus pada tujuan strategis terkait dengan perpajakan Indonesia.

Hal tersebut menjadi bahan diskusi dalam webinar bertajuk Menempatkan Lulusan Pajak dalam Ranah Profesi Konsultan Pajak yang diselenggarakan Asosiasi Tax Center Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia (Atpetsi) pada hari ini, Selasa (2/3/2021).

Memberikan kata sambutan dalam acara tersebut, Ketua Dewan Pembina Atpetsi sekaligus Kepala Kanwil Ditjen Pajak (DJP) Jawa Timur I mengatakan pemerintah memberikan ruang bagi lulusan dari segala jurusan pendidikan untuk berkarier di bidang perpajakan.

Baca Juga:
Isi Data Transaksi XML Faktur Pajak Digunggung, Tak Wajib Detail

“Pada PMK 111/2014 ada pemikiran dari DJP untuk mengakomodasi lulusan perpajakan dari fakultas-fakultas ekonomi, hukum, ilmu administrasi, dan Fisip yang kualitasnya terakreditasi," ujar John.

Dia berharap acara yang digelar Atpetsi ini dapat memberikan masukan bagi pemerintah terkait dengan rencana revisi peraturan mengenai konsultan pajak. Masukan tersebut, terutama terkait dengan lulusan studi pajak dalam ranah profesi konsultan pajak.

Ketua Umum Atpetsi Darussalam mengatakan rencana perubahan PMK 111/2014 menjadi momentum untuk pengembangan profesi konsultan pajak pada masa mendatang. Apalagi, saat ini tengah ada persiapan integrasi pembinaan dan/atau pengawasan profesi keuangan yang dijalankan Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK).

Baca Juga:
3 Skema Terbaru Pembuatan Kode Billing di Coretax DJP

Menurutnya, rencana perubahan PMK 111/2014 harus memperhatikan tujuan strategis masa depan yang ingin dicapai. Tujuan strategis itu disusun dengan mempertimbangkan situasi saat ini, seperti kinerja tax ratio dan kepatuhan formal yang masih rendah serta masih sedikitnya jumlah konsultan pajak.

Adapun jumlah konsultan pajak di Indonesia hingga saat ini masih sedikit. Hanya ada 5.589 konsultan pajak di Indonesia saat ini. Jumlah itu jauh berada di bawah Jepang yang mencapai 78.795 konsultan pajak, bahkan Italia yang sebanyak 116.000 konsultan pajak.

Dengan jumlah itu, rasio konsultan pajak terhadap jumlah penduduk di Indonesia pun masih besar, yakni 1:48.417. Padahal, rasio di Jepang dan Italia masing-masing 1:1.605 dan 1:520.

Baca Juga:
WP Keluhkan soal Penggunaan Coretax DJP, Begini Tanggapan Anggota DPR

“Untuk mengejar jumlah konsultan pajak ini perlu waktu berpuluh-puluh tahun kalau PMK barunya tetap menggunakan paradigma PMK dan PP sebelumnya. Tugas PMK baru tidak semata-mata menjamin kompetensi konsultan pajak, tetapi juga melihat tujuan strategis dari sistem perpajakan kita,” kata Darussalam.

Adapun beberapa tujuan strategis itu salah satunya terkait dengan ketersediaan jumlah ahli pajak yang ideal dan kompeten, pembelajaran secara keilmuan dan praktik di kampus, serta semangat UU Cipta Kerja untuk kemudahan usaha dan penciptaan lapangan kerja.

Selain itu, terkait dengan upaya menekan biaya kepatuhan dan meningkatkan kepatuhan sukarela. Ada pula tujuan pembentukan masyarakat melek dan sadar pajak serta perbaikan kontribusi penerimaan pajak. Kemudian, tujuan untuk mendukung brand konsultan pajak lokal berkompetisi di dunia internasional.

Baca Juga:
Capai Target 2024, Kanwil DJP Jakarta Barat Kumpulkan Rp64,7 Triliun

Darussalam pun meminta agar penyusunan perubahan PMK 111/2014 mengacu pada Pasal 32 ayat (3), Pasal 32 ayat (3a), dan Pasal 48 UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Selain itu, aturan juga harus merujuk pada PP 74/2011.

Dalam acara itu, Darussalam juga berpendapat perlunya dibentuk suatu supra-organisasi profesi konsultan pajak. Dewan konsorsium supra-organisasi ini bisa diisi perwakilan DJP, organisasi konsultan pajak, akademisi pajak, dan wajib pajak.

Melalui supra-organisasi tersebut, lulusan dari bidang studi apapun dapat mengikuti ujian sertifikasi konsultan pajak yang tersedia. Supraorganisasi ini nantinya akan membuat standar minimum kurikulum perpajakan, PPL, dan standar etika bagi konsultan pajak.

Baca Juga:
Coretax System Terus Disempurnakan, Sri Mulyani Minta Dukungan WP

"Kalau dibuka [untuk lulusan bidang studi apapun] maka yang menjadi prioritas adalah lulusan dari bidang perpajakan. Dengan demikian, lulusan dari bidang studi lain boleh berprofesi tetapi disetarakan dengan lulusan pajak,” imbuhnya.

Akademisi Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Adrianto Dwi Nugroho mengatakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang telah dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) harus dioptimalkan. Hal ini akan memperkaya sumber daya manusia (SDM) di bidang perpajakan.

Sebagai contoh, seorang mahasiswa hukum pajak seharusnya diperbolehkan untuk mengambil mata kuliah pada fakultas lain lain seperti ilmu hukum atau administrasi demi memperkaya pemahamannya.

Baca Juga:
Penjelasan DJP soal Hitung PPN dengan DPP 11/12 yang Tidak Otomatis

Akademisi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (UB) Kusdi Raharjo mengatakan untuk meningkatkan jumlah lulusan yang berkarir sebagai konsultan pajak, diperlukan suatu program inklusi perpajakan.

Kusdi mengatakan setiap orang yang memiliki ijazah sarjana ataupun diploma pada bidang perpajakan atau bukan perpajakan seharusnya bisa diberikan kesempatan untuk menjadi kuasa wajib pajak sepanjang orang tersebut memiliki kemauan dan kemampuan.

Akademisi Politeknik Ubaya sekaligus Ketua Bidang Organisasi Atpetsi Doni Budiono mengatakan peran PPL harus dikembangkan secara terus menerus guna memperkaya pengetahuan praktisi konsultan pajak. Menurutnya, revisi ketentuan konsultan pajak juga tetap perlu menampung aspirasi semua stakeholder.

Baca Juga:
Batas Waktu Pemberitahuan Keberatan Wajib Pajak yang Tak Penuhi Syarat

Akademisi Universitas Indonesia (UI) Haula Rosdiana mengatakan negara harus berperan dalam penciptaan SDM yang kompeten dan kredibel. Hal inilah yang perlu menjadi pertimbangan utama dalam penyusunan perubahan peraturan mengenai konsultan pajak.

Dia mengatakan lulusan pajak seharusnya ditempatkan sebagai prioritas dalam ranah profesi konsultan pajak. "Saya khawatir dengan masa depan keilmuan perpajakan kalau regulasinya tidak dirumuskan untuk mendorong kebijakan presiden, yakni menciptakan SDM unggul," ujar Haula. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Jumat, 24 Januari 2025 | 12:00 WIB CORETAX SYSTEM

Isi Data Transaksi XML Faktur Pajak Digunggung, Tak Wajib Detail

Jumat, 24 Januari 2025 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

3 Skema Terbaru Pembuatan Kode Billing di Coretax DJP

Jumat, 24 Januari 2025 | 10:30 WIB CORETAX SYSTEM

WP Keluhkan soal Penggunaan Coretax DJP, Begini Tanggapan Anggota DPR

Jumat, 24 Januari 2025 | 10:00 WIB KANWIL DJP JAKARTA BARAT

Capai Target 2024, Kanwil DJP Jakarta Barat Kumpulkan Rp64,7 Triliun

BERITA PILIHAN
Sabtu, 25 Januari 2025 | 08:00 WIB PERDAGANGAN KARBON

Perdagangan Karbon Luar Negeri Dimulai, Bursa Karbon Bakal Lebih Ramai

Sabtu, 25 Januari 2025 | 07:30 WIB KOTA BATAM

Kejar Peneriman Daerah, Pemkot Bentuk Kader Pajak

Jumat, 24 Januari 2025 | 19:15 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sri Mulyani Targetkan Aturan Insentif Fiskal 2025 Rampung Bulan Ini

Jumat, 24 Januari 2025 | 19:00 WIB PMK 136/2024

Beban Pajak Minimum Global Bisa Ditekan dengan SBIE, Apa Itu?

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:30 WIB RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa Pajak atas Biaya Overhead dari Luar Negeri

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:10 WIB DDTC ACADEMY - INTENSIVE COURSE

Dibuka! Batch Terbaru Pelatihan Intensif Transfer Pricing DDTC Academy

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Masyarakat Nonpeserta BPJS Bisa Ikut Pemeriksaan Kesehatan Gratis

Jumat, 24 Januari 2025 | 17:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sri Mulyani: Pajak Minimum Global Bikin Iklim Investasi Lebih Sehat

Jumat, 24 Januari 2025 | 15:30 WIB PROFIL PERPAJAKAN KONGO

Seputar Aturan Perpajakan Kongo, PPN-nya Pakai Skema Multi-Tarif