AMERIKA SERIKAT

Pajak Dipotong, Raksasa Telekomunikasi Ini Justru Pecat Ribuan Pekerja

Redaksi DDTCNews | Rabu, 15 Mei 2019 | 11:54 WIB
Pajak Dipotong, Raksasa Telekomunikasi Ini Justru Pecat Ribuan Pekerja

Ilustrasi. 

JAKARTA, DDTCNews – Raksasa telekomunikasi AT&T justru memangkas lebih dari 23.000 tenaga kerjanya setelah mendapatkan pemotongan pajak jumbo melalui Tax Cut and Jobs Act (TCJA).

Pengurangan jumlah tenaga kerja tersebut tidak sesuai janji perusahaan. Pasalnya, pada saat meminta insentif pajak 2017 silam, AT&T berjanji akan menciptakan 7.000 pekerjaan baru. Hal ini dikaitkan dengan penambahan belanja modal US$1 miliar.

“Perusahaan telekomunikasi ini menghapuskan 23.328 pekerjaan sejak Tax Cut and Jobs Act disahkan pada akhir 2017, termasuk hampir 6.000 pada kuartal pertama 2019,” ungkap Communications Workers of America (CWA) dalam laporannya, seperti dikutip pada Rabu (15/5/2019).

Baca Juga:
Trump Langsung Kenakan Bea Masuk Impor dari Meksiko, Kanada, dan China

Pada 31 Desember 2017, pekerja AT&T ada sebanyak 254.000 orang. Jumlah tersebut naik menjadi 262.290 pada 31 Maret 2019. Namun, peningkatan keseluruhan tenaga kerja AT&T hanya karena akuisisi Time Warner Inc. dan dua perusahaan kecil, yang bersama-sama menambah 31.618 karyawan selama 2018.

Jika mengeluarkan hitungan karyawan yang diperoleh melalui merger, tenaga kerja AT&T turun dari 254.000 menjadi 230.672. Dengan demikian, ada pengurangan sekitar 23.328 tenaga kerja. Angka tersebut mencakup tenaga kerja global AT&T. Namun, sebagian besar karyawannya berada di Amerika Serikat (AS).

AT&T melaporkan memiliki 44.892 karyawan non-AS pada 1 Oktober 2018. Pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan baru-baru ini juga telah berdampak pada 368 teknisi serikat pekerja di California. AT&T juga memangkas lebih dari 10.000 pekerja setiap tahun pada tahun 2016 dan 2017. AT&T memiliki 281.450 karyawan pada 31 Desember 2015, 268.540 pada 31 Desember 2016, dan 254.000 pada akhir 2017.

Baca Juga:
AS Bakal Kenakan Bea Masuk Tinggi dan Potong Pajak, Ini Kata BI

Presiden CWA Chris Shelton meminta agar Kongres menyelidiki AT&T. Menurutnya, langkah yang dilakukan perusahaan kepada para pekerja keras di seluruh Amerika Serikat merupakan langkah yang memalukan.

“Kongres perlu menyelidiki AT&T untuk mencari tahu bagaimana mereka menggunakan rejeki nomplok pajaknya karena data perusahaan yang tersedia untuk umum sudah menaikkan tanda bahaya yang serius. AT&T mendapat potongan pajaknya. Di mana pekerjaannya?" tegasnya, seperti dilansir arstechnica.com.

Selain memberhentikan karyawan, perusahaan tersebut juga memangkas belanja modal. Padahal, bersamaan dengan janjinya untuk menambah jumlah pekerja, AT&T juga berjanji menaikkan belanja modal US$1 miliar. (kaw)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Minggu, 01 Desember 2024 | 15:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Trump Ancam BRICS dengan Bea Masuk 100 Persen, Ternyata Ini Sebabnya

Sabtu, 30 November 2024 | 09:30 WIB AMERIKA SERIKAT

Trump Langsung Kenakan Bea Masuk Impor dari Meksiko, Kanada, dan China

Jumat, 29 November 2024 | 19:15 WIB AMERIKA SERIKAT

Biden Harap Trump Batalkan Kebijakan Bea Masuknya

Rabu, 20 November 2024 | 17:45 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

AS Bakal Kenakan Bea Masuk Tinggi dan Potong Pajak, Ini Kata BI

BERITA PILIHAN
Jumat, 27 Desember 2024 | 16:45 WIB KEBIJAKAN MONETER

2025, BI Beli SBN di Pasar Sekunder dan Debt Switch dengan Pemerintah

Jumat, 27 Desember 2024 | 16:30 WIB KABUPATEN KUDUS

Ditopang Pajak Penerangan Jalan dan PBB-P2, Pajak Daerah Tembus Target

Jumat, 27 Desember 2024 | 16:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Harga Tiket Turun, Jumlah Penumpang Pesawat Naik 2,6 Persen

Jumat, 27 Desember 2024 | 15:30 WIB LAPORAN TAHUNAN DJP 2023

Rata-Rata Waktu Penyelesaian Pengaduan Perpajakan di DJP Capai 9 Hari

Jumat, 27 Desember 2024 | 15:15 WIB KONSULTASI PAJAK

Pedagang Gunakan QRIS untuk Pembayaran, Konsumen Bayar PPN 12 Persen?

Jumat, 27 Desember 2024 | 15:00 WIB KAMUS KEPABEANAN

Apa Itu Pembukuan dalam bidang Kepabeanan?

Jumat, 27 Desember 2024 | 14:30 WIB RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa Yuridis Pengenaan PPN atas Jasa Kecantikan

Jumat, 27 Desember 2024 | 14:00 WIB KELAS PPN

Konsep PPN, Deviasi, dan Isu Kenaikan PPN 12%

Jumat, 27 Desember 2024 | 13:30 WIB UU HKPD

Berlaku Mulai 5 Januari 2025, Begini Penghitungan Opsen Pajak

Jumat, 27 Desember 2024 | 12:30 WIB LAPORAN BELANJA PERPAJAKAN

Masih Ada Fasilitas Kepabeanan Tak Dimanfaatkan, DJBC Beri Penjelasan