PERTEMUAN TAHUNAN IMF-BANK DUNIA

IMF Tarik Kembali Optimisme Akselerasi Perekonomian

Kurniawan Agung Wicaksono | Selasa, 09 Oktober 2018 | 19:27 WIB
IMF Tarik Kembali Optimisme Akselerasi Perekonomian

Ilustrasi. 

JAKARTA, DDTCNews – Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menarik kembali optimisme adanya akselerasi perekonomian yang sempat muncul pada awal tahun ini. Langkah ini ditempuh dengan memangkas kembali proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2018 dan 2019.

Hal ini terungkap dalam laporan World Economic Outlook (WEO) Oktober 2018 yang bertajuk ‘Challenges to Steady Growth’. Hari ini, Selasa (9/10/2018), laporan rutin tersebut dirilis di Bali dalam Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018.

Dalam WEO Oktober 2018, IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini dan tahun depan akan stabil di level 3,7%. Ini sama dengan proyeksi yang disodorkan IMF pada WEO Oktober 2017, tapi lebih rendah dari proyeksi yang dirilis pada April 2018 sebesar 3,9%.

Baca Juga:
Ketentuan Pelaporan PPh Atas Penjualan Saham Berubah, Jadi Lebih Cepat

“Mempertimbangkan perkembangan sejak itu [April 2018], bagaimanapun, angka itu tampak terlalu optimistis sekarang. Alih-alih naik, pertumbuhan telah stabil di level 3,7%. Ada awan di cakrawala,” ujar Kepala Ekonom IMF Maurice Obstfeld, seperti dikutip dari laman IMF.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi terbukti kurang seimbang dari yang diharapkan. Beberapa risiko penurunan yang telah diidentifikasi pada WEO terakhir terjadi. Selain itu, ada peningkatan kemungkinan guncangan negatif yang berisiko terjadi lebih lanjut.

Dalam beberapa ekonomi utama, pertumbuhan didukung oleh kebijakan yang kemungkinan tidak ada keberlanjutan jangka panjangnya. Kondisi ini jelas meningkatkan urgensi bagi para pembuat kebijakan untuk bertindak.

Baca Juga:
PMK 81/2024 Perinci Ketentuan Bukti Potong PPh atas Penjualan Saham

Pertumbuhan di Amerika Serikat (AS) telah didukung dengan paket fiskal pro‑cyclical sehingga dapat berlanjut pada kecepatan yang kuat dan mendorong suku bunga AS lebih tinggi. Namun, pertumbuhan AS akan menurun setelah bagian dari stimulus fiskalnya kembali.

Meskipun ada momentum permintaan saat ini di AS, kami telah menurunkan perkiraan pertumbuhan 2019. Ini dikarenakan tarif yang diberlakukan baru-baru ini pada berbagai macam impor dari China diikuti balasan dari Negeri Tirai Bambu.

Dalam WEO Oktober 2018, ekonomi AS diperkirakan sesuai dengan proyeksi awal sebesar 2,9%, sesuai dengan proyeksi dalam WEO sebelumnya. Namun, pada tahun depan, perekonomian Negeri Paman Sam diproyeksi langsung melambat di level 2,5%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 2,7%.

Baca Juga:
BI Ungkap Dampak Tarif PPN 12 Persen Terhadap Inflasi ‘Tidak Besar’

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi China pada tahun depan juga diproyeksi turun. Tahun ini, ekonomi China diperkirakan tumbuh 6,6%. Namun, pada 2019, laju pertumbuhan diestimasi melambat hingga 6,2%, lebih lambat dari perkiraan dalam WEO sebelumnya 6,4%.

MF juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini dari 5,3% menjadi 5,1% dalam WEO Oktober 2018. Kendati demikian, sambung Maurice, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup kuat.

Beberapa kondisi yang membuat IMF menurunkan proyeksinya adalah kondisi keuangan global yang lebih ketat, harga minyak yang meningkat, serta pengaruh ketegangan perang dagang antara AS dengan China.

“Pertumbuhan ekonomi masih cukup kuat. Ini sebuah peluang bagi pemerintah untuk menaikan level pendapatan penduduk secara lebih konsisten,” kata Maurice. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Minggu, 22 Desember 2024 | 07:30 WIB PMK 81/2024

PMK 81/2024 Perinci Ketentuan Bukti Potong PPh atas Penjualan Saham

Kamis, 19 Desember 2024 | 09:43 WIB KEBIJAKAN MONETER

BI Ungkap Dampak Tarif PPN 12 Persen Terhadap Inflasi ‘Tidak Besar’

Senin, 16 Desember 2024 | 15:33 WIB HUT KE-17 DDTC

Download PDF Buku DDTC: Panduan Insentif Perpajakan Bahasa Inggris

BERITA PILIHAN
Kamis, 26 Desember 2024 | 14:30 WIB KPP PRATAMA BENGKULU SATU

Mobil Rp200 Juta Disita KPP, Bakal Dilelang Kalau Utang Tak Dilunasi

Kamis, 26 Desember 2024 | 14:00 WIB KILAS BALIK 2024

Februari 2024: Wajib Pajak Bereaksi karena Potongan PPh 21 Lebih Besar

Kamis, 26 Desember 2024 | 13:30 WIB CORETAX SYSTEM

Jelang Coretax Diterapkan, PKP Bakal Perlu Bikin Sertel Baru

Kamis, 26 Desember 2024 | 13:00 WIB PROVINSI JAWA TIMUR

Opsen Berlaku 2025, Pemprov Turunkan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan

Kamis, 26 Desember 2024 | 12:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

PKP Risiko Rendah Diterbitkan SKPKB, Kena Sanksi Kenaikan atau Bunga?

Kamis, 26 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK DAERAH

9 Jenis Pajak Daerah Terbaru yang Ditetapkan Pemkot Sibolga

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:30 WIB KILAS BALIK 2024

Januari 2024: Ketentuan Tarif Efektif PPh Pasal 21 Mulai Berlaku

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kredit Investasi Padat Karya Diluncurkan, Plafonnya Capai Rp10 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:30 WIB PENGAWASAN BEA CUKAI

Libur Natal dan Tahun Baru, Bea Cukai Perketat Pengawasan di Perairan

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:00 WIB CORETAX SYSTEM

Fitur Coretax yang Tersedia selama Praimplementasi Terbatas, Apa Saja?