KEBIJAKAN FISKAL

Hadapi Ketidakpastian, Kebijakan Disarankan Pragmatis

Redaksi DDTCNews | Rabu, 10 April 2019 | 16:28 WIB
Hadapi Ketidakpastian, Kebijakan Disarankan Pragmatis

Diskusi 'Indonesia Memilih: Peta Ekonomi & Politik RI 1945-2019. (Foto: DDTCNews)

JAKARTA, DDTCNews - Iklim perekonomian global belum akan kondusif dalam waktu dekat. Oleh karena itu, kebijakan ekonomi yang diambil disarankan pragmatis.

Anggota Komisi XI DPR-RI Hendrawan Supratikno mengatakan kebijakan ekonomi yang pragmatis dibutuhkan untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional. Hal tersebut menurutnya berlaku untuk kebijakan fiskal dan juga moneter.

"IMF memang sudah turunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Kebijakan pemerintah harus pragmatis untuk menghadapi tren perlambatan tersebut," katanya dalam diskusi 'Indonesia Memilih: Peta Ekonomi & Politik RI 1945-2019', Rabu (10/4/2019).

Baca Juga:
DJP Pakai Pendekatan Risiko, Perlakuan ke WP Tergantung Kepatuhan

Khusus untuk kebijakan fiskal, politisi PDI-P ini menyatakan kebijakan belanja sosial idealnya diperbesar dalam ketidakpastian ekonomi saat ini. Pasalnya, kelompok ekonomi bawah ini merupakan yang paling rentan atas gejolak ekonomi.

Oleh karena itu, arah kebijakan fiskal pasca pemilu mau tidak mau harus menyasar kelompok ini. Sehingga tingkat konsumsi tetap terjaga untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional.

"Subsidi dan bantuan sosial harus diperbesar karena untuk menjaga kelompok yang paling rentan," paparnya.

Baca Juga:
IMF Perkirakan Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,1 Persen Tahun Depan

Sementara itu, untuk menarik investasi asing masuk ke tanah air. Opsi offshore financial center menjadi realistis untuk dilakukan. Dengan demikian motor pertumbuhan nasional tidak hanya bersandar kepada konsumsi semata tapi juga bersumber dari kegiatan investasi.

"Kebijakan Singapura sebagai 'hub' keuangan Asia bisa menjadi contoh bagaimana manarik dana dalam jumlah besar dalam mata uang asing. Lembaga setingkat kementerian idealnya dibentuk untuk menarik investasi masuk ke Indonesia," paparnya. (Bsi)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Senin, 12 Agustus 2024 | 09:05 WIB BERITA PAJAK HARI INI

DJP Pakai Pendekatan Risiko, Perlakuan ke WP Tergantung Kepatuhan

Sabtu, 10 Agustus 2024 | 15:45 WIB PERTUMBUHAN EKONOMI

IMF Perkirakan Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,1 Persen Tahun Depan

Jumat, 09 Agustus 2024 | 18:35 WIB BADAN PENERIMAAN NEGARA

IMF Sebut Pembentukan BPN Memerlukan Diagnosis yang Memadai

Jumat, 09 Agustus 2024 | 08:00 WIB BERITA PAJAK HARI INI

IMF: Agenda Kebijakan Pajak Jangka Menengah Indonesia Perlu Diperbarui

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN