PMK 48/2024

Lindungi Industri Lokal, RI Kembali Kenakan BMTP Terhadap Kain Impor

Nora Galuh Candra Asmarani | Kamis, 08 Agustus 2024 | 14:30 WIB
Lindungi Industri Lokal, RI Kembali Kenakan BMTP Terhadap Kain Impor

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews – Pemerintah kembali mengenakan bea masuk tindakan pengamanan (BMTP) atas impor kain. Pengenaan BMTP tersebut diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 48/2024.

Pemerintah sebelumnya sempat mengenakan BMTP atas impor kain mulai 27 Mei 2020 – 8 November 2022 melalui PMK 55/2020 s.t.d.d PMK 78/2021. Namun, berdasarkan hasil penyelidikan Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) pengenaan BMTP tersebut masih diperlukan.

“... industri dalam negeri masih mengalami kerugian serius akibat dari jumlah impor produk kain masih mengalami peningkatan dan industri dalam negeri masih membutuhkan waktu tambahan untuk menyelesaikan penyesuaian struktural,” bunyi pertimbangan PMK 48/2024, dikutip pada Kamis (8/8/2024).

Baca Juga:
Dalam Sebulan, Bea Cukai Batam Amankan 434 HP-Tablet dari Penumpang

Mengacu PMK 48/2024, BMTP atas impor kain dikenakan selama 3 tahun. Waktu pengenaan BMTP tersebut terbagi menjadi 3 periode. Adapun setiap periode mengenakan tarif BMTP yang berbeda dan semakin menurun.

Misal, produk kain tenunan dari kapas dengan pos tarif 5208.12.00 pada periode pertama dikenakan tarif BMTP senilai Rp1.657/meter. Kemudian, pada periode kedua dikenakan tarif BMTP senilai Rp1.599/meter. Selanjutnya, pada periode ketiga dikenakan tarif BMTP senilai Rp1.542/meter.

Perincian pos tarif, segmentasi produk kain, besaran tarif BMTP, dan jangka waktu pengenaan BMTP pun telah diuraikan dalam lampiran huruf A PMK 48/2024. Mengacu pada lampiran tersebut ada beragam segmentasi kain yang dikenakan BMTP dengan beragam pos tarif.

Baca Juga:
Catat! Buku Hiburan, Roman Populer, Hingga Komik Tetap Kena Bea Masuk

Secara lebih terperinci, ada 5 segmentasi kain yang dikenakan BMTP, yaitu kain tenunan dari kapas, kain tenunan dari benang filamen sintetik dan artifisial, kain tenunan dari serat stapel sintetik dan artifisial, kain tule dan kain jaring lainnya, renda, kain sulaman, serta kain rajutan atau kaitan.

Adapun BMTP dikenakan atas impor kain dari semua negara. Kendati demikian, ada pengecualian atas impor kain tertentu yang diproduksi dari negara tertentu. Misal, impor kain asal Pakistan yang terkena BMTP hanya untuk segmen kain tenunan dari kapas.

Di sisi lain, ada pula negara yang atas kelima jenis segmen kain tersebut dikenakan BMTP. Negara itu seperti China, Hongkong, Korea Selatan, Taipei, dan India. Perincian daftar negara yang dikenakan BMTP dan/atau dikecualikan dari pengenaan BMTP serta segmentasi produk kain yang dikenakan BMTP tercantum dalam lampiran huruf B PMK 48/2024.

Baca Juga:
Cegah Penyelundupan, DJBC Mulai Gunakan Alat Pemindai Peti Kemas

Pengenaan BMTP merupakan tambahan dari bea masuk umum atau bea masuk preferensi yang telah dikenakan. Dengan demikian, produk kain yang dikenakan BMTP akan menanggung beban bea masuk tambahan.

PMK 48/2024 juga mengatur syarat khusus atas impor yang dikecualikan dari BMTP. Mengacu pada Pasal 4 PMK 48/2024, importir wajib menyerahkan dokumen surat keterangan asal (certificate of origin) terhadap impor produk kain yang diproduksi dari negara yang dikecualikan dari BMTP.

Apabila importasi produk kain yang diproduksi dari negara yang dikecualikan dari BMTP tidak memenuhi ketentuan maka akan dipungut BMTP. Adapun PMK 48/2024 akan berlaku efektif mulai 9 Agustus 2024. (sap)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 19 Desember 2024 | 19:00 WIB BEA CUKAI BATAM

Dalam Sebulan, Bea Cukai Batam Amankan 434 HP-Tablet dari Penumpang

Kamis, 19 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Catat! Buku Hiburan, Roman Populer, Hingga Komik Tetap Kena Bea Masuk

Kamis, 19 Desember 2024 | 10:36 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Cegah Penyelundupan, DJBC Mulai Gunakan Alat Pemindai Peti Kemas

Sabtu, 14 Desember 2024 | 16:00 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN DAN CUKAI

Penerapan NPWP 16 Digit pada CEISA 4.0, DJBC Beberkan Keuntungannya

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra