BERITA PAJAK HARI INI

Penerimaan Awal Tahun Melambat, DJP: Masih Ada Waktu

Redaksi DDTCNews | Kamis, 21 Maret 2019 | 08:48 WIB
Penerimaan Awal Tahun Melambat, DJP: Masih Ada Waktu

Ilustrasi gedung DJP.

JAKARTA, DDTCNews – Meskipun mencatatkan perlambatan pada dua bulan pertama tahun ini, penerimaan pajak diyakini akan meningkat di bulan-bulan selanjutnya. Topik tersebut menjadi bahasan beberapa media nasional pada hari ini, Kamis (21/3/2019).

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak (DJP) Hestu Yoga Saksama mengatakan performa penerimaan pajak hingga akhir Februari lebih banyak dipengaruhi kebijakan restitusi dipercepat. Hal tersebut akan berlangsung sementara.

“Restitusi ini kan tidak selamanya tinggi terus. Itu kan awal tahun karena ada percepatan restitusi. Nanti akan ada satu titik restitusinya normal saja. Masih ada waktu,” katanya.

Baca Juga:
Cari Tambahan Penerimaan, Negara ini Rombak Regulasi Pajak Warisan

Menurutnya, ada atau tidaknya risiko shortfall – selisih kurang antara realisasi dan target – akan bisa dilihat setelah musim pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan berakhir yakni 30 April. Ditjen Pajak (DJP) akan mengevaluasi kinerja setelah periode tersebut.

Seperti diketahui, penerimaan pajak pada akhir Februari 2019 mencapai Rp160,85 triliun. Angka ini tumbuh sebesar 4,66% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Capaian tersebut tercatat tumbuh melambat karena pada tahun sebelumnya mampu tumbuh 13,71%.

Selain itu, beberapa media nasional juga menyoroti risiko dari penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Windfall yang terjadi pada tahun lalu – sehingga menyelamatkan kinerja APBN – tidak terlihat lagi selama dua bulan pertama 2019. Ini dikarenakan harga komoditas mulai turun.

Baca Juga:
Kementerian Keuangan Kini di Bawah Langsung Presiden Prabowo

Berikut ulasan berita selengkapnya.

  • Pertumbuhan Sektor Industri

Hestu Yoga Saksama mengatakan beberapa sektor industri pada tahun lalu tumbuh cukup bagus. Hal ini berimplikasi pada potensi penerimaan yang bisa disetorkan wajib pajak ke DJP bersamaan dengan pelaporan SPT Tahunan.

“Tahun lalu ekonomi sektor-sektor industri atau yang lain itu tumbuh bagus. Artinya SPT 2018 peluangnya akan bagus, sehingga PPh 29-nya kami harapkan akan tinggi. Di waktu berikutnya, basis penghitungan pasal 25 juga meningkat,” jelasnya.

Baca Juga:
Pemerintah Pusat Bakal Asistensi Pemda Terbitkan Obligasi Daerah
  • Pemerintah Optimalkan PPh

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Suahasil Nazara melihat masih ada penerimaan dari beberapa sektor usaha yang mencatatkan hasil positif. Meskipun ada koreksi dari sisi pajak pertambahan nilai (PPN) akibat restitusi, masih ada pos pajak penghasilan (PPh) yang bisa dioptimalkan.

“Memang ada penurunan [pertumbuhan penerimaan], tapi PPh masih baik tidak apa-apa. Maintenance ke PPh,” kata Suahasil.

  • PNBP Melambat, Pengelolaan Anggaran Berisiko

Kementerian Keuangan mencatat realisasi PNBP pada Januari—Februari 2019 senilai Rp39,91 triliun. Realisasi ini hanya tumbuh 1,29% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan ini tercatat melambat dibandingkan performa hingga akhir Februari 2018 sebesar 33,9%.

Baca Juga:
Kejar Pendapatan, DPR Imbau Pemerintah Optimalkan Sektor Perkebunan

Suahasil mengakui performa PNBP ini memang lebih banyak dipengaruhi oleh turunnya harga komoditas. Perlambatan dari sisi penerimaan, diakuinya, akan memunculkan risiko dalam pengelolaan anggaran. Namun, pemerintah akan memantau perkembangan agar pengelolaan fiskal tetap sehat.

  • Pemerintah Bawa Polemik Sawit ke WTO

Pemerintah Indonesia membawa polemik kelapa sawit dengan Uni Eropa ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Pemerintah juga akan mempertimbangkan pemboikotan beberapa produk Uni Eropa seperti kendaraan roda empat dan pesawat terbang.

“Anda otak-atik kelapa sawit dengan cara tidak adil maka kami akan ambil semua jalan untuk melawannya,” ujar Menko Perekonomian Darmin Nasution.

  • Suku Bunga Acuan Diproyeksi Tetap

Meskipun ada peluang pelonggaran moneter, konsensus ekonom memproyeksi Bank Indonesia (BI) tidak akan menurunkan suku bunga acuannya dari posisi 6% pada bulan ini. Seperti diketahui, hasil Rapat Dewan Gubernur BI periode Maret akan diumumkan pada hari ini, Kamis (21/3/2019). (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 23 Oktober 2024 | 09:19 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Kementerian Keuangan Kini di Bawah Langsung Presiden Prabowo

Selasa, 22 Oktober 2024 | 09:00 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pemerintah Pusat Bakal Asistensi Pemda Terbitkan Obligasi Daerah

Senin, 21 Oktober 2024 | 18:33 WIB PENDAPATAN NEGARA

Kejar Pendapatan, DPR Imbau Pemerintah Optimalkan Sektor Perkebunan

BERITA PILIHAN
Rabu, 23 Oktober 2024 | 17:30 WIB PERPRES 132/2024

Tak Hanya Sawit, Cakupan BPDP Kini Termasuk Komoditas Kakao dan Kelapa

Rabu, 23 Oktober 2024 | 17:05 WIB KABINET MERAH PUTIH

Kabinetnya Gemuk, Prabowo Minta Menteri Pangkas Kegiatan Seremonial

Rabu, 23 Oktober 2024 | 17:00 WIB UJIAN SERTIFIKASI KONSULTAN PAJAK

Awas! Ada Sanksi Blacklist bagi Peserta USKP yang Tidak Datang Ujian

Rabu, 23 Oktober 2024 | 16:30 WIB KEMENTERIAN KEUANGAN

Daftar Lengkap Menteri Keuangan dari Masa ke Masa, Apa Saja Jasanya?

Rabu, 23 Oktober 2024 | 16:00 WIB KABUPATEN MALUKU TENGAH

Pajak Hiburan 45%, Ini Daftar Tarif Pajak Terbaru di Maluku Tengah

Rabu, 23 Oktober 2024 | 15:53 WIB PROFESI KONSULTAN PAJAK

USKP Kembali Digelar Desember 2024! Khusus A Mengulang dan B-C Baru

Rabu, 23 Oktober 2024 | 15:45 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kabinet Gemuk Prabowo, RKAKL dan DIPA 2024-2025 Direstrukturisasasi

Rabu, 23 Oktober 2024 | 15:32 WIB SERTIFIKASI PROFESIONAL PAJAK

Profesional DDTC Bersertifikasi ADIT Transfer Pricing Bertambah

Rabu, 23 Oktober 2024 | 15:30 WIB CORETAX SYSTEM

Coretax DJP: Lapor SPT WP Badan Harus Pakai Akun Orang Pribadi