JAKARTA, DDTCNews – Asosiasi Transportasi Udara Internasional (International Air Transport Association/ IATA) memprediksi bisnis penerbangan Indonesia akan booming besar pada 2035, dengan jumlah penumpang 242 juta orang yang 135 juta di antaranya penumpang baru.
Prediksi IATA—salah satu prediksi yang dianggap paling dapat diandalkan di sektor perhubungan udara—ini juga mengungkapkan Indonesia akan masuk dalam 4 besar negara dengan pertumbuhan jumlah penumpang tertinggi setelah China, Amerika Serikat (AS), dan India.
“Orang ingin terbang. Permintaan perjalanan udara dalam 20 tahun ke depan akan berlipat ganda. Jumlah total penumpang akan mencapai 7,2 miliar dari posisi tahun ini 3,8 miliar,” kata CEO sekaligus Dirjen IATA Alexandre de Juniac dalam keterangan tertulis, Kamis (20/10).
Alexandre menambahkan lompatan permintaan itu didorong terutama dari wilayah Asia-Pasifik. Dari sisi jumlah penumpang, China dengan 1,3 miliar penumpang diyakini akan menggeser posisi AS dengan 1,1 miliar penumpang sebagai negara dengan jumlah penumpang terbanyak.
Begitu pula India dengan 442 juta penumpang diprediksi menggeser Inggris di posisi ke-3. Indonesia dipercaya menggusur Jepang yang semula urutan ke-4. Setelah Indonesia, berturut-turut Spanyol, Jepang, Jerman, Prancis, Brazil, dan Italia. Semula, Indonesia berada di urutan ke-10.
Selain China, AS, dan India, negara yang juga diprediksi akan mengalami lompatan tertinggi pertumbuhan jumlah penumpang adalah Vietnam. Namun, dari sisi jumlah penumpang, Vietnam tidak masuk 10 besar mengingat jumlah penumpangnya yang hanya 150 juta.
Dalam catatan DDTCNews, sejauh ini belum ada rencana pasti dari otoritas fiskal dalam merespons prediksi ini. Rencana pengenaan pajak karbon transportasi udara pun masih belum jelas, meski kontribusi penerimaan pajak dari sektor penerbangan udara masih terhitung minim.
Tahun lalu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penumpang udara di Indonesia mencapai 82,5 juta orang atau tumbuh 13,8% dari posisi tahun sebelumnya yang 72,5 juta. Untuk tahun ini, laju pertumbuhannya diyakini sekitar 12% alias mendekati 100 juta. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.