REVISI UU KUP

Penambahan Barang Kena Cukai, Proses Persetujuan DPR Disederhanakan

Dian Kurniati | Minggu, 11 Juli 2021 | 09:00 WIB
Penambahan Barang Kena Cukai, Proses Persetujuan DPR Disederhanakan

Ilustrasi. 

JAKARTA, DDTCNews – Melalui rancangan revisi UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), pemerintah mengusulkan simplifikasi penambahan dan pengurangan barang kena cukai (BKC).

Naskah Akademik (NA) RUU KUP menyebut ketentuan yang ada pada UU Cukai membuat penambahan atau pengurangan BKC saat ini kurang fleksibel karena harus mendapatkan persetujuan DPR. Melalui RUU KUP, proses persetujuan hanya perlu dilakukan ketika akan memasukkan target penerimaan BKC tertentu pada RUU APBN.

"Tetap meminta persetujuan DPR RI namun cukup hanya satu kali yakni pada proses penyusunan RUU APBN sehingga proses penambahan atau pengurangan BKC tersebut akan menjadi lebih efektif dan optimal," tulis pemerintah dalam NA RUU KUP, dikutip pada Minggu (11/7/2021).

Baca Juga:
Jual Rokok Eceran, Apakah Pedagang Wajib Punya NPPBKC?

Pasal 4 ayat (2) UU Cukai yang berlaku saat ini mengatur penambahan atau pengurangan BKC diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah (PP). Meski demikian, rencana penambahan atau pengurangan BKC harus disampaikan kepada DPR yang membidangi keuangan untuk mendapatkan persetujuan dan dimasukkan dalam RUU APBN.

Dengan ketentuan tersebut, pemerintah menilai terdapat dua kali proses persetujuan oleh DPR. Pertama, persetujuan terkait dengan target penerimaan cukai lainnya dari BKC baru dalam APBN. Kedua, persetujuan terkait dengan penambahan atau pengurangan barang kena cukai yang akan diatur dalam PP.

"Duplikasi proses persetujuan DPR menimbulkan kebingungan dan proses birokrasi yang panjang sehingga berakibat kebijakan pengenaan cukai tidak dapat segera dilaksanakan," tulis pemerintah pada NA RUU KUP.

Baca Juga:
Gandeng Satpol PP DKI, Bea Cukai Amankan Jutaan Rokok Ilegal

Pemerintah pun berencana mengatur kembali proses persetujuan terhadap pengajuan BKC agar lebih sederhana. Simplifikasi proses penambahan atau pengurangan barang kena cukai itu bertujuan menciptakan proses pengambilan kebijakan yang lebih efektif tanpa ada adanya duplikasi proses.

Selain itu, simplifikasi juga diharapkan mampu membuat proses penambahan atau pengurangan BKC dapat berjalan secara efektif dan optimal sehingga pemerintah dapat segera melaksanakan pemungutan cukai.

Pada akhirnya, pemerintah berharap simplifikasi tersebut dapat mendapat sumber penerimaan negara baru serta membantu mengurangi dampak negatif dari suatu barang.

Dalam NA RUU KUP itu, pemerintah juga memaparkan sulitnya menambah BKC pada kantong plastik. Target penerimaan cukai kantong plastik telah masuk dalam UU APBN sejak 2017 tetapi kebijakan itu belum terlaksana hingga saat ini. Simak pula Fokus ‘Menimbang Perluasan Objek Cukai’. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Senin, 21 Oktober 2024 | 20:00 WIB KEBIJAKAN CUKAI

Jual Rokok Eceran, Apakah Pedagang Wajib Punya NPPBKC?

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 15:30 WIB BEA CUKAI JAKARTA

Gandeng Satpol PP DKI, Bea Cukai Amankan Jutaan Rokok Ilegal

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Efisiensi Logistik, Pemerintah Kombinaskan INSW dan NLE

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 09:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Asistensi Fasilitas Kepabeanan, DJBC Beri Pelatihan Soal IT Inventory 

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN