UU HKPD

Jelang Penerapan Aturan Pajak Daerah UU HKPD, Ini Masih Jadi PR Pemda

Muhamad Wildan | Sabtu, 17 Juni 2023 | 11:43 WIB
Jelang Penerapan Aturan Pajak Daerah UU HKPD, Ini Masih Jadi PR Pemda

Director Fiscal Research & Advisory DDTC B. Bawono Kristiaji dalam Sharing Session Implementasi UU HKPD Pajak Listrik, Restoran, Hotel, dan Kos terhadap Pendapatan Daerah yang digelar oleh Tax Center FISIP Universitas Jember (UNEJ).

JEMBER, DDTCNews - Pemerintah daerah (pemda) memiliki banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan menjelang implementasi ketentuan pajak daerah sesuai dengan UU 1/2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (HKPD) pada 5 Januari 2024.

Director Fiscal Research & Advisory DDTC B. Bawono Kristiaji mengatakan menjelang tanggal tersebut, pemda perlu mulai memproyeksikan penerimaan pajak daerah sesuai dengan potensinya.

"Kalau di pemerintah pusat, jarang realisasi penerimaan pajak mencapai 100%. Kalau di daerah, biasanya tercapai 110% hingga 120%. Pertanyaannya apakah daerah itu lebih baik dalam kinerjanya atau targetnya tidak disusun dengan proyeksi yang baik?" ujar Bawono dalam Sharing Session Implementasi UU HKPD Pajak Listrik, Restoran, Hotel, dan Kos terhadap Pendapatan Daerah yang digelar oleh Tax Center FISIP Universitas Jember (UNEJ), Sabtu (17/3/2023).

Baca Juga:
Ada Pemutihan, Pemkot Berhasil Cairkan Piutang Pajak Rp30 Miliar

Fenomena tersebut bisa menjadi indikasi bahwa target yang disusun oleh pemda tidak dilandasi dengan proyeksi dan pemetaan potensi pajak daerah yang baik.

"Ketika pemda menyusun perdanya [pajak daerah], tentu ini harus didukung dengan kajian-kajian proyeksi penerimaan yang nanti tertera dalam pos-pos APBD," ujar Bawono.

Berdasarkan working paper bertajuk Mempertimbangkan Reformasi Pajak Daerah berdasarkan Analisis Subnational Tax Effort yang dipublikasikan oleh DDTC, Bawono mengatakan pemda-pemda yang memiliki penerimaan pajak tinggi justru memiliki tax effort yang rendah.

Baca Juga:
Opsen Pajak Kendaraan Tidak Berlaku di Jakarta, Ternyata Ini Sebabnya

Perlu diketahui, tax effort adalah rasio antara penerimaan pajak yang diperoleh dan estimasi penerimaan pajak yang seharusnya bisa diperoleh atau potensi penerimaan pajak. "Mereka yang targetnya tercapai biasanya effort-nya tidak terlalu besar. Ini menarik," ujar Bawono.

Selain menyiapkan kajian terkait dengan potensi pajak daerah, pemda juga perlu menyiapkan rancangan perda untuk melaksanakan pemungutan pajak daerah sesuai dengan UU HKPD.

Dalam UU HKPD, pemda hanya diperbolehkan untuk memiliki 1 perda yang mengatur seluruh jenis pajak daerah. Sebelum UU HKPD, pemda diperkenankan untuk membuat 1 perda untuk setiap jenis pajak daerah yang menjadi kewenangannya.

Baca Juga:
Ratusan ASN Nunggak PBB, Pemda Gencarkan Penagihan dan Siapkan Sanksi

Dengan adanya penggabungan ketentuan perpajakan daerah dalam 1 perda maka kebijakan atas seluruh jenis pajak daerah perlu disiapkan sekaligus, tidak bisa disiapkan secara bertahap seperti sebelumnya.

"Dari sisi pemda ini harus mulai mendesain raperdanya, mengukur potensinya, dan bagaimana proses politiknya ini membutuhkan waktu juga," ujar Bawono.

Tak hanya itu, pemda juga perlu mengantisipasi dampak dari pengurangan objek pajak pada suatu jenis pajak terhadap penerimaan pajak daerah.

Baca Juga:
Veteran dan Pensiunan Dapat Insentif, Setoran PBB Tetap Capai Target

Pengurangan objek pajak contohnya terjadi pada pajak barang dan jasa tertentu (PBJT) atas jasa perhotelan atau yang pada UU 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dikenal sebagai pajak hotel.

Dalam UU PDRD, rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 unit dikategorikan sebagai objek pajak hotel. Melalui UU HKPD, rumah kos tidak dikategorikan sebagai objek PBJT sehingga pemda tidak memiliki kewenangan untuk memungut PBJT atas rumah kos mulai 5 Januari 2024.

"Ini sudah diklarifikasi, ada statement-nya bahwa pajak atas kos ini sudah tidak ada lagi pada UU HKPD. Apakah ini akan mengurangi potensi pajak daerah dari rumah kos terutama di daerah kampus dan banyak karyawan?" ujar Bawono. (sap)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 26 Desember 2024 | 08:30 WIB KOTA BATAM

Ada Pemutihan, Pemkot Berhasil Cairkan Piutang Pajak Rp30 Miliar

Selasa, 24 Desember 2024 | 16:30 WIB PROVINSI SUMATERA SELATAN

Realisasi Pajak Rokok di Sumsel Tak Capai Target, Ini Penyebabnya

Selasa, 24 Desember 2024 | 14:00 WIB PROVINSI DAERAH KHUSUS JAKARTA

Opsen Pajak Kendaraan Tidak Berlaku di Jakarta, Ternyata Ini Sebabnya

Selasa, 24 Desember 2024 | 12:30 WIB KABUPATEN PURWOREJO

Ratusan ASN Nunggak PBB, Pemda Gencarkan Penagihan dan Siapkan Sanksi

BERITA PILIHAN
Kamis, 26 Desember 2024 | 10:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kredit Investasi Padat Karya Diluncurkan, Plafonnya Capai Rp10 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:30 WIB PENGAWASAN BEA CUKAI

Libur Natal dan Tahun Baru, Bea Cukai Perketat Pengawasan di Perairan

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:00 WIB CORETAX SYSTEM

Fitur Coretax yang Tersedia selama Praimplementasi Terbatas, Apa Saja?

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:45 WIB BERITA PAJAK HARI INI

PPN 12 Persen, Pemerintah Ingin Rakyat Lebih Luas Ikut Bayar Pajak

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:30 WIB KOTA BATAM

Ada Pemutihan, Pemkot Berhasil Cairkan Piutang Pajak Rp30 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Bagaimana Cara Peroleh Diskon 50 Persen Listrik Januari-Februari 2025?

Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201