EFEK VIRUS CORONA

Impor Asal China Anjlok, Ini Kinerja Perdagangan pada Februari 2020

Dian Kurniati | Senin, 16 Maret 2020 | 14:26 WIB
Impor Asal China Anjlok, Ini Kinerja Perdagangan pada Februari 2020

Ilustrasi. 

JAKARTA, DDTCNews – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada Februari 2020 mengalami surplus US$2,34 miliar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti mengatakan surplus itu diperoleh dari nilai ekspor senilai US$13,94 miliar dan impor US$11,60 miliar. Menurutnya kinerja impor yang lemah itu disebabkan oleh wabah virus Corona yang melanda sejumlah negara, terutama China.

"Iya, ada pengaruh dari Covid-19, tapi ini enggak cuma dari China. Negara lain juga berpengaruh," katanya di Jakarta, Senin (16/3/2020).

Baca Juga:
Insentif Kepabeanan Tersalur Rp33,9 Triliun, Begini Dampak ke Ekonomi

Secara keseluruhan, Yunita menyebut kinerja neraca perdagangan pada Februari 2020 lebih baik dibanding Januari 2020 yang mengalami defisit US$640 juta. Sementara itu, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, surplus kali ini juga lebih besar karena pada Februari 2019 surplusnya hanya US$329,9 juta.

Ekspor yang mencapai US$13,94 miliar atau tumbuh 2,24% tersebut didorong oleh ekspor minyak dan gas (migas) mencapai US$820 juta. Namun, nilai tersebut turun 0,02% dari capaian Januari 2020 senilai US$820 juta. Sementara, ekspor nonmigas tercatat US$13,12 juta atau naik 2,38% dibanding bulan lalu US$12,82 miliar.

Jika dilihat berdasarkan negara tujuan ekspor, terjadi peningkatan ekspor nonmigas ke Singapura senilai US$281,5 juta, Malaysia US$89,7 juta, Ukraina US$46,6 juta, Swiss US$39,6 juta, dan Filipina US$3,5 juta. Adapun penurunan ekspor nonmigas, terjadi ke China dengan nilai penurunan US$245,5 juta, India US$128,5 juta, Taiwan US$58 juta, Jerman US$34,8 juta, dan Belanda US$26,1 juta.

Baca Juga:
Dalam Sebulan, Bea Cukai Batam Amankan 434 HP-Tablet dari Penumpang


Sementara itu, nilai impor tercatat hanya US$11,6 miliar atau turun 18,69% dibandingkan capaian bulan sebelumnya US$14,28 miliar. Impor migas yang senilai US$1,75 miliar juga turun 12,05% dari US$1,99 miliar. Adapun impor nonmigas tercatat senilai US$9,85 miliar atau turun 19,77% dari US$12,28 miliar.

Yunita menjabarkan penurunan impor nonmigas itu terdiri dari barang konsumsi yang anjlok 39,91% menjadi US$880 juta, barang baku/penolong turun 15,89% menjadi US$8,89 miliar, dan barang modal turun 18,03% menjadi US$1,83 miliar.

Baca Juga:
Catat! Buku Hiburan, Roman Populer, Hingga Komik Tetap Kena Bea Masuk

"Impor masih didominasi oleh barang baku/penolong mencapai 76,63% dari total impor," katanya.

Jika dilihat dari negara asal impor, penurunan impor nonmigas terbesar berasal dari China yang anjlok US$1,95 miliar, Hong Kong US$116,5 juta, Korea Selatan US$113,7 juta, Singapura US$102,7 juta, dan Vietnam US$86,4 juta.

"Penurunan impor dari China terjadi antara lain pada mesin dan perlengkapan elektrik, mesin dan peralatan mekanik, juga plastik dan barang dari plastik," tuturnya.

Baca Juga:
Cegah Penyelundupan, DJBC Mulai Gunakan Alat Pemindai Peti Kemas

Meski demikian, terjadi pula kenaikan impor dari negara Thailand senilai US$196,8 juta, Jepang US$195,3 juta, Australia US$151,5 juta, Argentina US$148,4 juta, dan Selandia Baru US$25,7 juta. (kaw)



Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Sabtu, 21 Desember 2024 | 10:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Insentif Kepabeanan Tersalur Rp33,9 Triliun, Begini Dampak ke Ekonomi

Kamis, 19 Desember 2024 | 19:00 WIB BEA CUKAI BATAM

Dalam Sebulan, Bea Cukai Batam Amankan 434 HP-Tablet dari Penumpang

Kamis, 19 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Catat! Buku Hiburan, Roman Populer, Hingga Komik Tetap Kena Bea Masuk

Kamis, 19 Desember 2024 | 10:36 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Cegah Penyelundupan, DJBC Mulai Gunakan Alat Pemindai Peti Kemas

BERITA PILIHAN
Kamis, 26 Desember 2024 | 14:30 WIB KPP PRATAMA BENGKULU SATU

Mobil Rp200 Juta Disita KPP, Bakal Dilelang Kalau Utang Tak Dilunasi

Kamis, 26 Desember 2024 | 14:00 WIB KILAS BALIK 2024

Februari 2024: Wajib Pajak Bereaksi karena Potongan PPh 21 Lebih Besar

Kamis, 26 Desember 2024 | 13:30 WIB CORETAX SYSTEM

Jelang Coretax Diterapkan, PKP Bakal Perlu Bikin Sertel Baru

Kamis, 26 Desember 2024 | 13:00 WIB PROVINSI JAWA TIMUR

Opsen Berlaku 2025, Pemprov Turunkan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan

Kamis, 26 Desember 2024 | 12:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

PKP Risiko Rendah Diterbitkan SKPKB, Kena Sanksi Kenaikan atau Bunga?

Kamis, 26 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK DAERAH

9 Jenis Pajak Daerah Terbaru yang Ditetapkan Pemkot Sibolga

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:30 WIB KILAS BALIK 2024

Januari 2024: Ketentuan Tarif Efektif PPh Pasal 21 Mulai Berlaku

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kredit Investasi Padat Karya Diluncurkan, Plafonnya Capai Rp10 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:30 WIB PENGAWASAN BEA CUKAI

Libur Natal dan Tahun Baru, Bea Cukai Perketat Pengawasan di Perairan

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:00 WIB CORETAX SYSTEM

Fitur Coretax yang Tersedia selama Praimplementasi Terbatas, Apa Saja?