PMK 9/2021

Mau Pajak UMKM Ditanggung Pemerintah? Sampaikan Laporan Realisasi Saja

Muhamad Wildan | Kamis, 11 Februari 2021 | 15:53 WIB
Mau Pajak UMKM Ditanggung Pemerintah? Sampaikan Laporan Realisasi Saja

Perajin menjemur sale pisang di Desa Cintajaya, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin (7/2/2021). Kementerian Keuangan mengalokasikan anggaran untuk program pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2021 sebesar Rp627,9 triliun, dimana sebesar Rp157,57 triliun ditujukan untuk mendukung UMKM dan koperasi. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/rwa.

JAKARTA, DDTCNews – Wajib pajak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang akan memanfaatkan fasilitas pajak penghasilan (PPh) final ditanggung pemerintah (DTP) hanya perlu melaporkan realisasi pemanfaatan insentif.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (3) PMK 9/2021, insentif PPh final DTP diberikan berdasarkan pada laporan realisasi yang disampaikan oleh wajib pajak. Tidak perlu mangajukan pemberitahuan atau Surat Keterangan (Suket) PP 23/2018 terlebih dahulu.

“Wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu harus menyampaikan laporan realisasi PPh final ditanggung pemerintah melalui saluran tertentu pada laman www.pajak.go.id,” demikian bunyi penggalan Pasal 6 ayat (1) PMK 9/2021, dikutip pada Kamis (11/2/2021).

Baca Juga:
Target Tercapai, Setoran Pajak di Kanwil DJP Ini Tembus Rp9,27 Triliun

Wajib pajak harus menyampaikan laporan realisasi PPh final paling lambat pada tanggal 20 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Untuk memanfaatkan mulai masa pajak Januari 2021, wajib pajak UMKM harus menyampaikan laporan realisasi paling lambat 20 Februari 2021.

Bila wajib pajak UMKM tidak atau terlambat menyampaikan laporan realisasi, insentif PPh final DTP tidak dapat dimanfaatkan pada masa pajak yang bersangkutan. Dengan demikian, wajib pajak harus menyetorkan PPh terutang.

Wajib pajak yang belum memiliki Suket PP 23/2018 juga bisa langsung memanfaatkan insentif PPh final DTP. Sama seperti ketentuan pada tahun lalu, penyampaian laporan realisasi dapat diperlakukan sebagai pengajuan Suket PP 23/2018. Terhadap wajib pajak tersebut dapat diterbitkan Suket sepanjang memenuhi persyaratan dalam PMK yang mengatur mengenai pelaksanaan PP 23/2018.

Baca Juga:
Kanwil DJP Jawa Timur II Kukuhkan 474 Relawan Pajak 2025

Namun demikian, penghilangan kewajiban pengajuan Suket PP 23/2018 adalah untuk wajib pajak UMKM yang melunasi PPh dengan cara disetor sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan.

Suket PP 23/2018 tetap diperlukan bagi wajib pajak UMKM yang melunasi PPh final dengan cara dipotong atau dipungut oleh pemotong atau pemungut pajak. Suket PP 23/2020 tetap diperlukan untuk memastikan PPh final tidak dipungut untuk transaksi yang dilakukan UMKM.

“Pemotong atau pemungut pajak … tidak melakukan pemotongan atau pemungutan PPh terhadap wajib pajak yang telah menyerahkan fotokopi Surat Keterangan dan telah terkonfirmasi,” bunyi penggalan Pasal 5 ayat (6) PMK 9/2021. (kaw)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

11 Februari 2021 | 22:01 WIB

Semoga Wajib pajak mampu menyampaikan laporan realisasi PPh final sebelum tenggat waktu dan DJP dapat memberikan kemudahan bagi WP yang ingin melakukan perpanjangan PPh Final DTP sesuai aturan.

11 Februari 2021 | 17:13 WIB

Setiap WP umkm saya yakin pasti mau melakukan perpanjangan PPh final dtp, karena sangat membantu sekali. PERMASALAHAN-Nya adalah sistem DJP yang sampai hari ini tanggal 11 Feb 2021 jam 5 sore masih belum terupdate untuk pelaporan PPh final dtp utk massa Jan 2021. Saya sebagai WP tersebut sudah menelpon kring pajak berulang kali, terakhir jam 3 sore tgl 11 Feb 2021, dan jawabannya selalu sama, sistem djp belum terupdate dan kami sebagai wp hanya menunggu dan menunggu terus. Saya sebagai wp umkm tentu saja khawatir, saya lebih baik memikirkan omset penjualan tiap hari ketimbang mikirin lapor realisasi PPh final yg sistem djpnya belum terupdate. Hari senin minggu depan sudah tgl 15 Feb, yg merupakan bts paling lambat PPh final dibayar sendiri. asumsi saja sistem sudah terupdate tgl 15, laporan realisasi tersebut harus menunggu di approve selama 7 hari kerja, yg tentu saja bisa membuat saja terlambat apabila ditolak. Bener-bener, ada apa dengan sistem djp sekarang, lambat, dulu cepat.

ARTIKEL TERKAIT
Minggu, 26 Januari 2025 | 14:00 WIB KANWIL DJP BENGKULU DAN LAMPUNG

Target Tercapai, Setoran Pajak di Kanwil DJP Ini Tembus Rp9,27 Triliun

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:00 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Kanwil DJP Jawa Timur II Kukuhkan 474 Relawan Pajak 2025

Sabtu, 25 Januari 2025 | 17:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

WP Pemilik Usaha Meninggal Dunia, Siapa yang Ajukan Sertel di Coretax?

BERITA PILIHAN
Senin, 27 Januari 2025 | 11:30 WIB PERDAGANGAN BERJANGKA

Nilai Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi 2024 Naik 29,3 Persen

Senin, 27 Januari 2025 | 10:00 WIB PMK 119/2024

Pemerintah Perinci Objek Penelitian atas PKP Berisiko Rendah

Senin, 27 Januari 2025 | 09:00 WIB KEBIJAKAN FISKAL

Siap-Siap SBN Ritel Perdana 2025! Besok Dirilis ORI027T3 dan ORI027T6

Senin, 27 Januari 2025 | 08:43 WIB LAYANAN PAJAK

Butuh Layanan Pajak? Kantor Pajak Baru Buka Lagi 30 Januari 2025

Senin, 27 Januari 2025 | 08:15 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pembaruan Objek Penelitian PKP Berisiko Rendah untuk Cairkan Restitusi

Senin, 27 Januari 2025 | 08:00 WIB KOTA PALANGKA RAYA

Bayar Pajak Sudah Serba Online, Kepatuhan WP Ditarget Membaik

Minggu, 26 Januari 2025 | 14:30 WIB PERATURAN PAJAK

Soal DPP Nilai Lain atas Jasa Penyediaan Tenaga Kerja, Ini Kata DJP

Minggu, 26 Januari 2025 | 13:30 WIB PERDAGANGAN KARBON

Luncurkan Perdagangan Karbon Internasional di IDXCarbon, Ini Kata BEI