BERN, DDTCNews – Presiden Swiss Ueli Maurer mengatakan reformasi pajak yang tengah dipimpin Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) menjadi ancaman bagi Swiss. Hal tersebut dapat menelan biaya hingga lebih dari 5 miliar franc Swiss (setara dengan Rp70,9 triliun)
Reformasi pajak usulan OECD yang dimaksud adalah ketentuan pajak korporasi terkait dengan raksasa multinasional, terutama yang bergerak di ranah digital. Apalagi, konsensus global terkait pemajakan digital ini ditargetkan tercapai pada 2020.
“Sudah pasti Swiss menghadapi kehilangan pendapatan pajak
yang besar. Kami memperkirakan pendapatan yang hilang akan berada di antara 0,5
sampai dengan 5 miliar franc Swiss, tetapi bisa pula lebih dari itu,” kata
Maurer, Selasa (5/11/2019).
Adapun di bawah rencana perombakan peraturan yang
diluncurkan bulan lalu oleh OECD, negara-negara dapat mengejar pajak perusahaan
multinasional, seperti Google, Apple, Facebook, dan Amazon yang melakukan
bisnis di negara mereka.
Saat ini, rencana tersebut masih dalam tahap penyusunan dengan
melibatkan banyak pihak agar dapat mencapai kesepakatan global yang sesuai.
OECD berharap konsensus global bisa menjadi garis besar kesepakatan untuk 134
negara yang telah bergabung untuk reformasi
Namun, Maurer berujar rencana itu dapat membebani dan
menimbulkan ancaman bagi Swiss. Hal ini lantaran Swiss merupakan negara yang
memiliki kondisi politik yang stabil dan tarif pajak rendah sehingga menarik
ribuan perusahaan multinasional.
Meskipun demikian, negara ini sebenarnya telah melakukan
perombakan regulasi pajak yang membuat daya tariknya turun.
Lebih lanjut, Maurer mengatakan upaya internasional oleh
negara besar untuk menyelaraskan tarif pajak tidak hanya mengkhawatirkan bagi
Swiss, tetapi juga negara lain di Eropa seperti Luksemburg, Irlandia, dan
Swedia.
“Rencana itu mungkin tidak dapat dibendung lagi sehingga
kami bersama dengan negara yang memiliki pandangan serupa berusaha untuk
membatasi dampak yang timbul,” ujar Maurer, seperti dilansir Reuters.
Sementara itu, berbeda dengan Swiss, terdapat beberapa
negara yang justru secara getol mengupayakan terealisasinya rencana tersebut.
Negara itu diantaranya adalah Prancis, Inggris. Bahkan, Prancis dan Inggris
telah mempunyai aksi unilateral.
Di sisi lain, Wakil Presiden Komisi Eropa Margrethe Vestager
juga menegaskan akan terus maju dengan rencana pajaknya sendiri jika OECD gagal
mencapai kesepakatan sebelum Januari 2021. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.