FASILITAS PERPAJAKAN

Pemerintah Beri Fasilitas Perpajakan di FTZ Hampir Rp20 Triliun

Dian Kurniati | Selasa, 20 Juli 2021 | 09:30 WIB
Pemerintah Beri Fasilitas Perpajakan di FTZ Hampir Rp20 Triliun

Ilustrasi. Pekerja mengoperasikan alat berat untuk bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Batu ampar, Batam, Kepulauan Riau, Senin (7/6/2021). ANTARA FOTO/Teguh Prihatna/rwa.

JAKARTA, DDTCNews – Pemerintah mengeklaim telah memberikan fasilitas perpajakan di kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas (KPBPB) atau free trade zone (FTZ) senilai Rp19,98 triliun sepanjang semester I/2021.

Kasubdit Fasilitas Kawasan Khusus Bea Cukai Asep Ajun Hudaya mengatakan fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas kepabeanan dan pajak dalam rangka impor (PDRI). Selain itu, pemerintah juga terus memperbaiki kebijakan kelembagaan dan pengelolaan perizinan KPBPB.

"Penetapan kebijakan ini juga untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional yang dibutuhkan di masa pandemi sekarang ini," katanya, dikutip Selasa (20/7/2021).

Baca Juga:
DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Asep menjelaskan fasilitas pembebasan bea masuk di KPBPB pada semester I/2021 mencapai Rp5,36 triliun dan PDRI senilai Rp14,62 triliun. Menurutnya, aktivitas pemasukan dan pengeluaran barang dari luar daerah pabean ke KPBPB cenderung meningkat pada paruh pertama 2021.

Nilai ekspor di KPBPB pada semester I/2021 mencapai US$6,521 miliar dengan volume 7,59 miliar metric ton. Angka tersebut tumbuh 39,4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, nilai impor dari luar daerah pabean ke KPBPB tercatat US$7,313 miliar dengan volume 3,31 miliar metric ton. Nilai impor tersebut naik 59,5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Baca Juga:
Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

Asep menilai proses bisnis di KPBPB menjadi lebih baik setelah terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) 41/2021. Dengan beleid tersebut, pengguna jasa akan diuntungkan karena mendapatkan kelancaran arus lalu lintas barang dan pengembangan bisnisnya.

Hal ini dikarenakan, selain kemudahan-kemudahan prosedur kepabeanan, beleid tersebut juga mengakomodasi kegiatan logistik untuk mengembangkan kawasan bebas, khususnya Batam sebagai hub logistik.

Untuk Bea Cukai, penerbitan peraturan tersebut juga akan membuat kinerja pelayanan menjadi lebih efisien dan pengawasan semakin efektif. "Selain itu, untuk memberikan kepastian hukum baik bagi Bea Cukai maupun pelaku usaha," ujar Asep.

Baca Juga:
Anggota DPR Ini Minta Prabowo Kaji Ulang Kenaikan PPN Jadi 12 Persen

Pemerintah menerbitkan PP 41/2021 sebagai aturan turunan UU Cipta Kerja untuk mendorong investor menanamkan modalnya di Indonesia. Tak hanya itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menerbitkan PMK 34/2021 yang memuat tiga ketentuan.

Pertama, menyempurnakan dan mengharmonisasikan peraturan kepabeanan di kawasan bebas dan peraturan kepabeanan yang berlaku secara umum yang sudah mengalami perubahan seperti ketentuan penyerahan pemberitahuan RKSP/inward manifest/outward manifest dan ketentuan pemeriksaan fisik.

Kedua, menambahkan ketentuan yang ada di peraturan kepabeanan secara umum yang belum diatur dalam peraturan kepabeanan di kawasan bebas terdahulu seperti mengenai Batam Logistic Ecosystem (BLE) dan Authorized Economic Operator (AEO).

Baca Juga:
Pemerintah Pusat Bakal Asistensi Pemda Terbitkan Obligasi Daerah

Ketiga, penambahan ketentuan kepabeanan baru untuk mengakomodasi proses bisnis sesuai dengan karakteristik kawasan bebas seperti ship to ship (STS) dan floating storage unit (FSU) yang dilakukan di perairan kawasan bebas.

Selain itu, ada pula pengaturan mengenai pendayagunaan IT inventory bagi pengusaha logistik untuk kepentingan kelancaran layanan dan pengawasan atas barang logistik di kawasan bebas. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

Selasa, 22 Oktober 2024 | 11:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Anggota DPR Ini Minta Prabowo Kaji Ulang Kenaikan PPN Jadi 12 Persen

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja