PENGUSAHA KENA PAJAK

Heboh Jualan Mukena Syahrini, Ini Penjelasan Ditjen Pajak Soal PKP

Redaksi DDTCNews | Jumat, 31 Mei 2019 | 12:02 WIB
Heboh Jualan Mukena Syahrini, Ini Penjelasan Ditjen Pajak Soal PKP

Ilustrasi gedung DJP. 

JAKARTA, DDTCNews – Bahasan mengenai perhitungan pajak pertambahan nilai (PPN) oleh Ditjen Pajak (DJP), yang disebut-sebut berhubungan dengan penjualan mukena artis Syahrini, masih hangat diperbincangkan di media sosial. Ketentuan mengenai pengusaha kena pajak (PKP) menjadi sorotan.

Apalagi, mantan Ketua DPR Marzuki Alie turut mengomentari unggahan DJP di Twitter. Menurutnya, Syahrini yang menjual mukena tidak masuk kategori produsen dan bukan PKP. Menurutnya, saat membeli dari produsen, sudah ada pengenaan PPN.

“Syahrini bukan produsen dan bukan PKP, artinya saat beli dari produsen sudah dikenakan PPN. Syahrini tidak mungut PPN walaupun mukena adalah objek PPN. Dari mana kok tahu-tahu harus bayar PPN,” demikian bunyi cuitan Marzuki Alie, seperti dikutip pada Jumat (31/5/2019).

Baca Juga:
PMK Baru, Susunan Organisasi Ditjen Pajak (DJP) Berubah Jadi Begini

Karena pembahasan mulai menjurus pada detail pengenaan pajak, DJP memberikan komentar dengan tulisan yang ada dalam laman resmi DJP dengan judul ‘Jual Mukena Kena PPN?’. Sekadar informasi, cuitan DJP terkait perhitungan PPN itu sudah di-retweet sekitar 5.900 akun dan di-like 4.914 akun. Komentar mencapai 917.

Dalam tulisannya, DJP memulai pembahasan dari jenis barang kena PPN. Mukena, tegasnya, tidak termasuk dalam jenis barang yang tidak dikenai PPN. Dengan demikian, mukena merupakan Barang Kena Pajak (BKP) yang atas penyerahan/penjualan di dalam daerah pabean terutang PPN 10%. Simak juga bahasan objek PPN di sini.

“PPN akan terutang dalam hal yang melakukan penyerahan atau penjualan mukena itu adalah PKP atau pengusaha yang seharusnya sudah dikukuhkan sebagai PKP,” kata DJP dalam tulisan tersebut, seperti dikutip pada Jumat (31/5/2019).

Baca Juga:
Tarif PPN Rokok Tidak Berubah, Bea Cukai Tunggu Revisi PMK 63/2022

Pengusaha, sambungnya, wajib mengukuhkan diri sebagai PKP apabila dalam suatu tahun buku peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya telah melebihi Rp4,8 miliar. Tata cara pengukuhan PKP juga dapat disimak di sini.

Jika pengusaha tersebut tidak mengukuhkan diri sebagai PKP, DJP dapat melakukan pengukuhan PKP secara jabatan dan kewajiban perpajakan tetap terutang atau dapat ditagih sejak peredaran brutonya melebihi Rp4,8 miliar.

PKP yang melakukan penjualan mukena terutang PPN 10% dari harga jual, sambung DJP, wajib membuat faktur pajak. Otoritas menegaskan bahwa PPN adalah pajak tidak langsung sehingga ditanggung oleh konsumen atau pembeli. (kaw)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 09 Januari 2025 | 19:05 WIB PMK 124/2024

PMK Baru, Susunan Organisasi Ditjen Pajak (DJP) Berubah Jadi Begini

Kamis, 09 Januari 2025 | 16:30 WIB PMK 131/2024

Tarif PPN Rokok Tidak Berubah, Bea Cukai Tunggu Revisi PMK 63/2022

Kamis, 09 Januari 2025 | 14:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Ramai Bahas Kode Faktur, Simak Lagi Hierarki Penggunaannya

Kamis, 09 Januari 2025 | 12:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

DJP Tegaskan DPP 11/12 dari Harga Jual Untuk Hitung PPN, Bukan PPh

BERITA PILIHAN
Jumat, 10 Januari 2025 | 20:35 WIB KEBIJAKAN CUKAI

Cukai Minuman Manis Paling Cepat Diterapkan di Semester II/2025

Jumat, 10 Januari 2025 | 20:15 WIB KEBIJAKAN CUKAI

Ini Alasan Pemerintah Tak Masukkan Target Cukai Plastik di APBN 2025

Jumat, 10 Januari 2025 | 17:30 WIB CORETAX SYSTEM

DJP Beberkan Jumlah WP yang Sudah Berhasil Bikin Faktur Lewat Coretax

Jumat, 10 Januari 2025 | 17:00 WIB KEMENTERIAN KEUANGAN

Tangani PNBP, Kemenkeu akan Bentuk Dua Direktorat Baru

Jumat, 10 Januari 2025 | 16:00 WIB KONSULTASI PAJAK

Ekspor Jasa Maklon Mainan Anak, Bagaimana Perlakuan PPh-nya?

Jumat, 10 Januari 2025 | 15:21 WIB CORETAX SYSTEM

Banyak WP Kesulitan Pakai Coretax, Begini Keterangan Lengkap DJP

Jumat, 10 Januari 2025 | 14:40 WIB PENG-1/PJ.09/2025

DJP Rilis Pengumuman, Imbau Masyarakat Waspadai Modus Penipuan